Selasa, 23 Agustus 2016
Rekapan Grup Nanda
Syakhsiyah Islamiyah
Pekan keempat Agustus
By Tim Kurikulum Kajian
Online Hamba Allah
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam
selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al
Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari
akhir nananti. InsyaAllah aamiin.
MAKNA
DAN HAKIKAT DZIKIR
“Apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, maka berdzikirlah
kepada Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring….,”
(An-Nisa’: 103)
(An-Nisa’: 103)
Dzikir secara bahasa artinya menyebut, menuturkan, mengingat,
menjaga, atau mengerti.
Dzikir berarti menyebut dan mengingat. Dzikrullah menyebut dan
mengingat Allah SWT. Dzikir yang baik mencakup dua makna di atas; menyebut dan
mengingat. Dzikir dengan hanya menyebut dengan lisan tanpa menghadirkan hati
tetap bisa mendatangkan pahala, namun tentu dzikir macam ini berada pada
tingkat yang paling rendah. Dzikir dengan lisan tanpa menghadirkan hati dan
pikiran bisa saja memberi pengaruh terhadap hati dan keimanan seseorang, tetapi
pengaruhnya tidak sebesar dzikir sambil menghadirkan hati. Paling baik adalah
dzikir dengan lisan sambil menghadirkan hati.
Dalam ajaran Islam, banyak kesempatan dan sarana yang Allah SWT sediakan bagi Kaum Muslimin untuk melaksanakan ibadah dzikir ini. Dalam kehidupan Muslim, ada berbagai doa yang bisa dibaca dalam beragam aktivitas dan kesempatan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, hampir seluruh satuan kegiatan ada doa khusus. Paling tidak, dalam setiap aktivitas Muslim secara umum, seyogiyanya dimulai dengan membaca basmalah, yang juga mengandung makna dzikir; menyebut dan mengingat Allah SWT. Rasul Saw bersabda: “Setiap amal yang tidak dimulai dengan nama Allah SWT, maka ia terputus dari keberkahan”. (HR. Abu Dawud).
Berdzikir kepada Allah, hendaknya dilakukan dengan seluruh
anggota badan. Artinya, manakala seseorang berdzikir, ia melaksanakan segala
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dalam konteks
ini, dzikir kepada Allah bisa dimaknai secara luas, yaitu seluruh perbuatan
baik yang dapat melahirkan pahala dan diridhai oleh-Nya.
Banyak sekali keterangan yang menjelaskan tentang kemuliaan yang
akan didapatkan oleh hamba Allah yang berdzikir. Diantaranya ialah firman Allah
SWT dalam sebuah hadits Qutsi:
“Wahai anak Adam! Jika kamu berdzikir kepada-Ku dalam dirimu,
maka Aku ingat kepadamu dalam diri-Ku. Jika kamu berdzikir dalam suatu
perkumpulan, maka Aku ingat kepadamu dalam dalam kumpulan para malaikat. Dan
bila kamu mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepadamu satu
hasta. Bila kamu mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadamu
atu depa. Kemudian jika kamu datang kepada-Ku dengan, maka Aku akan datang
kepadamu dengan berlari.” (HR. Ahmad)
Al-Qur’an dan Hadits sangat menganjurkan juga mengisyaratkan
betapa mulia ibadah dzikir. Allah SWT memerintah Kaum Muslimin untuk banyak
berdzikir, tanpa dibatasi jumlahnya. “Wahai orang-orang yang beriman
banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah. (Al-Ahzab: 41).
Dzikir dari sisi waktu pelaksanaannya terbagi menjadi dua;
pertama dzikir muqayyad (terikat/tertentu), kedua dzikir muthlak (bebas).
Dzikir muqayyad (terikat/tertentu) dilakukan dengan jumlah yang ditentukan oleh
nash hadits. Sebagaimana dzikir setelah shalat lima waktu dengan membaca
subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, masing-masing tiga puluh tiga kali,
dan ditutup dengan kalimat tahlil satu kali, maka seluruhnya berjumlah seratus,
dan disebutkan dalam riwayat lain dengan jumlah yang berbeda.
Adapun dzikir muthlak (bebas ) boleh dilakukan dalam jumlah yang
tidak terbatas. Dan adanya pembagian kepada dzikir muthlak (bebas ) ini
memberikan peluang bagi Muslim untuk sering melakukan dzikrullah. Sebagaimana
Allah SWT memotivasi hal tersebut seraya mengisyaratkan bahwa sering berdzikir
adalah kebiasaan atau tradisi orang-orang yang “cerdas”. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (cerdas). Yaitu orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (cerdas). Yaitu orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri, duduk dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa dzikrullah menjadi pembeda
seorang yang ‘hidup’ dan ‘mati’. Diriwayatkan dari Abu Musa, Rasulullah Saw
bersabda:
“Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan yang tidak pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang hidup dan mati”. (HR. Baihaqi).
“Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan yang tidak pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang hidup dan mati”. (HR. Baihaqi).
Tentu, maksud hidup dan mati di sini pada sisi hati dan batin.
Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat sebagaimana
besi bila dikenai air”. Rasul ditanya: “Apa penawarnya wahai Rasul?” Rasul
bersabda: “Mengingat kematian dan membaca Al-Qur’an. (HR. Baihaqi).
Dan membaca Al-Qur’an termasuk dzikrullah yang paling utama.
Siapa yang senantiasa melantunkan dzikir hatinya bisa hidup, dan
sebaliknya siapa yang jauh dari dzikrullah, akan terancam mati hati. Hidup dan
mati hati pada selanjutnya akan menentukan moral dan prilaku seorang Muslim.
Selanjutnya juga akan menentukan nilai dan kualitas kehidupan seorang Muslim.
Berarti bahwa dzikir bisa mempengaruhi kualitas hidup seorang Muslim.
Tentu ibadah ini dilakukan dengan tata cara dan adab yang tidak melanggar ajaran dan etika dalam Islam. Dua hal secara umum yang menjadi syarat agar ibadah dzikir diterima di sisi Allah SWT. Pertama, motivasi untuk mendapat ridha dan balasan baik dari Allah SWT. Kedua, tata cara pelaksanaannya sesuai tuntutan syariah. Tata caranya tidak berbau kesyirikan, tidak mendatangkan mafsadah (kerugian) baik terhadap pribadi maupun orang lain, tidak mengganggu kepentingan umum, dan sebagainya. Dan tentunya banyak berdzikir tidak sepatutnya mengganggu kewajiban lain, karena berdzikir adalah ibadah sunnah, yang tidak boleh mengganggu aktivitas yang wajib.
Wallahua'lam bish showab
Dari berbagai sumber
TANYA JAWAB
N102 by Ustadzah Neneng
Q : Umi... dzikir kan agar selalu ingat Allah... nah bole kah
dzikir dibuat sesuai keinginan kita, mis dzikir A agar dapat rizki, dzikir B
agar pinter, dzikir C agar dapat jodoh... dst
A : Tidak ada larangan say tapi belajarlah mendawamkan
dzikir semata mengingat kebesaran Allah swt. Jika hambaNya sibuk mengingati
Allah maka Allah akan cukupii rezeki mereka melebihi rezeki orang-orang yang
memintanya.
Q : Saya pernah dengar ada dzikir/baca alfatihah dengan jumlah
yang di tentukan. Dengan begitu katanya dapat memperoleh kunci surga. Dan bisa
dilakukan untuk orang lain juga. Gimana tanggapan umi? Jazakillah
A : Wahhh mau juga donk ada langsung dapat kunci surgaa. Klo adaa,
yang jelas surga neraka adalah balasan bagi amal perbuatan manusia. Kelak kita
baru tahu bagaimana hasil hidup kita di dunia di hari hisab.
Q : Bagaimana tuntunan berdzikir yang benar, lebih afdol sendiri
ato rame-rame, lebih baik baca pelan ato dikeraskan.. kan ada yang dzikir
bareng gitu mi
A : Ga ada larangan dzikir jamaah silahkan semoga tetap khusyu.
Dzikir adalah mengingat Allah swt
Dalam sepi atau ramai dalam gelap atau terang.
N103 by Ustadzah Fina
Q : Assalamu'alaikum ustadzah, bagaimana hukum Tareqat, dzikir
yang ditentukan jumlahnya (sehari bisa ribuan), di ijazahin dan harus
dilaksanakan serta tidak boleh pindah guru tareqat ??? Lalu bagaimana jika ada
dengan majelis dzikir yang melakukannya di masjid yang di dalamnya ada makamnya
dan melakukan tawasul ke banyak sunan dan wali termasuk nama yang ada
makam tsb?
A : Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh...untuk
berdzikir tetap kita melakukan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
dalam sunnahnya..dzikir pagi dan petang, bagaimana Rasulullah istighfar tidak
kurang dari 70× setiap harinya,dan juga bacaan subhaanallaah walhamdulillaah
walaa ilaaha illaAllahu Allahu Akbar berdasarkan hadits berikut..
Dari Amru bin Syu'aib,dari ayahnya berkata,"Barangsiapa
bertasbih kepada Allah 100× ketika pagi hari dan 100× ketika sore hari, maka ia
seperti orang yang melakukan haji 100×. Barang siapa bertahmid kepada Allah
100× ketika pagi hari dan 100× ketika sore hari,maka ia seperti orang yang
membawa seratus kuda perang untuk berjihad dijalan Allah. Barangsiapa
mengucapkan tahlil 100× ketika pagi hari dan 100× ketika sore hari,maka ia
seperti memerdekakan seratus budak dari anak cucu Ismail. Barang siapa
mengucapkan takdir 100× di pagi hari dan 100× di sore hari,maka Allah tidak
akan memberi seseorang melebihi apa yang diberikan kepadanya,kecuali orang itu
melakukan hal yang sama atau lebih."(HR. Tirmidzi dan ia
berkata,"Hadits ini hasan."An-Nasa'i juga meriwayatkan hadits yang
sama).
Hati-hati dengan tuntunan dzikir yang tidak ada dasar serta
dalilnya..berhati-hatilah entah itu yang ditetapkan ribuan dst, tentang guru
tariqat atau tawasul kepada makam..semua harus dilakukan berdasarkan keyakinan
bahwa amalan itu dicontohkan Rasulullah..jika tidak ada dalil/dasar yang shohih
maka amalan tersebut tertolak dan tidak ada guna
Q : Ustadzah bagaimana hukumnya jika kita membaca alqur'an sambil
tiduran ? Beberapa pernah saya melihat seperti itu
A : Perhatikan adab saat membaca Al-Qur'an sehingga nantinya
Al-Qur'an yang kita baca dengan adab yang baik serta santun sungguh benar-benar
akan menjadi syafaat dan teman setia kelak di alam kubur..bukan menjadi
berbalik menghujat diri kita karena dianggap tidak memenuhi hak-hak Al-Qur'an
Q : Ustadzah bagaimana jika membaca Al Quran tanpa berwudhu
A : Boleh asalkan tidak menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
(Al-Wa-qi’ah: 79). Yakni orang-orang yang suci dari semua hadats, najis dan
syirik. Di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihii wa sallam yang
dimuat di dalam surat beliau kepada pegawainya yang bernama Amru bin Hizam,
beliau menyebutkan,
لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرًا
Tidak boleh menyentuh al-Qur’an kecuali orang yang dalam kondisi
suci. (Muwaththa’ Imam Malik, kitab al-Qur’an, Hal. 199; Sunan ad-Darimi, kitab
ath-Thalaq (2183)).
N103 by Ustad Cipto
Q : Bagaimana cara dzikir yang dilakukan sendiri di rumah? Karena
saya kuliah dan aktivitas padat, akhir-akhir ini sering lalai, berkarat, saya
ingin seperti dulu lagi
A : Paling tidak pagi dan petang dengan ma'tsuratnya
ukhti....bisa juga sambil didengarkan dan tetap lakukan aktivitas sambil
berdzikir....apalagi klo lagi bengong...
Q : Ustad pernah denger dzikir dan doa itu lebih baik tidak sambil
memejamkan mata nah yang di jadikan pertanyaan itu bagaimana jika kita lebih
fokus dzikir dan doa sambi tutup mata terkadang jika buka mata gagal fokus sama
dzikir fikirannya bercabang
A : Naam sebenernya sih boleh aja...yang penting esensinya adalah
hati kita mengingat Allah...kehadiran hati kita menjadi hal penting dalam hal
dzikir....
Q : Ustadz bagaimana jika kita wirid almatsurat sambil melakukan
aktivitas, menyapu atau memasak, di kendaraan dll, tapi kadang dzikirnya
kepotong ustadz jika sudah ingat langsung dilanjut lagi. Syukron ustadz
A : Ahsannya dalam posisi yang memang baik seperti duduk dan
memang di waktu subuh dan petang....adapun karena kesibukan Allah maha
mengetahui dan tetap dapat dilakukan dalam koridor berdzikir...
Q : Ada tidak dzikir supaya kita tidak kena santet/black magic???
A : Ada ma'tsurat yang dawam pagi dan petang....insya Allah dapat
perlindungan yang begituan...
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment