“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai
Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna,
apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR. Bukhari &
Muslim)
Dari hadist di atas kita dapat menyerap suatu hikmah yang sangat
luar biasa, yaitu betapa besar peran orangtua dalam menentukan keselamatan
dunia akirat bagi anak-anaknya. Dimana di awal kelahiran seorang manusia,
orangtualah yang dapat menentukan kemana seorang anak akan memeluk agama yang
akan dia peluk. Kita patut bersyukur sebagai seorang anak yang dilahirkan dari
orangtua yang beragama Islam. Karena dengan demikian kita telah memeluk
satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Swt.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai orang tua dapat meluruskan
tauhid dan mengokohkan syariat supaya dapat mendidik anak-anak kita menjadi
anak yang shaleh dan shalehah serta memegang erat agama Islam disertai selalu
menjalankan syariatnya.
Sebelum kita menjalankan dan mengajarkan akidah dan syariah yang
lurus, maka seyogyanya kita mengetahui apa dan bagaimana hubungan antara
keduanya, lalu setelah itu kita lanjutkan untuk menerapkannya dalam pendidikan
kita terhadap anak-anak kita.
A. Akidah dan Syariah Islam
Islam tidak bisa terlepas dari akidah dan syari’ah. Akidah
sendiri merupakan suatu pandangan yang menuntut keimanan semenjak awal, sebelum
segala sesuatu, keimanan tanpa keraguan dan juga tanpa kecurigaan.
Sementara istilah syariah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan
kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’.
Adapun dalam segi istilah, Syeikh Mahmud Syaltut mendefiniskan
syari’ah sebagai “Ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh Alah SWT atau
hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh
umat manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan umat manusia lainnya,
muslim dengan non muslim, dengan alam, maupun hubungannya dengan
kehidupan.”
Dari definisi diatas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwansannya ada dua sisi amal yaitu sisi ibadah (amal untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt) dan mu’amalah (amal bersama sesama manusia untuk saling
memberikan manfaat dan menolak kemadharatan).
Pengertian dari Syeikh Mahmud Syaltut ini dapat mewakili tiga
dimensi aspek hukum dalam syari’ah, yaitu ketentuan – ketentuan yang diturunkan
dan ditetapkan oleh Allah Swt., dan Rasul-Nya, serta norma-norma hukum hasil
kajian para ulama mujtahid dengan metodologi istinbathnya, serta aspek hukum
yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sosial.
Al-Qur’an mengibaratkan akidah sebagai iman dan syari’ah sebagai
amal shaleh. Tidak mungkin Islam itu hanya akidah saja, begitu juga sebaliknya
Islam tidak mungkin hanya syari’ah saja, keduanya tidak bisa berdiri sendiri
satu sama lain. Akidah bagaikan pondasi yang mana syari’ah dibangun diatasnya,
syari’ah merupakan konsekuensi dari mengikuti akidah.
Syeikh Mahmud Syaltut mengatakan “Orang yang beriman dengan
persoalan-persoalan akidah tapi mencampakkan syariat, atau mengambil syariat
tapi menyia-nyiakan akidah; bukan seorang Muslim di sisi Allah, tidak pula
dihukumi sebagai Islam yang menyelamatkan”
Namun kita juga jangan sampai melupakan satu aspek ajaran Islam
yang lain, yaitu Akhlak. Karena nabi Muhammad saw., sendiri diutus kepada
seluruh umat manusia adalah untuk menanamkan nilai akhlak budi pekerti yang
luhur.
Apabila kita analogikan secara sederhana mungkin kita akan
membuat tahapan ajaran Islam yaitu pertama kali beriman, lalu beramal sesuai
syari’ah, lalu kita akan memiliki akhlak yang mulia atau ihsan. Jadi akhlak
merupakan cerminan dari akidah dan syari’ah seorang muslim.
Ihsan merupakan puncak kesempurnaan dari Iman dan Islam. Orang
yang telah sempurna keimanan dan keislamannya akan mencapai suatu keadaan
dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, dan
apabila dia tidak dapat melihat Allah, dia yakin bahwasannya Allah selalu
melihatnya. Ihsan dapat menimbulkan amal saleh dan menjauhkan orang dari
perbuatan-perbuatan buruk. Imam al-Nawawi menegaskan bahwa ihsan itu merupakan
jawami’ul kalim, yaitu suatu ungkapan yang mencakup tujuan dari hakikat Iman
dan Islam.
B. Orangtua yang Lurus dalam Tauhid dan Kokoh dalam
Syariah
Tauhid dan syariah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Lalu bagaimana kita bisa mencontoh suatu sikap pendidikan
tauhid dan syariah kepada anak kita? Kita dapat mencontoh langkah-langkah
mengajarkannya sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an pada surah Luqman, yaitu
sebagai berikut:
Pertama: Ajarilah anak-anak untuk tidak mempersekutukan
Allah.
Peran orantua yang pertama kali dan paling utama adalah
mengajari anaknya untuk percaya bahwa satu-satunya Tuhan di alam semesta adalah
Allah Swt. Lalu mengajarkan mereka supaya tidak sekali-kali mempersekutukan
Allah Swt.
Hal ini dapat diajarkan semenjak dia kecil hingga dewasa, bahkan
dijadikan sebagai wasiat sebelum kematian sebagaimana wasiat Nabi Ayub kepada
anak-anaknya:
"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab:
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah: 133)
Kedua: Ajarilah anak-anak untuk berbakti kepada orangtua
orangtua merupakan sosok yan banyak berkorban demi kebahagiaan
anak-anaknya. Maka seyogyanya anak diajarkan untuk bisa menghormati dan
menyayangi orangtua. Bagaimana caranya? Caranya adalah kita harus menjadi
contoh untuk anak-anak kita dengan selalu berbakti pada orangtua kita. Contoh,
apabila kita ingin disayang oleh anak-anak kita kelak maka kita harus bisa
sayang pada orangtua kita, merawat mereka apabila sudah tua dan selalu
menghormati mereka kapanpun serta senantiasa mendoakan mereka apabila mereka
telah tiada. Hal tersebut akan menjadi contoh yang nyata bagi anak-anak
kita.
Ketiga: Ajarilah anak-anak bahwa Allah Swt., Maha
Mengetahui
Ajarilah anakmu dengan baik dan lembut dan ajarilah merka bahwa
setiap perbuatan meskipun seberat biji sawi dan disembunyikan didalam batu atu
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya. Maka ajarkanlah
dia akhlakul karimah, berperilaku yang baik, tutur kata yang baik, menebarkan
kasih sayang kepada sesama disertai penjelasan bahwa Allah Swt., Maha
mengetahui akan setiap perbautan yang ia lakukan sekecil apapun itu. Sehingga
apa yang dia lihat, rasakan dan dengarkan adalah kebaikan karena dia tahu bahwa
perbuatan baik atau buruk sekecil apapun, niscaya Allah Swt., mengetahuinya.
Keempat: Ajarilah anak-anak untuk Shalat
Mengajarkan anak shalat merupakan kewajiban bagi orangtua. Lalu
bagaimana cara mengajarkannya? Ajarkanlah dengan menjadi contoh baginya.
Kerjakanlah shalat di depan anak-anak kita atau malah mengajak mereka untuk
shalat berjamaah bersama kita. Secara perlahan mereka akan tersadar bahwa
shalat merupakan rutinitas yang tidak boleh dilewatkan bagi setiap muslim dan
muslimah. Lalu ajarkanlah mereka gerakan-gerakan shalat dari semenjak kecil
secara perlahan dengan baik dan lemah lembut. Sehingga apa yang mereka kerjakan
didasari atas keinginan mereka sendiri. Saat usia mereka telah menginjak 7
tahun, maka wajib bagi orang tua memerintahkan anaknya untuk selalu mengerjakan
shalat.
Kelima: Ajarkan anak-anakmu untuk mencegah kemungkaran
Ajarkan anak-anak kita untuk bisa menjaga diri dari kemungkaran
semenjak kecil. Apabila dia sudah dewasa dan dirasa mampu untuk mencegah
kemungkaran, maka perintahkalah ia untuk bisa mencegah kemungkaran dan mengajak
orang lain menuju kebaikan. Mencegah kemungkaran tidaklah perlu dengan
kekerasan, tapi cegahlah kemungkaran dengan kebaikan tanpa mencela apalagi
mencaci orang lain. Apabila ia belum mampu mencegah kemungkaran, maka cukuplah
dikuatkan dalam hati untuk tidak melakukan kemungkaran tersebut.
Keenam: Ajarkanlah anak-anakmu untuk selalu bersabar.
Sabar mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Oleh
sebab itulah Allah Swt., berfirman berkali-kali dalam Al-Qur’an bahwa
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah:
45).
Ajarilah anak-anak untuk bersabar dengan mencontohkan mereka
bagaimana cara kita bersabar. Jangan sampai kita marah apalagi mencaci maki
orang di depan anak-anak kita. Tunjukanlah bahwa kita sebagai orangtua dapat mengajarkan
kepada mereka arti sabar yang sesungguhnya.
Ketujuh: Ajarilah anakmu untuk tidak berlaku sombong.
Ajarilah anak-anak kita untuk tidak memalingkan muka dari
manusia (karena sombong) dan tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh serta
menyederhanakan diri dalam berjalan dan selalu melunakan suara di depan
manusia. Rendah hati itu penting dan boleh, yang tidak boleh adalah rendah
diri. Rendah hati bukan berarti tidak PD. Tidak PD adalah rendah diri. Rendah
hati itu bagus dan indah. Rendah diri itu yang membawa musibah.
Dari penjelasan di atas kita harus menjadi orang tua yang dapat
menjadikan iman dan syariah menjadi satu kesatuan yang selalu mengiringi
langkah anak-anak kita sehingga ia bisa mencapai derajat ihsan. Semoga kita
semua dapat menjadi orangtua yang dapat menjadi taudalan yang baik dalam
penerapan tauhid dan syariah yang baik bagi anak-anak kita, sehingga kita dan
anak-anak kita dapat merasakan tingkatan yang dinamakan ihsan. Amin ya
rabbal’alamin.
Wallahu’alam bishawab.
TANYA JAWAB
1. Tadi diatas
disebutkan PERAN ORANG TUA SANGAT BERPERAN TERHADAP AGAMA SANG
ANAK. Bagaimana bila kita menyaksikan anak yang taat beragama ditengah
keluarganya yang non islam pun sebaliknya....kedua org tuanya berupaya
sekuat tenaga mengarahkan pada agama yang lurus tapi sang anak
malah jauh menyimpang. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?
Jawab:
Mengenai
hidayah itu merupakan hak preogatif Allah, tugas kita sebagai manusia hanya
berusaha dan berdoa adapun sisanya pada diserahkan pada kehendak Allah Swt.
Lalu bagaiman peran keluarga? keluarga berperan membangun dasar pemahaman agama
sebagai pegangan sang anak. Namun demikian, pembelajaran agama itu bukan hanya
berupa materi dari nasihat2 saja.. perlu sekali memberikan contoh atau uswah
hasanah. bagaimana anak akan menuruti perintah orangtua untuk shalat sementara
orangtuanya sendiri tidak shalat. Di sinilah pentingnya uswah hasanah, karena
hanya dengan itulah pembelajaran dasar keagamaan dapat diterapkan pada sang
anak.
2.
Assalaamualaikum ustadz, bagaimana sebaiknya bila anak-anak tumbuh dilingkungan
penuh gadget? Apakah harus dicegah atau tetap diperbolehkan menggunakan gadget?
Kadang di gadget banyak sekali konten yang tidak baik. Mohon pencerahannya
ustadz.
Jawab:
Usahakan atur
penggunaan gadget dan selalu awasi ketika anak menggunakannya. Jangan sampai
anak asik dengan gadget bukan pada waktunya alias hanya diam di rumah. Ajaklah
dia bermain bersama teman-temannya. Karena terlalu sering berinteraksi dengan
gadget pun kurang baik.
3. Kenapa ya
ustadz apa yang sudah diajarkan atau ditanamkan orang tua pada anaknya setelah
si anak dewasa bisa hilang atau berubah? Bagaimana cara mengatasi supaya itu
tidak terjadi ustadz? Sebagai contoh, anak lelaki yang sudah menikah lebih
condong kepada istrinya/keluarganya. Jarang memperhatikan ataupun membantu
orang tua nya. Padahal sejak kecil sudah dididik dan diberi contoh yang baik.
Atau anak yang dari kecil diajarin sholat setelah dewasa dia lalai akan
sholatnya.
Jawab:
Seharusnya
seorang anak harus berlaku adil terhadap orangtua maupun mertua, karena
keduanya merupakan orangtua setelah menikah. Lalu mengapa saat besar jadi
condong pada keluarga istri? Ini tergantung dari istrinya juga. Apabila seorang
istri yang baik, maka dia akan membantu suaminya bisa bersikap adil terhadap
kedua belah pihak keluarga. Lalu mengapa anak sudah diajarkan tapi dia tetap
melenceng? Dalam mengajarkan anak bukan hanya berupa materi dan nasihat, namun
cara pengajaran kepada anak pun haru diperhatikan. Jangan sampai anak melakukan
ibadah di waktu kecil dia merasa terpaksa sehingga ketika dewasa dia merasa
bebas. Tanamkan pendidikan dengan uswah hasanah dan penerapan yang mampu
memberikan kesan mendalam kepada anak yaitu tidak hanya mengajarkan shalat
sebagai ritual namun ajarkanlah shalat sebagai kebutuhan dan pahamkanlah ia
esensi dari sebuah ibadah.
4. Apabila ada
seorang anak yang dilahirkan dalam keadaan non Muslim kemudian dia meninggal
diusia yang belum baliq atau belum tau apa itu agama (sehingga belum tau Dan belum
bisa menentukan agama yang benar). Pertanyaannya apakah anak tersebut masuk
neraka atau surga?
Jawab:
Yang
menentukan seorang manusia tersebut masuk neraka atau surga adalah Allah Swt.
Kita tidak bisa menghukumi hal tersebut karena kita pun belum tahu apakah masuk
surga atau neraka. Selalulah ingat, jika kita masuk surga pun bukanlah karena
amalan kita tapi semata-mata karena Rahman dan Rahimnya Allah terhadap kita.
5. Bagaimana
pandangan dalam islam mengenai "karma ke anak"? Bukankah setiap diri
menanggung masing-masing amalannya sendiri?
Jawab:
Konsep karma
tidak ada dalam Islam, akan tetapi setiap hamba akan menerima balasan atas apa
yang telah dia kerajakan meskipun sebesar biji Jarah. Jadi, apabila kita
melakukan kesalahan, maka segeralah brataubat untuk mendapatkan ampunan Allah
Swt.
6. Ibu saya
baru meninggal 7 hari yang lalu, dirumah ada adik, bapak dan nenek saya, serta
budhe dan kakak ipar yang tinggal tidak jauh dri rumah ibu saya. Sebelum ibu
saya meninggal saya ikut suami yang bekerja dikota. Sebagian keluarga dan
tetangga saya menginginkan saya tinggal dirumah bersama nenek saya. Apa yang
saya harus lakukan?
Jawab:
Memintalah
izin pada suami Anda karena untuk saat ini yang berhak memberikan izin adalah
suami Anda.
7. Bagaimana kalo
ada yang dari kecil didik nasrani ketika sebelum baligh mau masuk islam, apa harus
mengucapkan syahadat?
Jawab:
Setiap Non
Muslim yang mau masuk Islam maka dia harus mengucapkan Syahadat. Hal tersebut
sebagaimana Ali Bin Abi Thalib yang memeluk Islam di waktu ia kecil.
8. Assalaamu'alaykum
ustadz, minta kiat-kiat agar menjadi orang tua yang lurus sementara kami
LDR..jazaakallaah ustadz?
Jawab:
a.
Manfaatkanlah waktu yang ada untuk selalu dekat dengan anak
b. Jadilah
uswah hasanah bagi anak dalam berbagai hal.
c. Usahakan
selalu berkomunikasi dengan anak dan keluarga dimana pun dan kapan pun.
9. Assalamualaikum
ustadz, ada putranya kyai yang sejak lahir dididik untuk selalu taat pada
Alloh tetapi menginjak besar anak tersebut nakal sekali sering bolos keluar dari
pesantren, apakah itu salah pergaulan ataukah ujian bagi orang tuanya?
Jawab:
Hal tersebut
bisa disebabkan salah pergaulan atau anak tersebut merasa terpaksa untuk
melakukan kebaikan. Di sinilah pentinya memberikan pengajaran dengan
baik, lemah lembut dan membekas di hati sang Anak. Jadilah orangtua yang tidak
hanya melarang dan menghukum, namun berilah sang anak apresiasi dan hadiah jika
dia dapat mengerjakan kebaikan atau berprestasi di sekolah.
10. Assalamualaikum
ust, bagaimana cara merubah anak yang sudah terbiasa menang sndiri?
Jawab:
Berbicalah
dengannya empat mata. Tanyakan apa saja ganjalan yang ia rasakan. Usakan jadi
orangtua harus mengetahui latar belakang mengapa sang anak bisa bersikap
seperti itu. Setelah mendapatkan penyebabkan, mulailah untuk berkomunikasi
dengan baik dengan anak supaya dia pun mengerti posisi kita sebagai orangtua
dan mau mendengarkan kita. Yang paling penting jadilah sosok yang memberikan
contoh yang baik dalam segala hal bagi sang anak.
11. Tanya pak
ustdz. Sebagai orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Nah
di jaman yang serba gadget seperti sekarang banyak sekali app yang mendukung orang
tua untuk mengajarkan ilmu agama kepada anaknya. Yang jadi pertanyaan :
a. Apakah
dibenarkan orang tua yang mengajari agama seperti bacaan solat dan yang lainnya
kepada anaknya di usia dini melalui gadget?
b. Apakah tips nya mengajarkan tauhid kepada anak di usia dini?
Jazakallahu khoir atas jawaban ustdz.
Jawab:
a. Tidak ada
salahnya mengajari anak dengan gadget asalkan pada waktu-waktu yang tepat ya.
Jangan sampai anak terlalu sibuk dengan gadget.
b. Tip
mengajarkan tauhid:
ü ajarilah Sang
Anak untuk mengenal Allah dengan pembelajaran yang mudah dia pahami, misalkan:
bumi ini diciptakan oleh Allah dan Allah adalah pemilik seluruh alam.
ü Usahakan dalam
memulai segala sesuatu jangan lupa mengajarkan basmalah kepada Anak beserta
doa-doa lainnya.
12. Ustadz,
baru-baru ini di kota saya terjadi peristiwa mengerikan, ada penyayatan,
pengeroyokan, bahkan baru saja terjadi pembunuhan mahasiswi di kampus. Anak
saya masih SD, tapi saya takut ke depan pergaulan akan lebih mengerikan
lagi. Apa yang harus saya lakukan ustadz, agar anak saya selamat dunia akhirat?
Apa yang harus saya lakukan agar anak saya benar-benar yakin bahwa
dimanapun kapanpun Allah melihat setiap hati, tingkah laku, dan perbuatan dia. Apakah
hanya dengan berdoa dan mengaji cukup untuk membekali hidup dia kelak?
Jawab:
Ajarkan sejak
dini kepada anak kepercayaan dan penyerahan diri seutuhnya pada Allah. Satu hal
yang sering orantua lupa, jangan terlalu memanjakan anak kita, namun ajarkanlah
dia untuk bisa mandiri dan mampu mengerjakan segala sesuatu sendiri. Di samping
pembelajaran agama, pembelajaran mental dan akhlak dari orangtua sangatlah
penting bagi anak dalam menghadapai tantangan zaman saat ini.
13. Assalamualaikum
ustad saya mau tanya bagaimana cara mendidik anak laki-laki yang notabene lebih
keras dari ada anak perempuan & jika anak berlaku kasar misalnya memukul
kita bagaimana kita menyikapinya syukron
Jawab:
Jangan
mendidik anak dengan kekerasan, senantiasalah berdoa untuk anak kita sembari
berkomunikasi dengan dia dengan baik. Seorang anak yang sudah berani memukul
orantuanya merupakan keterlaluan karena berakta “Ah” saja dilaran oleh Allah
Swt. Cobalah untuk lebih meningkatkan komunikasi yang baik dengan anak supaya
dia bisa memahami bahwa dia harus taat kepada orangtua.
14. Ijin tanya
bun,, jaman sekarang kan sudah canggih semua serba instan, nah bagaimana cara
kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak kita yang menginjak usia pra
remaja, karena mereka sudah asyik dan terbiasa dengan hp/gadget/ laptop
dll
Jawab:
Saya sarankan
untuk membatasi ketergantuangan anak kita pada gadget. Aturlah waktu yang baik
untuk memakai gadget. Usahakan dia bermain ke luar rumah dan berkomunikasi
dengan kita sebagai orangtua.
15. Jika, orangtua telah melakukan kewajibannya dengan semua
bimbingan itu, lalu anaknya dewasa, setelah dewasa ada banyak kesulitan untuk
melakukan hal yang lurus, sementara kondisi mendesak sehingga sang anak
melakukan kemaksiatan, apakah kedua ortunya turut bedosa karenanya?
Jawab:
Orangtua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Maka didiklah anak kita untuk
menjadi anak yang baik sehingga di akhirat kelak bisa membantu kita pada saat
hisab kelak. Lalu bagaimana jika orangtua sudah berusaha namun anak tetap
nakal? Insya Allah, Allah tahu apa yang sudah kita kerjakan. Namun tetaplah
berdoa dan berusaha berkomunikasi dengan baik kepada anak kita supaya bisa
kembali ke jalan yang lurus.
16. Assalamualaikum ustad saya mau tanya, bagaimana cara mendidik
anak sedari dini. Sedangkan waktu kita lebih banyak diluar rumah (kerja) sedangkan
suami juga kurang taat dalam ibadah? terimakasih
Jawab:
a.
Manfaatkanlah waktu yang ada untuk selalu dekat dengan anak
b. Jadilah
uswah hasanah bagi anak dalam berbagai hal.
c. Usahakan
selalu berkomunikasi dengan anak dan keluarga dimana pun dan kapan pun.
17. Ustadz saya
mau tanya ini tentang poin B, saya merasa dan masih bertanya dalam hati apa
sudah luruskah dalam bertauhid karna masih tercampur dalam tradisi. Jadi
sangatsulit mengarahkn anak kearah itu. Minta saran dan solusinya ustadz
Jawab:
Tidak semua
tradisi atau adat itu buruk. Selama tradisi dan adat tidak melenceng dari
syabriah maka boleh dilakukan. Teruslah berusaha untuk menyucikan tauhid kita
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
18. Asalamuallaikum, Ustadz dalam mengajarkan kepada anak kita
ada masalah dengan saudara-saudara yang berlainan agama, maaf saya mualaf, sedang
saudara saya nasrani semua, kita selalu saja mengalah masih dizolimi, ada rasa
sakit hati dalam diri saya dan anak-anak sayapun merasakan apa yg dirasakan
mamanya hingga merekapun ikut ada rasa benci kepada pakde dan budenya yang
berlainan agama. Bagaimana sikap saya padahal saya tidak pernah mengajarkan
kebencian itu biar saya saja yang merasakannya, mohon solusinya agar dendam dan
sakit hati saya tidak diikuti oleh anak-anak saya
Jawab:
Ajarilah
anak-anak untuk berkasih sayang kepada sesama baik muslim maupun non muslim.
Bacakanlah kisah Rasulullah saw., dimana beliau disakiti oleh orang-orang kafir
quraisy namun tetap menjenguk orang yang selalu menghinanya ketika dia sakit
dan kisah-kisah keteldanan beliau lainnya. Tunjukanlah kebaikan-kebaikan yang
mana dapat membuka mata hati keluarga Anda untuk masuk Islam. Itulah yang
paling penting, selain Anda mengajari anak, Anda pun bisa berpahala dengan
membuat oran lain masuk Islam. Semoga Allah selalu memudahkan usrusan Anda.
Amin.
19. Terkadang
kita bangga bahwa anak kita rajin ibadah, tapi ternyata rajinnya beribadah bukan
karena Allah, sehingga seolah anak jadi abdush sholah, abdul quran. Bagaimana
mendidik anak dan menanamkan kecintaan pada Allah, sehingga apapun yang
dilakukan tujuannya karena Allah?
Jawab:
Berilah
pemahaman kepada anak bahwa seluruh ibadah haruslah ditujukan dan diniatkan
untuk Allah Swt. Jika ibadah kita tidak ditujukan untuk Allah maka ibadah kita
akan hangus.. apakah ananda mau amalannya hangus?
Alhamdulilah
sudah selesai dijawab semuanya
Alhamdulillahirabbilalamin...
KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH
Hari / Tanggal: Selasa, 03 Mei 2016
Narasumber : Ustadz Dudi Kurniawan
Notulen : Ana Trienta
LINK BUNDA
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment