Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 3, 8, 15 Agustus 2016
Narasumber : Ustadzah Lara
Narasumber : Ustadzah Lara
Rekapan Grup Nanda M106 dan Bunda M3,
,M30
Tema : Psikologi
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
WHEN PRIDE COMES
Oleh Lara
Fridani
“ Nanti acara
perpisahan sekolah, pakai baju yang ‘ngejreng’ yuk, biar keren! Ngapain malu?
Pede aja gitu lho!”
“ Yah…..masa
sama guru aja takut. Paling resikonya dimarahin. Bagaimana nih, jadi ikut
bolos gak?
“ Woi..dosa gak
usah dipikirin. Mana ada manusia yang gak pernah berbuat dosa. Santai aja
kenapa sih?
“Kalau bukan
aku yang waktu itu ada ide, mana bisa kita buat acara rame-rame kayak gini!”
Banyak orang
yang beranggapan bahwa keberanian anak untuk tampil beda, keberanian
melontarkan ide, keberanian mengambil resiko dan segenap keberanian lainnya
sebagai salah satu bentuk kepercayaan diri. Terlepas dari bentuk kepercayaan
diri yang beragam, banyak orang tua yang menyakini pentingnya mengembangkan dan
melatih kepercayaan diri tersebut pada anak sejak mereka berusia dini. Berbagai
seminar dan program pelatihan yang dirancang sedemikian rupa terkait dengan
teknik/strategi pengembangan kepercayaan diri anak banyak dilakukan secara
intensif terutama di kota-kota besar. Tentu saja ini adalah sebuah hal yang
positif selama materi dan praktek kegiatannya tidak bertentangan dengan nilai
nilai luhur yang kita yakini. Namun bisa menjadi masalah yang memprihatinkan
ketika konsep percaya diri yang diajarkan ini disalahartikan dan melebar ke
arah kebanggaan/pride, yang berbeda tipis dengan kesombongan. Apalagi jika
esensinya keluar dari batasan Islam.
Sebagai contoh
adalah sikap ‘ malu’ yang kadang dianggap sebagai sikap yang bertolak belakang
dengan kepercayaan diri. Padahal dalam Islam malu adalah sebagian daripada
iman. Ketika seorang remaja perempuan merasa malu untuk berpakaian minim dan
mencolok yang mengundang perhatian banyak orang, tentunya rasa malu ini bukan
sekedar bentuk ketidakpercayaan diri untuk tampil beda, tapi bisa jadi
merupakan bagian dari keimanan. Ketika seorang remaja merasa ‘takut’ melakukan
pelanggaran , tentunya rasa takut ini bukan sekedar bentuk ketidakberanian
mengambil resiko, tapi bisa jadi merupakan bagian dari akhlak muslim untuk
patuh pada aturan. Demikian pula halnya dengan sikap ‘diam’, (dalam artian tak
pamer dengan kelebihan diri, tak menyebut- nyebut jasanya pada orang lain)
adalah bagian dari akhlak seorang muslim, bukan berarti tak pede berbicara.
Yang lebih
mengkhawatirkan adalah ketika seseorang memandang remeh sebuah kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan dengan alasan bahwa kelalaian itu hal yang wajar
terjadi. Apalagi merasa ‘percaya diri’ untuk tetap melakukan hal yang dilarang
oleh agama kita. Padahal kesalahan yang kita lakukan harus dipandang serius
dalam rangka perbaikan diri untuk segera bertobat. Sekecil apapun perbuatan
kita di dunia, ada pertanggungjawabannya di akherat kelak.
Ibnu Mas’ud RA
berkata “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya seakan-akan di berada
di bawah sebuah gunung dan dia khawatir kalau gunung itu ditimpakan
kepadanya.Sedangkan orang fasik melihat dosa-dosanya seperti dia melihat seekor
lalat yang bertengger di hidungnya.”
Percaya diri
dalam Islam terkait dengan keyakinan teguh untuk menegakkan prinsip sesuai
syariat, semangat berprestasi mematuhi aturan Pencipta. Percaya diri dalam
konsep islam jauh dari sikap sombong, terlepas dari sikap merendahkan orang
lain, dan tak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan pencitraan diri untuk
dibilang hebat. Dalam banyak pepatah yang umum pun kepercayaan diri yang
berlebihan atau kebanggaan dan kesombongan dilihat sebagai suatu hal yang patut
tidak baik. When arrogance comes, then comes shames. When pride comes, then
comes disgraces. Bahkan ada kata-kata bijak yang mengkaitkan pride dengan orang
yang ‘bodoh’: “ One day you will understand that pride is the sign of a foolish
man. The foolish man goes on his pride with no thought.”
Rasulullah SAW
dan generasi awal telah memberikan contoh yang luar biasa terkait dengan
keyakinan dan kepercayaan diri mereka- terlepas dari kesombongan- untuk
berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dengan sikap tersebut mereka berprestasi
membawa Islam menuju zaman keemasannya.
Al Quran
sebagai rujukan utama umat Islam menegaskan tentang pentingnya umat islam
memiliki kepercayaan diri sebagaimana firman Allah SWT :
Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman
(Ali Imran ayat 139).
Semoga tak ada
di antara kita yang sibuk menyiapkan anak-anaknya untuk percaya diri dengan
segala atribut kecantikan, keberanian, kepandaian, ketrampilan tapi tidak
dilandasi ketaqwaan. Semoga tak ada di antara kita yang sangat percaya diri
telah berbuat kebaikan tapi tidak dilandasi keikhlasan. Selayaknya rasa percaya
diri yang kita arahkan pada anak anak kita ditujukan kepada keteguhannya untuk
yakin dengan ajaran Islam, bukan sekedar keyakinan akan tampilan fisik,
intelektual, ataupun status social. Selayaknya rasa berani yang kita ajarkan
pada anak kita adalah berani mengatakan kebenaran dan malu berbuat dosa.
Semoga Al Quran
senantiasa menjadi pedoman kita dalam bersikap tegas saat kepercayaan diri anak
kita ‘berkembang’ ke arah salah, berkembang menjadi kebanggaan ‘menjadi diri
sendiri’ tanpa landasan iman; kebanggaan akan kesalahannya tanpa landasan
taqwa. Semoga Al Quran menjadi panduan kita dalam bersikap tegas saat anak anak
kita tak percaya diri dengan identitas keislamannya, ragu pada janji Allah
untuk ‘berpretasi’ dan berjuang dalam dakwah Islam. Percaya dirikah kita untuk
bisa ‘mendatangkan’ rasa percaya diri dengan landasan iman pada anak-anak kita?
“Hai-orang-orang
yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya, Dia akan menolong dan
meneguhkan kedudukanmu” (Surat Muhammad ayat 7)
TANYA JAWAB
Q :
Assalamu'alaikum ustadzah, bagaimana baiknya sikap kita jika ada teman akrab
sering pamer/uploud foto selfie dan harta, tiap kemana-mana laporan (update
status) di fb atau bbm, dilihatin risih mau di delcont tapi kenal ??
Sudah disindir pakai dp bbm tapi kayaknya cuma numpang lewat
A :
Wlkmslm wr wb. Saran saya sebagai teman yang baik, maka kita perlu cari
strategi yang bijak untuk menasehati teman kita, jadi jangan dibiarkan
keterusan selfie, apalagi dipuji. Orang yang suka selfie dan update status
sebenarnya perlu dikasihani ya, karena mereka sepertinya butuh perhatian dan
pengakuan dari orang lain. Kalau pakai sindiran, belum tentu mengena kalau dia
nya tidak peka, atau malah tak suka dengan sindiran tersebut. Jika ada
kesempatan, diskusikan topik ini, atau bahas artikel yang terkait topik ini,
bagaimana ajaran islam mengajarkan kita dalam hal ini. Tapi jangan sampai
berdebat ya.
Q :
Assalamu'alaikum ustadzah,. Bagaimana kalo kita mengupload foto bersama temen,
untuk menunjukan kebersamaan kita, dan menunjukan bahwasanya kita tetap
menjalin ukhuwah, agar temen yang lain ingin ikut menjalin ukhuwah. Kemudian,
ada saatnya kita pasti ingin sesekali pasang foto kita di sosmed, apakah itu
salah? Terimakasih
A : Wlkmslm wr
wb. Kadang memang sulit ya untuk menghindar dari kebiasaan dan trend seperti
ini. Saya pribadi pun masih berusaha utk meminimalkan sekalipun foto bersama
untuk menjalin ukhuwah. Masalahnya adalah jika foto itu bisa diakses oleh orang
banyak, apalagi para pria yang bukan muhrim kita.
Kita perbaiki niat kita saat ingin memasang foto di sosmed, apakah maksudnya? Mungkin lebih baik fotonya dipasang di group tertutup saja yang akhwat semua. Lebih aman dan mengurangi resiko ya? Wallahualam
Kita perbaiki niat kita saat ingin memasang foto di sosmed, apakah maksudnya? Mungkin lebih baik fotonya dipasang di group tertutup saja yang akhwat semua. Lebih aman dan mengurangi resiko ya? Wallahualam
M3
Q : Lalu sikap
percaya diri seperti apakah yang baik untuk kita ajarkan kepada anak kita?
A : Percaya
diri ketika melakukan hal yang benar, dan malu untuk berbuat hal yang dilarang
agama kita
Q : Sejak usia
berapa percaya diri menurut Islam bisa ditanamkan pada anak? Adakah listnya
kepercayaan diri menurut Islam berdasarkan usia anak?
A : Saya kurang
tahu kategori usia sesuai ajaran islam. Tapi kalau dari tinjauan
psikologi, sejak usia dini, anak perlu dikondisikan sehingga merasa nyaman
(secara fisik psikologis spiritual); sehingga seiring perkembangan
usianya dia mengembangkan sikap positif pada diri dan lingkungannya, yang dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Q : Ustadzah..
Jika kita kagak kekinian ntar dianggap ketinggalan jaman, udik, dsb. Bagaimana
cara menjelaskan ke pasangan bahwa bukannya kita jadul tapi karena buat apa
kita sibuk mempercantik diri, mengikuti trend tapi uang pas-pasan/belum ada
rezeki berlebih untuk hal-hal seperti itu..jika rezeki lebih digunakan untuk
kebutuhan anak dan sehari-hari
A : Sebagai
muslim yang baik, segala permasalahan tentu saja kita kembalikan kepada ajaran
islam. Jadi alasan kecantikan, kondisi sesuai dengan perkembangan zaman dsb
tentunya cocok dengan standar aturan islam. Kalau trend justru berubah-ubah,
yang jadul misalnya suatu saat bisa jadi trend lagi, bukankah demikian? Apalagi
jika sampai memaksakan diri hingga kebutuhan yang lebih penting malah
dinomorduakan gara-gara ikut trend.
M20
When pride comes
Q : Kita
membentengi anak dengan agama tp diluar mata anak bisa dengan mudah menemukan
hal-hal yang berbeda dengan yang kita ajarkan, kadang anak protes tapi setelah
dijelaskan insyaallah paham, namun kejadian ini terulang terus, bagaimana kita
menyikapimya ? Pernah anak saya bilang kenapa ya si A bolos tapi kok ga
dimarahi ortunya, ato misalnya kenapa si B boleh foya-foya diluar dengan bebas....padahal
ada aturannya? Kenapa dan kenapa...saya hanya bilang hidup akan nyaman bila
kita nurut pada aturan allah, kalian ingin masuk surga kan ? Ini senjata
pamungkas saya menjawab pertanyaan mereka ..apa saya salah menjelaskan bun?
A : Ya mbak
benar, bahwa pengaruh lingkungan begitu kuat pada anak-anak kita sekalipun
dalam keluarga , kita berusaha mengajarkan nilai-nilai yang baik. Memang
sebagai ortu khususnya ibu, kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menimba
pahala sebanyak-banyaknya jika bisa amanah membimbing anak anak kita. Kekuatan
doa kita menjadi point terpenting, selain membina komunikasi yang baik pada
anak. Anak yang punya kelekatan yang baik pada ibunya, in shaa Allah akan
berkembang pula rasa percaya pada apa yang diajarkan oleh ibunya. Jadi
sekalipun lingkungan kurang mendukung, in shaa Allah dengan kekuatan doa di
keluarga, anak akan kembali pada kita. Tapi selain doa kita perlu ikhtiar,
belajar dari Al quran dan hadits, bagaimana mengkomunikasikan ajaran
islam pada anak kita yang kritis, suka bertanya tanya. Sehingga kita
menasehatinya secara bijak.
Q : Saya bertanya
bun, gimana cara membangun kepercayaan diri untuk anak usia 7 tahun keatas
tanpa sikap sombong ikut berkembang, terimakasih. ...
A : Anak banyak
mencontoh dari orang yang berinteraksi dengannya. Jika kita
dalam keluarga menjadi contoh yang baik, membiasakan bersikap tawadhu, melatih
anak untuk tawadhu pula, in shaa Allah ia akan terjauh dari sikap sombong.
Q : Bagaimana
mengembangkan keyakinan/rasa percaya diri anak sejak dini atau bahkan dalam
masa kandungan ?
A : Kondisi
fisik, psikologis dan spiritual ibu yang sedang mengandung, sedikit banyak akan
berpengaruh pada perkembangan bayi/ anaknya. Namun setelah bayi dilahirkan, lingkungan
termasuk ibu memiliki pengaruh yang lebih besar dalam memberikan pendidikan
pada anak. Dengan demikian, ibu perlu berusaha memberikan anak rasa nyaman pada
anak agar terbina rasa percaya pada ibunya dan rasa aman pada lingkungan. Anak
juga perlu diberi kesempatan untuk mengeksplor lingkungannya dengan pengawasan
kita sehingga berkembang kemandiriannya dan rasa percaya bahwa dia bisa. Anak
yang bisa mendapatkan kondisi positif tersebut akan lebih mudah untuk
mengembangkan rasa percaya diri yang positif.
Q : Ustadzah
bagaimana cara menghadapi abg yang mempunyai sikap tertutup dan pendiam,
sementara sebagai orang tua ada rasa khawatir dengan pergaulan nya, meski dia
sekolah di sekolah islami yang tetap aja sebagai ortu ada rasa khawatir juga .
A : Mudah-mudahan
bunda tetap ikhtiar untuk menjalin komunikasi bunda dan anak agar lebih hangat.
Kalaupun anak jarang sharing ke bunda, ada baiknya bunda tetap sharing ke anak.
Dengan komunikasi yang baik, in shaa Allah terjalin hubungan yang lebih baik.
Dan mudah-mudahan suatu saat, anak yang akan sharing ke bunda. Sesekali
bunda juga bisa cerita untuk mengambil hikmah, tentang pengalaman bunda saat
remaja dulu. Atau pengalaman teman bunda. Perkenalkan juga anak
bunda tentang Rasulullah SAW saat remaja maupun para sahabatnya.
Jika ada rejeki, belikan buku yang bisa jadi contoh teladan buat anak dan kita
bisa diskusikan sesuai topik terkait. Kondisikan suasana ngobrol nya natural
santai, jangan dipaksakan. Sesekali tanya pendapatnya dan minta dia sharing juga
pengalaman terkait temannya di sekolah. Rasa khawatir memang wajar
bunda, asalkan tidak berlebihan dan ada alasan untuk itu. Alhamdulillah anak
sekolah di sekolah islami, semoga membawa keberkahan tersendiri.
Q : Bolehkah ibu
hamil menyusui ,, dan bagaimana membagi kasih sayang adik kk ,, yang jarak
usianya deket ,, trimsksh
A : Tentang
kesehatan lebih baik bertanya dengan ahlinya ya bunda, saya khawatir salah
karena background pendidikan saya dari psikologi, bukan medis. Kita berbagi
kasih sayang sesuai kebutuhan masing-masing anak kita. Tapi jangan lupa
untuk melibatkan si kakak ketika bunda berinteraksi dengan adiknya
sehingga akan meminimalkan rasa cemburu si kakak. Misalnya sambil menyusui, si
kakak dipeluk juga. Sesekali ceritakan kelebihan dan kebaikan si kakak pada
adik bayi, dimana si kakak menyimak. Juga ceritakan pada adik bayi di depan
kakak bahwa kakaknya sangat sayang padanya. Kalau adik sudah agak besar,
juga perlu ditanamkan rasa hormat pada kakak.
Q : Ada seorang
perempuan yang lahir di luar nikah, kemudian selama hidupnya ybs merasa tidak
diterima oleh orangtuanya, lebih-lebih ketika orang tuanya menyatakan bahwa
menyesal telah melahirkan ybs. Sekarang kondisi ybs sudah menikah dengan
baik-baik & Alhamdulillah sedang hamil. Kemudian semua kenangan masa kecil
ybs bermunculan kembali mungkin akibat kondisi hormon & psikis sehingga
mudah menangis, dikhawatirkan depresi lalu mengganggu kehamilannya. Apakah
saran yang harus dilakukan ybs? Ybs selalu mengutarakan ke saya kalau khawatir
jika mendidik anaknya kelak sesuai dengan ortu ybs mendidik di masa lalunya
(walaupun tanpa ybs sadari) Bagaimana cara merubah paradigma ybs tersebut?
A : Semoga beliau
diberi kekuatan untuk yakin pada pertolongan Allah atas segala masalah yang
sedang dihadapi. Dan banyak berdzikir agar tidak diliputi rasa khawatir yang
berlebihan. Di sini pentingnya teman terdekat untuk bisa memberikan dukungan
agar beliau tetap optimis. Ingatkan beliau juga agar senantiasa tak lupa
bersyukur dgn kehidupan sekarang, bisa berkeluarga dan akan mendapat
amanah anak dari Allah SWT.
Q : Apakah boleh
kalau kita sebagai ortu yang bekerja sendiri bercerita kepada anak yang masih
usia 7th tentang kondisi ekonomi kita. Harapan.nya agar anak mengetahui agar
bisa menge-rem kebiasaan jajan di luar
A : Kita bisa
menjelaskan pada anak kita seperlunya, tak perlu detail agar anak juga tidak
khawatir. Tujuan kita bercerita secara umum ini adalah hanya agar anak belajar
prihatin dan meningkatkan rasa empati pada usaha keras orang tuanya.
Jangan lupa untuk juga menunjukkan rasa optimis ortu untuk bisa
berikhtiar lebih baik dan minta anak untuk sama sama berdoa.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment