Assalamu'alaikuuum
Tema sharing hari ini adalah Kaya kelas Teri vs Kaya Kelas Elit. Selanjutnya ada yang bisa bantu membacakan surat Fathir(35) ayat 13-15
35:13. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
35:14. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.
35:15. Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Manusia pada hakikatnya adalah fakir (butuh) kepada Allah yang Mahakaya. Manakala manusia memahami Rabbnya Mahakaya secara mutlak, maka ia menyadari dirinya fakir secara mutrak. Orang yang tersesat merasa kaya atas apa yang Allah titipkan padanya, sementara orang yang mendapat petunjuk, merasa fakir kepada Rabbnya yang Mahakaya.
Orang yang tersesat terhalang mengenal Rabbnya yang Mahakaya, hingga ia lupa diri, dan lupa kefakirannya (kebutuhannya) kepada Allah, hingga ia menjadi sombong, sewenang-wenang, lalu binasa.
“Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena ia melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq:6-7)
Seorang hamba yang merasa fakir selalu sadar, semua harta yang ia miliki, karya yang ia hasilkan, jabatan yang ia duduki, sanjungan yang ia terima, sejatinya adalah kepunyaan Allah yang Mahakaya. Mereka melihat bahwa apa saja yang ada di tangan mereka tidak lebih dari sekedar titipan Allah dan ujian dariNya. Namun orang yang memperturutkan hawa nafsunya, harta menjadi satu-satunya obsesinya dan puncak ilmunya. Jika diberi, maka ia puas. Jika tidak diberi, maka ia marah. Ia tidak lebih dari budak dinar dan dirham. Dari pagi, sore hingga malam ia terlihat murung. Ia bahagia ketika harta kekayaannya bertambah, ia sedih dan galau manakala ada yang hilang dari dirinya atau sesuatu yang tidak dapat ia miliki.
Sedang orang beruntung adalah yang menyadari Allah lah pemilik mutlak hartanya. Jika ia kehilangan, ia tak sedih, jika hartanya bertambah, ia tidak senang hingga lupa diri. Ia menyerahkan sepenuhnya pengaturan hartanya kepada Yang Mahakaya. Ia memahami pengaturanNya dengan tuntunan hikmah. Hatinya tidak lengket dengan harta dan tidak menaruh perhatian penuh dan cinta kepadanya. Ia merasa kaya dengan-Nya, cinta kepada-Nya, kenal dan dekat dengan-Nya. Karena mencintai sesuatu membuat kita menjadi budaknya. Manakala mencintai harta, kita akan menjadi budaknya, maka mencintai Allah akan menjadikan kita hamba-Nya. Dengan demikian, hakikat fakir adalah: Penyerahan hamba dalam semua kondisinya kepada Allah.
Dari sinilah kita bisa mengatakan, kekayaan bisa dibagi menjadi dua, kaya kelas teri, dan kaya kelas elit. Bagaimana membedakannya?
apakah mereka yang naik sedan mewah eropa?
Kaya kelas teri adalah .... kaya yang berasal dari hasil pinjaman yang kelak akan ditarik kembali oleh pemilikNya. Pasangan, anak-anak, emas perak, rupiah dan dolar, rumah, kendaraan. Ini adalah kekayaan yang amat lemah, ia bisa setiap saat ditarik kembali oleh pemilikNya. Tidak ada obsesi kelas teri yang paling kerdil melebih obsesi orang yang puas dengan kekayaan jenis ini. Tidak ada yang paling dicintai setan dan paling menjauhkan dari Ar-Rahman dari hati yang penuh cinta kepada kekayaan dan ketakutan akan tidak mendapatkannya. Maka wajib bagi kita menasehati diri sendiri untuk tidak tertipu oleh kekayaan jenis ini, dan tidak menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupannya. Kalaupun kita mendapatkannya, harus bisa menjadikannya sebagai sarana mencapai kekayaan kelas elit. Jiwanya harus lebih mulia daripada kekayaan dengan tidak menjadikannya sebagai ilah selain Allah.
Sedangkan kaya kelas elit, ia terbagi menjadi 3 tingkatan ...
Tingkatan pertama, kekayaan hati
Tingkatan kedua, kekayaan jiwa
Tingkatan ketiga, kekayaan kebenaran
hati yang bersih ....
jiwa yang tenang ...
kebenaran akan kesaksian (syahadat) ...
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
"Kaya bukanlah dengan harta yang banyak, namun kaya adalah kaya jiwa." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi dan Ibnu Majah)
Orang kaya elit, hatinya bersih, penuh syukur, sabar, ia merasa kaya dengan yang Allah berikan dan Allah tangguhkan, hati yang kaya dengan khusyu' (tunduk) kepada Allah dalam segaia situasi. Hati yang khusyu, memberikan ketenangan kepada jasmani. Kepada wajah, ia memberikan kewibawaan, cahaya dan keindahan. Kepada lisan, ia berikan pakaian kejujuran, ucapan yang benar, dan hikmah yang bermanfaat. Kepada mata, ia berikan pelajaran atas apa yang dilihatnya, dan berpaling dari yang haram. Kepada telinga, ia berikan keikhlasan mendegar nasihat dan ucapan yang bermanfaat. Hati yang kaya memberikan tangan dan kaki kekuatan untuk taat dimanapun ia berada. Lalu dari hati yang kaya ini, akan lahirlah jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang, memberikan kekayaan untuk ringan melaksanakan perintah Allah, dan berat melanggar larangan-Nya. Jiwa yang kaya, dingin terhadap hawa nafsunya, ambisi pribadi dan kebodohannya.
Berbeda dengan jiwa yang miskin dan keras, ia lamban, sulit menerima kebenaran, nyaris tak mau khusyu' (tunduk). Inilah hati dan jiwa yang kaya, yang tidak butuh kepada selain Rabbnya.
Demikianlah para sahabat, Abu Bakar radhiallahu anhu menyerahkan seluruh hartanya, dan bagi dirinya dan keluarganya cukup Allah dan Rasul-Nya. Juga sahabat-sahabat yang lain sedangkan kaya akan kebenaran ia telah sampai pada mengenal Allah ta'ala dan Allah selalu bersamanya dalam keadaan ramai maupun sendirian. Ia terobsesi untuk berlari kepada-Nya. Selalu berdzikir, khusyu dalam shalatnya dan ikhlas dalam amalnya. Inilah kaya elit yang paling elit.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
"Barang siapa menjadikan dunia sebagai obsesinya yang paling besar, maka Allah menjadikan kefakirannya berada di depan kedua matanya, menceraiberaikan urusanny, dan ia diberikan dunia sebatas ukuran yang ditentukan baginya. Dan barangsiapa menjadikan akhirat sebagai obsesinya yang paling besar, Allah menjadikan kekayaan di dalam hatinya, mengumpulkan urusannya, dunia datang kepadanya dengan tunduk dihadapannya, dan ALlah lebih cepat daripada semua kebaikan yang datang kepadanya."
Inilah kekayaan sejati. Jika kekayaan tersebut milik orang yang menjadikan akhirat sebagai obsesi terbesarnya, menjadikan Allah sebagai obsesi terbesarnya, inilah kaya yang paling kaya dari kekayaan kelas elit ...
Wallahua'lam bishawab.
Doa penutup majelis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamualaikum wr.wb
--------------------------------------------------
Hari / Tanggal : Selasa, 15 Desember 2015
Narasumber : Ustadz Dian Alamanda
Tema : Kajian Islam
Notulen : Ana Trienta
Kajian Online Telegram Hamba اَﻟﻠﱣﻪ Ta'ala
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment