Home » , , , » Golongan Munafiqun (Munafik)

Golongan Munafiqun (Munafik)

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, April 14, 2020


KAJIAN ONLINE HAMBA اللَّهِ SWT G3
KAJIAN RUTIN
Hari, Tanggal: Selasa, 27 Agustus 2019
Jam: 20.00 smp selesai
Tema: Munafik (Sesi Aqidah)
Narsum: Ustadz Farid Nu'man
Notulen: Sapta
┈┈ ✿⊱┈┈

Golongan Munafiqun; Deskripsi, Karakter, dan Sikap
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

📕 Definisi An Nifaaq

Imam Ibnul Atsir Rahimahullah berkata tentang makna An Nifaaq:

وهو أن يُقِرَّ بِلِساَنه ولا يَعْتَقد بقَلْبه

An Nifaaq adalah menyatakan secara lisannya namun tidak meyakini dalam hatinya. (An Nihaayah Fi Ghariibil Hadiits wal Atsar, 4/340)

📙 Kafirkah Orang Munafiq Itu ?

Para ulama memasukan An Nifaaq sebagai salah satu bentuk kekafiran secara bathin.

وقيل : الكُفْر على أرْبَعَة أنْحاء : كُفْر إنْكار بالاّ يَعْرِف اللّه أصْلاً ولا يَعْتَرِف به
 وكُفْر جُحود ككُفْر إبليس يَعْرِف اللّه بقَلْبه ولا يُقِرّ بِلسانه
 وكُفْر عِناَد وهو أنْ يَعْتَرف بقَلْبه ويَعْتَرف بِلِسانه ولا يَدِين به حَسَداً وبَغْياً ككُفْر أبي جَهْل وأضْرَابه  وكُفْر نِفَاق وهو أن يُقِرَّ بِلِساَنه ولا يَعْتَقد بقَلْبه

Dikatakan bahwa kekafiran itu ada empat sisi:

1.    Kafir karena inkar, yaitu tidak mengenal Allah dan tidak mengakuiNya.
2.    Kafir karena Juhud (menolak), yaitu seperti kekafiran Iblis. Mengimani Allah dihatinya tapi tidak mengikrarkan di lisannya.
3.    Kafir karena 'inad (membangkang), yaitu pengakuan di hati dan di lisan namun tidak beragama dengannya, karena dengki dan melawan, seperti Abu Jahal dan semisalnya.
4.    Kekafiran karena Nifaaq, yaitu mengikrarkan di lisannya namun tidak meyakini di hatinya.
(An Nihaayah, 4/340, Taajul ‘Aruus, 14/51, Tahdzibul Lughah, 3/363, Kitaabul Kulliyaat, Hal. 1221, Lisanul ‘Arab, 5/144)


📘 Macam-Macam Kemunafikan

Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah mengatakan :

الأول : النفاق الأكبر ، وهو أن يظهر الإنسان الإيمان بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر ، ويبطن ما يناقض ذلك كله أو بعضه . وهذا هو النفاق الذي كان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ونزل القرآن بذم أهله وتكفيرهم ، وأخبر أنهم في الدرك الأسفل من النار .
والثاني : النفاق الأصغر ، أو نفاق العمل ، وهو أن يظهر الإنسان علانية صالحة ، ويبطن ما يخالف ذلك

1.    An Nifaq Al Akbar (Nifaq Besar)
Yaitu seorang manusia yang menampakkan iman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, dan hari akhir, tapi dihatinya bertentangan dengan itu, baik sebagian atau keseluruhannya. Kemunafikan jenis ini ada pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan Al Quran turun dengan mencela mereka dan mengkafirkan mereka, dan mengabarkan bahwa mereka di neraka yang paling bawah.

2.    An Nifaaq Al Ashghar (Nifaq Kecil), atau kemunafikan dalam amal perbuatan.
Yaitu menusia yang menampakkan keshalihan, namun dia menyembunyikan dihatinya yang sebaliknya.
(Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, 2/343)


📓 Dalil-Dalil Kekafiran Kaum Munafiqun

Allah Ta'ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا

Allah telah menyediakan bagi kaum munafiq laki-laki dan perempuan, dan orang-orang kafir, yaitu neraka jahanam, mereka kekal abadi di dalamnya. (QS. At Taubah: 68)

Ayat lainnya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafiq berada di neraka yang paling bawah, dan mereka sama sekali tidak memiliki penolong.  (QS. An Nisa: 145)

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menjelaskan:

وَمِنْ هُنَا فَإِنَّ كُل مَا ذُكِرَ فِي الْقُرْآنِ مِنْ وَعِيدٍ لِلْكَافِرِينَ يَدْخُل فِيهِ أَهْل النِّفَاقِ الأَْكْبَرِ ؛ لأَِنَّ كُفْرَهُمُ اعْتِقَادِيٌّ حَقِيقِيٌّ ، لَيْسَ مَعَهُ مِنَ الإِْيمَانِ شَيْءٌ . وَحَيْثُ قُرِنَ الْكُفَّارُ بِالْمُنَافِقِينَ فِي وَعِيدٍ ، يُرَادُ بِالْكُفَّارِ مَنْ كَانَ كُفْرُهُمْ مُعْلَنًا ظَاهِرًا ، وَبِالْمُنَافِقِينَ أَهْل الْكُفْرِ الْبَاطِنِ

Dari sinilah bahwasanya setiap ancaman yang disebutkan dalam Al Quran yang ditimpakan kepada orang-orang kafir maka orang yang nifaq akbar termasuk di dalamnya, karena kekafiran mereka adalah kekafiran keyakinan yang hakiki, dan  sama sekali tidak ada iman padanya. Pada saat orang-orang kafir dan munafiq dibarengkan dalam hal ancaman, maka maksud dari orang-orang kafir adalah orang yang kekafirannya nyata dan jelas, ada pun munafiqin adalah yang memang batinnya kafir. (Al Iman, Hal. 48-50)


📗 Karakter Dasar Kaum Munafik

Al Quran dan As Sunnah telah menerangkan sejumlah karakter dasar kaum munafik. Sehingga gelagat dan tanda kemunafikan bisa ditangkap dan dilihat, walau dalam hatinya kita tidak mengetahui pasti apakah seseorang masuk kategori munafik tulen atau tidak. Ini juga menjadi evaluasi bagi kita, apakah ciri dan bakat munafik juga ada dalam diri kita. Dengan kata lain, bisa jadi ada seorang merasa beriman, tetapi dalam perilakunya beririsan dengan perilaku kaum munafik.

Karakter tersebut kami sebutkan beberapa saja, antaranya:

1.    Suka merusak

Allah berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12)

Dan jika dikatakan kepada mereka: “Janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Kami ini hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu perusak tetapi mereka tidak menyadarinya. (QS. Al Baqarah: 11-12)

2.    Suka dan Pandai  Bersilat Lidah

Allah berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

 Dan jika dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang  beriman.” Mereka menjawab: “Apakah kami mesti beriman seperti orang-orang bodoh itu beriman?” Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah: 13)

3.    Bermuka Dua

Allah berfirman:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)

Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami ini beriman.” Dan jika mereka kembali kepada syetan-syetan (pembesar-pembesar) mereka, mereka mengatakan: “Kami masih bersama kalian, sesungguhnya kami hanya memperolok-olok semata.” (QS. Al Baqarah: 14)

4.    Menghalangi kaum muslimin menjalankan perintah Allah dan RasulNya

Allah berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada peraturan hukum  yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. An Nisa: 61)

5.    Lebih suka berkumpul dengan orang kafir dan mengolok-olok kaum muslimin

Allah berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (QS. An Nisa: 140)

6.    Memilih orang kafir sebagai pemimpin dan meninggalkan orang Islam

Allah berfirman:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

Berikan kabar gembira kepada kaum munafik dengan mendapatkan azab yang pedih, yaitu orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain orang-orang beriman. Apakah mereka mengharapkan kehormatan dari mereka? Padahal seluruh kehormatan itu milik Allah semata. (QS. An Nisa: 138-139)

7.    Menyebut orang beriman ditipu oleh agamanya

  Allah berfirman:

إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلَاءِ دِينُهُمْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Anfal: 49)

8.    Malas mendirikan shalat

Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An Nisa: 142)

Dan masih banyak lagi karakter mereka dalam Al Quran.


📓 Bagaimana menyikapi mereka?

Selama mereka masih hidup, Allah memerintahkan kita untuk hati-hati dan waspada terhadap mereka, walau secara muamalah sama dengan umat Islam lainnya. Karena secara zahir mereka menampakkan Islam, walau mereka juga menolak disebut kafir, dan tidak mau mengakui kekafirannya. Biarlah Allah yang memerangi mereka dengan caraNya.

Allah berfirman:

هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al Munafiqun: 4)

📕 Jika Orang Munafik Wafat

Ada pun menyikapi kaum munafiq yang wafat, jika dia An Nifaaq Al Akbar, dan terang benderang kemunafikannya, maka tidak menshalatkannya. Ada pun jika kemunafikannya masih samar, atau An Nifaaq Al Ashghar maka masih dishalatkan.

Allah berfirman:

وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. At Taubah: 84)

  Ayat ini berkenaan dengan wafatnya gembong munafik pada masa Nabi, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul, tetapi larangannya berlaku umum untuk mayit munafik lainnya.

  Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

وهذا حكم عام في كل من عرف نفاقه، وإن كان سبب نزول الآية في عبد الله بن أُبَيّ بن سلول رأس المنافقين

  Hukum ini berlaku umum untuk setiap orang yang dikenal kemunafikannya, walaupun sebab turunnya ayat ini tentang Abdullah bin Ubai bin Salul, Sang gembong munafik. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/193)

  Hanya saja, di zaman ini untuk menyebut person to person, atau nunjuk hidung orang,  bahwa dia seorang munafik tidaklah mudah. Butuh kajian yang mendalam dan ekstra hati-hati. Untuk hukum syara’ dan nilai normatifnya, bahwa mayat munafik tidak dishalatkan adalah sudah final dan jelas. Tetapi, ketika hukum itu diturunkan dan  diterapkan terhadap pribadi-pribadi manusia, maka perlu dilihat kasus perkasus. Sebagai contoh, apa yang pernah memanas di Pilkada DKI, tentang pemilih gubernur non muslim, di mana pemilihnya itu beragam, mulai dari orang awam agama, abangan, terpelajar, sampai memang yang menjadi pembela setianya dan menjadi tentaranya. Tentunya ini dihukumi tidak sama.

Khusus orang-orang awamnya, benarkah dia membenci Islam tapi mengaku Islam? Ataukah dia hanya ikut-ikutan saja?  Apakah dia hanyalah orang awam yang tertipu oleh ketidaktahuan dan keluguannya? Seperti tukang sayur, tukang ojek, orang-orang jompo yang tidak tahu menahu hiruk pikuk dan info politik di media, medsos, dan sebagainya.
Di sini peran ulama yang wara’, berilmu, dan takut kepada Allah , sangat diperlukan agar umat tidak bertindak sendiri.
Wallahu A’lam

📔📙📘📗📕📓📒
Farid Nu'man Hasan
📡 Join Channel: bit.ly/1Tu7OaC


┈┈ ✿⊱┈┈
TANYA JAWAB


1.    Ustadz izin bertanya. Seperti dijelaskan di atas, menyikapi orang munafik adalah hati-hati dan waspada. Apakah hanya cukup dengan hati-hati dan waspada ustadz? Karena kalau mereka didiamkan semakin menjadi-jadi, menghina ulama dan agama. Marah dan kesal melihat mereka ustadz. Bahkan sampai mendoakan supaya mereka dilaknat Allah. Sebegitu banyak orang mendoakan buruk terhadap mereka tapi mereka semakin sombong dan takabur.
Jawab:
Dulu, para sahabat Nabi pun sangat ingin memerangi kaum munafiq, karena begitu menyebalkan perilaku mereka terhadap umat Islam dan nabinya. Tapi, Rasulullah melarangnya, sebab kaum munafiqin hidup bersama mereka, sehingga Rasulullah mengatakan: "Jangan sampai orang kafir mengatakan 'Lihat Muhammad membunuh sahabatnya sendiri' "

Oleh karena itu, Allah berfirman: fahdzarhum qatalahumullah (waspadalah, biar Allah yang memerangi mereka). Wallahu A’lam


2.    Bagaimana cara Allah memerangi mereka ustadz?
Jawab:
Di dunia, Allah berikan penyakit hati yang bertambah-tambah. Fazaadahumullah maradha... Orang beriman membenci mereka, itu sudah suatu siksaan bagi mereka. Di akhirat Allah Ta'ala tempatkan di keraknya neraka. Wallahu A’lam


3.    Bagaimana supaya kita terhindar dari an nifaaq ini ustadz?
Jawab:
Minta kepada Allah iman yang tulus dan taqwa yang sebanar-benarnya. Hidup bersama orang-orang shalih. Membaca sirah nabawiyah dan sahabat. Banyak istighfar dan bertobat dari sifat dasar munafiq, dusta, tdk amanah, inkar janji. Wallahu A’lam.




•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim..... Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!