Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Senin, 11 Desember 2017
Rekapan
Grup Nanda 1
Narasumber
: Ustadzah Pristia
Tema : Kajian Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MENGAPA MERAYAKAN TAHUN
BARU MASEHI DILARANG ???
Yuk kita lihat sejarahnya
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada
tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai
kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang
telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini,
Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah,
yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi
matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu
dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun
45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan
agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang
secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak
lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis
dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti
dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah
dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun
baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur
umum nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik
oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September.
Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1
Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan
hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Sahabat Abdullah bin ’Amr RA
memperingatkan dalam Sunan Al-Baihaqi IX/234:
”Barangsiapa yang membangun negeri
orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan
karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan
demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”
Masih ingat dengan hadits ini?
“Dan barangsiapa yang menyerupai satu
kaum, maka ia termasuk golongan mereka”
Jelaslah ketika kita ikut serta
merayakan tahun baru masehi, sama artinya kita termasuk ke dalam golongan
mereka, na’udzubillah tsumma na’udzubillah
Oleh karena itu, mari kita isi
pergantian tahun baru ini (walaupun bukan tahun baru hijriah) dengan hal-hal
yang lebih bermanfaat. Misalnya, muhasabah diri. Menghisab diri, sebelum datang
masa kita dihisab yang sebenarnya. Mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan di
tahun-tahun yang telah lalu. Kemudian membuat perencanaan yang lebih baik di
tahun yang akan datang. Semoga tahun depan lebih baik dari tahun ini, agar kita
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.
So, teman. Sudah benarkah momentum tahun
baru kita?
Dari situ kita bisa lihat bahwa
Momentum pergantian tahun, umumnya
dirayakan dengan meriah. Penuh sorak-sorai dan gemuruh tiupan terompet yang
beraneka ragam bunyinya. Gemerlap lampu tersebar di berbagai sudut kota.
Indahnya pancaran kembang api di angkasa mewarnai kegelapan langit pada
detik-detik pergantian tahun.
Dari berbagai macam persiapan dan
berbagai macam rencana yang telah mereka lakukan tidaklah banyak manfaat yang
bisa diambil dari perayaan tahun baru tersebut. Dari hasil pesta perayaan tahun
baru tersebut yang tampak hanyalah sampah-sampah yang berserakan di jalan-jalan
dan macetnya lalu lintas yang tak terkendalikan setelah selang beberapa jam
kemudian.
Bukankah ini menunjukkan bahwa peristiwa
pergantian tahun hanya merupakan fenomena sesaat yang memberikan kenikmatan
dalam hitungan menit. Itulah sebabnya orang secara tidak sadar telah
menghamburkan sekian banyak uang untuk menikmati perpindahan tahun
tersebut.
Bukan Tahun Barunya yang penting, tetapi
bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki
tahun baru.
Di balik perayaan malam pergantian tahun
baru yang cukup meriah dari tahun ke tahun, sebenarnya ada makna yang bisa
diambil dari pergantian tahun itu. Makna yang terkandung adalah, kita harus
introspeksi diri kita di tahun sebelumnya dan menentukan visi dan misi yang
akan dicapai pada tahun yang baru ini.
Pasti kita masih ingat
kejadian-kejadian atau peristiwa yang kita alami di tahun sebelumnya, dari
mulai peristiwa atau kejadian yang menyenangkan, menyedihkan, menjengkelkan
atau bahkan yang memalukan sekalipun. Hal-hal itulah yang dapat kita jadikan
sebagai pelajaran di tahun-tahun berikutnya agar kita bisa menjadi seseorang
yang lebih dewasa, karena pengalaman atau setiap peristiwa yang kita alami
setiap hari merupakan pelajaran kehidupan yang sangat berharga.
Tahun Baru berarti memiliki cara pandang
yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh sesuatu yang baru. Tahun
Baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih
jenjang karier yang baru. Jangan sampai seperti seorang pembelah kayu yang
terus menerus menyia-nyiakan waktu dan tenaganya untuk membelah kayu dengan
kapak tumpul, karena tidak punya cukup waktu untuk berhenti dan mengasah kapak
itu.
Sebagai manusia yang memiliki akal sehat
tentunya kita harus bisa merubah cara berpikir dan berperilakunya yang keliru
dengan cara melejitkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal
dalam bingkai keimanan dan ketaqwaan, menebarkan kebaikan dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar yang merugikan manusia lainnya. Kita akan dianggap
kelompok orang yang beriman jika dalam setiap gerak kita aksi kita selalu
bertaburan kebaikan dan sepi dari kemungkaran.
Kesadaran untuk menjadi mukmin
secara hakiki akan mengantarkan kita kepada pola pikir dan aksi yang positif,
mendorong kita untuk melakukan kerja besar dan menghindarkan kita dari
perbuatan/pekerjaan yang sia-sia.
Oleh karena itu kita harus mulai dari diri
kita (ibda’ binafsik) selanjutnya kesadaran individu harus bermetamorfosis
menjadi kesadaran kolektif, menjadi kesadaran umat, sehingga kita mampu
menempatkan diri pada tempat yang seharusnya. Kita harus menjadi umat yang
mulia dan bukan menjadi hina. Dari sinilah kita bisa menemukan jati diri yang
sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup sehingga hidup ini dapat
memberi manfaat bagi semua di dalam memperingati tahun.
Demikian materi yang dapat saya
sampaikan. Afwan jika ada salah kata. Wallahu'alam bi sawwab
TANYA JAWAB
-
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment