Rabu, 17 Agustus 2016
Narasumber : Ustadz
Hizbullah Ali
Kajian Grup Nanda N104
dan Bunda M13
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam
selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al
Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
MERAIH HIDUP YANG LEBIH BAIK (QANA’AH)
By al-Ustadz Fauzi bin Isnain
Hidup yang baik dan bahagia, itulah idaman setiap muslim.
Sebagaimana kaum pria, kaum wanita pun mendambakan kebahagiaan hidup. Semua
sama, tiada yang berangan-angan menjalani hidup yang sebaliknya.
Sudah seharusnya wanita muslimah mendambakan kebahagiaan hidup
dengan makna yang sebenarnya. Kebahagiaan yang didambakan itu akan
terwujud—dengan izin Allah—setelah ditempuh sebab-sebab yang mengantarkan
kepadanya, yaitu beriman dan beramal saleh. Allah تعالى berfirman,
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan"
(QS. an-Nahl : 97)
Dalam ayat ini Allah bersumpah bahwa siapa pun yang beramal saleh,
baik lelaki maupun perempuan, ia akan memperoleh kehidupan yang baik dan akan
mendapatkan balasan yang jauh lebih baik daripada amalannya.
al-Qur'an menjelaskan kepada kita bahwa amalan akan disebut
sebagai amal saleh jika memenuhi tiga kriteria :
1. Amalan tersebut sesuai dengan ajaran Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah berfirman,
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
"Apa saja yang diajarkan oleh Rasulullah kepada kalian,
ambillah; dan apa yang dilarangnya, jauhilah" (QS. al-Hasyr : 7)
2. Amalan tersebut harus dilakukan dengan ikhlas, mengharapkan
wajah Allah semata. Allah berfirman,
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
"Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah
kepada Allah dengan memurnikan seluruh ibadah hanya untuk-Nya" (QS.
al-Bayyinah : 5)
3. Amalan tersebut dibangun di atas fondasi keimanan yang benar.
Allah berfirman dalam ayat di atas,
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan"
(QS. an-Nahl : 97)
Dari ayat ini kita pahami secara logis bahwa orang yang tidak
memiliki iman, amalannya tidak akan berbuah dan tidak akan membawanya kepada
kehidupan yang bahagia di dunia, apalagi di akhirat.
Pemahaman ini telah disebutkan oleh Allah secara jelas dalam
ayat-ayat lainnya. Di antaranya:
وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا ٢٣
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan" (QS. al-Furqan : 23)
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٦
"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali
neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia,
serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" (QS. Hud : 16)
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَسَرَابِۢ بِقِيعَةٖ يَحۡسَبُهُ ٱلظَّمَۡٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمۡ يَجِدۡهُ شَيۡٔٗا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ٣٩
"Dan orang-orang kafir itu amal-amal mereka laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang yang
dahaga, tetapi apabila didatanginya air itu, dia tidak mendapatinya
sesuatu apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup, dan Allah sangat cepat
perhitungan-Nya" (QS. an-Nur : 39)
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡۖ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَرَمَادٍ ٱشۡتَدَّتۡ بِهِ ٱلرِّيحُ فِي يَوۡمٍ عَاصِفٖۖ لَّا يَقۡدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيۡءٖۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلۡبَعِيدُ ١٨
"Orang-orang yang kafir kepada Rabb mereka, amalan-amalan
mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang
berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa
yang telah mereka usahakan (di dunia). Hal itu adalah kesesatan yang
jauh" (QS. Ibrahim : 18)
Kehidupan Baik yang Dijanjikan Oleh Allah, di Dunia atau di
Akhirat?
Menurut sebagian ulama salaf, kehidupan baik yang dijanjikan oleh
Allah dalam ayat di atas bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah
kehidupan di surga.
Menurut mereka, hidup di dunia tidak bisa dikatakan sebagai hidup
yang baik secara mutlak. Sebab, kehidupan dunia tidak lepas dari beraneka
musibah, beragam kesedihan, rasa sakit, kepenatan, keruwetan, dsb. Oleh sebab itu,
Allah menyebutkan,
وَمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٞ وَلَعِبٞۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ لَهِيَ ٱلۡحَيَوَانُۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ٦٤
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau
mereka mengetahui" (QS. al-'Ankabut : 64)
Para ulama yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kehidupan baik yang disebutkan dalam ayat ini adalah kehidupan di dunia. Dengan
demikian, dalam ayat ini Allah memberikan jaminan kepada orang yang beriman dan
beramal saleh dengan dua kebaikan sekaligus, yaitu kebaikan di dunia dan di
akhirat. Itulah kandungan doa yang selalu dipanjatkan oleh orang-orang mukmin,
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ٢٠١
"Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. al-Baqarah : 201)
Wujud Kebaikan Hidup di Dunia
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah adalah salah satu ulama
yang berpendapat bahwa kebaikan hidup (hayah thayyibah) yang dijanjikan
oleh Allah dalam ayat ini adalah ketika di dunia. Menurut beliau, kebaikan
tersebut meliputi berbagai kebaikan dan kebahagiaan.
Beliau menukilkan penafsiran dari ulama salaf tentang kalimat ini,
di antaranya dari Ibnu 'Abbas dan selainnya yang menafsirkan
kehidupan yang baik sebagai rezeki yang halal, 'Ali bin Abi
Thalib menafsirkannya sebagai qana'ah, sedangkan adh-Dhahhak menafsirkannya
sebagai rezeki yang halal, taufik untuk beribadah kepada Allah, dan kelapangan
dada dalam menjalani ketaatan.
Menurut Ibnu Katsir, hidup yang baik terwakili oleh tiga
penafsiran ini. Hal ini dikuatkan oleh hadits riwayat Muslim dari 'Abdullah bin
'Amr bin al-'Ash bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
"Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam, mendapat
rezeki yang cukup, dan diberi oleh Allah rasa qanaah terhadap pemberian-Nya
kepadanya"
Rezeki yang cukup adalah harta yang tidak kurang dan tidak
lebih dari kebutuhan. Dengan kata lain, sederhana dan pas-pasan. Dengan rezeki
yang cukup inilah seseorang terbebas dari meminta-minta kepada orang lain.
Qana'ah artinya merasa cukup dengan pemberian Allah
kepadanya.
Lebih Jauh tentang Qana'ah
Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah, dalam Shaidul Khathir,
menukil ucapan Syaiban ar-Ra'yi kepada Sufyan, "Wahai Sufyan, anggaplah
perkara duniawi yang tidak diberikan oleh Allah kepadamu sebagai anugerah
dari-Nya untukmu. Sesungguhnya Allah tidak memberikannya kepadamu bukan karena
pelit kepadamu, tetapi karena kelembutan-Nya kepadamu"
Kata Ibnul Jauzi, "Saat kurenungkan ucapan ini, aku yakin
bahwa ucapan ini benar-benar muncul dari orang yang sangat memahami hakikat
hidup. Ya, manusia terkadang memiliki ambisi dan cita-cita tinggi, tetapi tidak
mampu meraihnya. Maka dari itu, ketahuilah, ketidakmampuannya dalam meraih asa
itu sebenarnya lebih baik dan lebih pas baginya.
Sebab, jika ia mampu meraihnya, hatinya tidak akan jernih lagi.
Otaknya ruwet dan bercabang, memikirkan cara menjaga hartanya dan upaya agar
hartanya bertambah.
Ketika ambisinya makin kuat, umurnya akan tersia-siakan. Hati yang
sebelumnya mengutamakan akhirat, lambat laun cenderung kepada dunia. Kalau hati
sudah cenderung kepada dunia, dan ternyata dunia enggan mendatanginya, itulah
kehancuran.
Kalau ia kehabisan modal dan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan dunianya, hal itu menjadi sebab jatuhnya harga dirinya, cepat
atau lambat. Kalau dia mati dalam keadaan hatinya masih berambisi meraih dunia,
sungguh, ia binasa dengan hati kecewa.
Sadarilah, orang yang berambisi terhadap dunia ibarat orang yang
sedang mengasah pedang; pedang itu kelak justru menghabisinya tanpa
disadarinya"
Ibnul Jauzi juga menyebutkan dalam kitabnya, 'Uyunul Hikayat,
bahwa al-'Umari as Saqti berkata, "Aku melihat Bahlul berada di sebuah
kuburan. Ia sedang menggaruk-garuk tanah kuburan itu dengan kakinya. Kutanyakan
kepadanya, "Mengapa Anda di sini?"
"Ya, aku senang berada di tengah-tengah manusia yang tidak
pernah menyakiti. Di saat aku pergi, mereka pun tidak pernah
menggunjingku," jawab Bahlul.
Kukatakan kepadanya, "Tahukah Anda bahwa sekarang ini semua
barang mahal?'
Kata Bahlul, "Hah, andaikata harga satu biji biji apa?
mencapai satu mitsqal, aku tidak peduli. Yang penting bagiku, aku bisa
beribadah kepada Allah sebagaimana Ia perintahkan kepadaku, dan aku yakin Dia
pasti akan memberikan rezeki kepadaku seperti yang dijanjikan-Nya. Apakah
engkau akan menghabiskan umurmu hanya untuk mengejar dunia yang tidak akan
teraih, sedangkan mata pun tidak bisa terpejam gara-gara ingin merasakan
kelezatannya?"
Bisyr bin al-Harits al-Hafi rahimahullah berkata,
"Sungguh, rasa qana’ah memberikan segala kemuliaan. Tiada kemuliaan yang
melebihi qana'ah. Oleh sebab itu, jadikanlah qana'ah sebagai
modal hidupmu"
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Aku mendapati bahwa qana'ah adalah baju kekayaan. Oleh sebab
itu, aku begitu berambisi untuk meraih baju qana'ah itu walau hanya
sepucuk darinya. Dengan itu saja, aku berhasil menjadi orang yang kaya raya
tanpa dirham. Aku berjalan melewati dunia dalam keadaan
merasakan 'izzah (kehormatan dan kemuliaan), ibarat raja yang (bertahta
di atas singgasana)"
Demikianlah, keagungan sifat qana'ah. Sepantasnya kita
berusaha memilikinya. Bagaimana tidak, sementara Nabi kita berdoa kepada Allah,
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ كَفَافًا
"Ya Allah, jadikanlah rezeki bagi keluarga Muhammad
secukupnya"
Mari, kita banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut.
Sederhanakan keinginan, jauhi panjang angan. Sesungguhnya nikmat Allah yang
telah dianugerahkan kepada kita terlalu banyak dan tidak bisa diukur.
Berbahagialah dengan nikmat iman. Syukuri dan peliharalah keimanan itu dengan
menjaga amal ketaatan, niscaya hidup akan lebih baik
TANYA JAWAB
M13
Q : 1. Kenapa ya ustadz, kehidupan masyarakat di negara ini kok
semakin hari saya rasakan bukan semakin baik, tapi malah mengarah "keluar
jalur" dari yang ada dalam al qur'an. Kita sudah ganti pemimpin
beberapa kali, yang mimpin juga muslim, tapi kok kehidupan berbangsa bernegara
kita tidak menuju ke kehidupan yang lebih baik? Salah kita dimana ustadz
dalam menjalankan ajaran islam ini.
2. Tentang islam nusantara, yang katanya lebih toleran, apakah
bentuk toleransi kita harus seperti itu? Kadang kalo berdebat kita kalah
juga, karena mereka bisa menunjukkan hadistnya. Apakah itu karena
pemahaman hadist & pemahaman terhadap al qur'an yang berbeda atau gimana ya
ustadz ?
A : 1. Instropeksi diri kita masing-masing, karena seperti apa
pemimpin, maka seperti itulah rakyatnya, ibarat kita berdiri di depan sebuah
cermin.
"Dan begitulah kami jadikan pemimpin sebagian orang-orang
yang dzalim bagi sebagian lagi, disebabkan apa-apa yang mereka
usahakan" (QS. al-An'am : 29)
Sebagai rakyat jangan pernah sedikit pun kita menyalahkan
pemimpin, berikan naseht dengan bijak jika mereka berbuat kesalahan, do'akan
kebaikan untuk mereka ...
إذا رأيتم أخاكم قارف ذنبا فلا تككونواأعوان الشيظان عليه،
Jika kau lihat temanmu (baik teman biasa atau ia adalah seorang
pemimpin) melakukan dosa, janganlah engkau malah menjadi teman setan
mengalahkan dirinya,
تقولوا: اللهم اخزه، اللهم العنه، ولكن سلواالله العافية.
maksudnya, kau katakan, Ya Allah, hinakanlah dia, laknatilah dia,
namun mintalah kepada Allah agar dia peroleh ampunan
Jangan ditanyakan siapa yang salah, tapi perbaikilah, minimal
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita, jika memang tak memiliki kemampuan,
do'akan kebaikan untuk mereka, do'akan agar Allah lembutkan hati mereka ...
STOP!! untuk menghibah para pemimpin kita ... Semoga negara kita bisa segera
mencapai tujuan, dan meraih بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
2. Sebenarnya Islam adalah agama yang lurus, tidak ada istilah
Islam Arab, Islam Nusantara, dan lain-lain, itu hanyalah sebuah alat yang bisa
menimbulkan perpecahan dalam tubuh umat Islam.
دع المراء فإن نفعه قليل،
Tinggalkan perdebatan, sebab manfaatnya sedikit (bahkan bisa
dikatakan tidak ada manfaatnya sama sekali),
وهو يهيج العداوة بين الإخوان
dan ia (perdebatan) membangkitkan permusuhan di antara kawan
Tak perlu ditanggapi, jalankanlah Islam sesuai dengan ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah
Q : Ustadz mo tanya kita beramal, berbuat baik sedekah
sebenarnya ikhlas lillahi taala tapi kadang hati seperti merasa bangga
wah aku memberi sekian apa itu termasuk riya ustadz trus klo kita berhitung aku
sedekah kira-kira balasan Allah apa ya... apa pahala atau apa itu hukumnya
gimana ustadz .
A : Saat rasa bangga hadir maka tergelincirlah kita, tekan ia, dan
jangan sampai kebaikan kita dalam hal sedekah untuk seseorang, diceritakan pada
orang lain sehingga membuat malu hati orang yang telah diberikan sedekah,
karena amal pahalanya akan menguap dan menjadi laknat Allah atas diri kita. Apa
yang diinginkan hingga main hitung-hitungan dengan Allah, apakah sudah
menyiapkan diri kelak di Yaumil Mahsyar ketika Allah akan menghitung amal kita.
Rasa ikhlas itu tidak memikirkan apa yang akan diperoleh, balasan Allah pasti,
tak akan pernah kurang, dan bisa menjadi berlipat ganda.
Q : Selain dengan berdoa agar Alloh menjaga hati kita,
bagaimana caranya ya ustadz, supaya hati & pikiran kita tidak muncul
perasaan bangga saat memberi atau melakukan kebaikan ? Karena takutnya ketika
muncul rasa bangga akan mengurangi bahkan menghapuskan amalan & pahala kita
A : Tekan ia ... eliminir perasaan tersebut, hinakan ia dan jangan
pernah ceritakan segala amal kebaikan, apakah amalan wajib maupun sunah dengan
orang lain, rahasiakan ia, sebagaimana kita rahasiakan dosa-dosa kita.
M104
Q : Bagaimana cara mengistiqomahkan rasa qonaah itu? Karena
jika sedang kurang harta sedikit saja langsung hilang.
A : Diusahakan, dibiasakan, disadarkan bahwa harta yang didapat
di dunia hanyalah titipan dari Allah, karena ia adalah titipan, maka kapan pun
bisa diambil oleh Allah, dengan cara apa pun ,hehe..karenanya sebagai manusia
harus sadar dan mampu menerima.
Q : Ustadz maksud dari ayat di atas “orang-orang kafir sebaik
apapun ia melakukan amalan di dunia maka tidak akan dibawa sampai akhirat? Dan
allah akan membalas kebaikan mereka langsung di dunia?
A : Bagi orang-orang kafir, sebaik apa pun amal mereka di dunia,
tidak akan ada ganjaran pahala untuk mereka, yang bisa menyelamatkan mereka
dari siksa api neraka kelak di akhirat, karena mereka sudah dipastikan sebagai
bahan bakar api neraka ,
Q : Mereka sudah bisa dipastikan tidak akan merasakan nikmatnya syurga
ya stadz...?
A : Naam, jika meninggal dalam keadaan kafir namun, jika hidayah
Allah datang menghampiri sebelum ajal menjemput, maka takdir berkata lain.
Q : Bagaimana cara kita mengukur bahwa hidup kita itu sudah
menjadi lebih baik? Apa ada parameter kehidupan yang bisa menentukan sudah baik
apa belum. Kalau seperti yang diatas kelapangan dada dalam menjalani
ketaatan, ketaatan seperti apa?
A : Taat atas segala apa yang diperintahkan, dan menjauhi segala
apa yang dilarang, itulah indikatornya..
Q : Stadz kalo ada niat mo memberikan santunan ke anak yatim
piatu apakah tidak boleh memandang agama mereka?
A : Jika sumbangan yang didapat dari non muslim, selama dapat
dipastikan tidak ada udang di balik batu, tak ada kepentingan terselubung
terkait penyebaran agama mereka, tidak masalah diterima sebagai hadiah, karena
Rasulullah SAW pun menerima hadiah yang diberikan oleh orang-orang kafir, dan
tentunya tidak terkait dengan perayaan hari besar mereka.
Q : Dan jika dihadapkan dengan pilihan memberi santunan ke anak
yatim tapi orang tuanya mampu dengan memberi santunan ke anak yang orang tuanya
berkekurangan lebih baik ke memberi santunan k siapa stadz?
A : Anak yatim itu kalau mampu artinya tidak berhak untuk
menerima infak (baik yang wajib atau pun yang sunat), termasuk dalam hal ini
anak yatim yang telah mendapat bantuan, sehingga mereka benar-benar telah
terjamin hidupnya. Tentunya yang lebih membutuhkan adalah
"fakir-miskin", jika anak yatim tidak termasuk golongan fakir-miskin
maka tidak ada alasan untuk membantu mereka secara finansial. Seharusnya memang
seperti itu, kenapa membantu orang yang mampu ,hehe kecuali, jika orang tua si
anak yatim tadi melalaikan tanggung jawabnya, sehingga anak tersebut
tersia-sia, maka wajib dibantu dari 2 sisi ...mengingatkan/menasehati orang
tuanya dan menanggung kebutuhan si anak, hingga orang tuanya menyadari
kesalahannya
Q : Saya mau tanya, bagaimana cara menghadapi teman-teman dalam
suatu grup medsos? Mereka selalu ngobrol yang menurut saya tidak pantas
(mengolok-olok satu sama lain) ingin mengingatkan dikira sok bener, nggak
komentar dikira sombong, ingin left dikira memutus tali
silaturahmi,hiks..hiks..
A : Diam, jika tidak ada hal yang penting tidak usah ikut
berkomentar.
Q : Main game untuk melepas suntuk juga tidak boleh ustadz?
Hiks.hiks tapi game itu tidak haram kan?
A : Ana tidak ada kata untuk membenarkan, sebebarnya kalau
suntuk buka, baca, dan tadaburi al-Qur'an.
"Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
(al-Qur'an) sebagai pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman" (QS. Yunus : 57)
Q : Kalau sekedar menyumbang gpp kan? Soalnya temen saya punya banyak kerudung trus mau saya bantu salurin ke panti
A : Asal sifat sumbangannya hadiah ndak apa, bebas mau
disalurkan kemana pun,hehe. Ketika ada sumbangan pastikan niatnya hadiahkah,
sedekahkah, zakatkah, kenapa sebegitu repotnya? Karena bagi seorang yang
mendapat amanah untuk menyalurkan, harus ada kejelasan.
Jika ia hadiah ...bebas, dalam artian tidak terikat, mau
diserahkan kemana, dimana, dengan siapa, kaya, miskin, tua, muda, muslim, non
muslim
siapa saja berhak untuk menerima hadiah.
Jika ia adalah sedekah ...
"Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Bersedekahlah!" Seseorang menanggapi, "Ya Rasulullah, saya
memiliki satu dinar (rezeki)" Rasul berkata, "Bersedekahlah untuk
dirimu" Ia berkata, "Saya masih punya sisanya" Kata Rasul,
"Berikan kepada istrimu" Ia berkata, "Masih ada yang lain"
Kata Rasul, "Berikan kepada anakmu!" ia menkawab, "Masih ada
yang lain" Kata Rasul, "Berikan kepada pelayanmu!" ia kembali
berkata, "Masih ada yang lain" Rasul berkata, "Terserah kamu
(kamu lebih tahu)" (HR. an-Nasa'i no.(2534) 5/66)
Jadi, utamakan kerabat dekat dulu yang memerlukan, baru
disalurkan pada orang lain. Jangan sampai gajah di pelupuk mata tidak terlihat,
namun semut di seberang lautan begitu jelas terlihat. Jangan asik membantu
kehidupan orang lain yang jauh, sedang karib kerabat untuk makan saja begitu
sulit.
Jika ia adalah zakat ... yang boleh menerima hanya 8
asnab/golongan
Siapa saja orang-orang yang berhak menerima zakat? Berikut ini 8
golongan orang Islam yang berhak menerima zakat :
a. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)
b. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)
c. Riqab (hamba sahaya atau budak)~ sudah tidak ada
d. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)
e. Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
f. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
g. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)
h. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)~ hanya
yang ditunjuk oleh negara, bukan pantia amil zakat masjid/mushalla
Dari 8 itu, yang utama adalah fakir-miskin, tidak ada anak yatim
di sana, kecuali mereka termasuk golongan fakir-miskin. Semoga bisa dipahami
sehingga tidak salah sasaran dalam penyaluran hadiah, sedekah, atau zakat.
sehingga tidak salah sasaran dalam penyaluran hadiah, sedekah, atau zakat.
Q : Kenapa mualaf masuk dalam daftar orang yang menerima zakat?
Hanya mualaf yang tidak mampu saja kan stadz?
A : Mualaf itu orang yang baru saja masuk Islam, baru mengucap
dua kalimat syahadat, baik yang kaya atau yang miskin, atas mereka berhak
diberikan bagian zakat, kenapa? Karena nash atau dalilnya dalam al-Qur'an
memang menyebutkan seperti itu. Lalu apa hikmahnya? Itulah indahnya Islam,
ketika seseorang baru masuk Islam, otomatis ia harus melaksanakan aqiqah, untuk
pelaksanaannya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karenanya setiap
mualaf (orang yang baru masuk Islam) disentuh dengan indahnya Islam, berbagi
sebagian harta dengan mereka, agar mereka rasakan indahnya kebersamaan dalam
Islam, dan untuk membesarkan hati mereka,hehe
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment