Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 12 April 2016
Rekapan Grup Nanda
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
CARA RASULULLAH DAN SAHABAT MENYAMBUT RAMADHAN
Pada
detik-detik menjelang kehadiran bulan Ramadhan, kita seringkali melakukan
berbagai seremonial dan acara-acara keagamaan untuk menyambut datangnya bulan
Ramadhan. Ya, itulah yang biasa kita kenal dengan istilah tarhib Ramadhan alias
menyambut Ramadhan.
Istilah tarhib yang
dalam bahasa Indonesia diartikan dengan "menyambut" memiliki makna
filosofis yang cukup dalam. Ramadhan yang kita sambut ini berarti sesuatu yang
memang kita tunggu-tunggu kehadirannya. Entah bagaimana perasaan kita ketika
sedang menunggu saat-saat yang mendebarkan hati? Apalagi sudah ditunggu-tunggu
selama sebelas bulan. Sikap tersebut adalah wujud begitu besarnya cinta kita
terhadap bulan ini.
Di lingkungan
kita, pada saat menjelang bulan Ramadhan, terdapat tradisi unik untuk mengungkapkan
kebahagiaan luar biasa. Ada yang berpawai ria dan konvoi, ada pula yang
melakukan long march, ada yang menyebar jadwal imsak, ada yang silaturahim
seperti halnya lebaran, ada yang bermaaf-maafan, ada yang kumpulan, ziarah ke
makam keluarga alias nyekar, ngariung, megengan, munggahan, kirab, dan
masih banyak lagi tradisi sejenis lainnya. Bahkan tidak sedikit pedagang yang
menabung hasil jerih payahnya selama sebelsa bulan hanya untuk persiapan
Ramadhan. Selama Ramadhan ia memilih mudik dan tidak berjualan agar bisa fokus
beribadah.
Lalu,
bagaimanakah cara Rasulullah saw menyambut Ramadhan,
alias tarhib Ramadhan? ✅Beliau melakukan tarhib Ramadhan jauh-jauh hari
sebelum datangnya Ramadhan. Pada bulan Sya’ban, Rasulullah saw pun semakin
meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Beliau saw, misalnya, tidak
pernah melakukan puasa sunah sebanyak yang dilakukan di bulan Sya’ban. Salah
satu dari hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya'ban adalah sebagai latihan
puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Apakah itu bukan
sebuah tarhib? Ya, begitulah salah satu cara Nabi menyambut kehadiran
Ramadhan, sebulan sebelumnya telah dipersiapkan matang-matang.
Di samping itu,
jika kita baca hadis-hadis Rasulullah saw yang lain, pasti kita juga akan
mendapati cara-cara beliau yang lain menyambut kehadiran bulan suci ini. Adalah
baginda Nabi Muhammad saw yang benar-benar melakukan tarhib Ramadhan
paling meriah dan paling lama. Beliau melakukan tarhibRamadhan tidak cukup
sehari atau dua hari saja. Beliau mempersiapkan penyambutan Ramadhan mulai dari
menjelang kedatangannya hingga kepulangannya. Ketika sudah datang pun, Ramadhan
masih juga beliau sambut dengan meriah. Dengan demikian, setiap hari di bulan
Ramadhan adalah tamu agung yang berbeda-beda. Hari-hari Ramadhan bak tamu agung
yang datang silih berganti.
Penyambutan
Ramadhan tidak dilakukan dengan sekadar mengungkapkan rasa bahagia atau gembira
saja, melainkan dengan persiapan matang secara fisik dan mental agar kuat dalam
menjalankan ibadah spesial selama sebulan penuh itu. Riwayat tentang jaminan
bebas neraka karena kegembiraan dalam menyambut bulan Ramadhan sebagaimana yang
popular di kalangan kita adalah tidak berdasar alias palsu.
النِّيْرَانِ عَلَى جَسَدَهُ اللهُ حَرَّمَ رَمَضَانَ بِدُخُوْلِ فَرِحَ مَن
“Siapa yang
bergembira karena menyambut datangnya bulan Ramadhan, niscaya Allah haramkan
jasadnya dari neraka.”
Riwayat
tersebut hanya dapat dijumpai dalam kita Durratunnasihin, namun tanpa
sanad. Sementara itu, untuk bisa menyatakan bahwa hadis tersebut sahih dari
nabi Muhammad saw adalah dengan sanad tersebut. Siapa yang menyampaikan hadis
tersebut menjadi penting untuk diketahui dan dikaji. Karena tidak juga
ditemukan, maka para ulama menegaskan bahwa ungkapan tersebut bukan sebuah
hadis Nabi saw. Entah siapa yang pertama kali mengucapkan ungkapan itu, namun
yang jelas, bila ungkapan itu dinisbahkan kepada Nabi saw, maka hal itu menjadi
hadis palsu dan kebohongan atas nama nabi yang pelaku dan pengedarnya diancam
neraka. Na'udzubillah wa nastaghfiruh.
Bergembira
menyambut Ramadhan adalah sesuatu yang sah-sah saja dilakukan. Namun, jika
menjadikan hadis palsu di atas sebagai dasarnya, hal ini menjadi masalah baru
dalam beragama. Masih banyak hadis-hadis sahih dari Nabi yang menyatakan
kegembiraan akan kedatangan bulan Ramadhan selain hadis palsu di atas. Cukuplah
bagi kita dasar-dasar dari al-Quran dan sunnah-sunnah nabi yang sahih sebagai
acuan beragama kita, di dalam maupun di luar Ramadhan.
Adalah Nabi
Muhammad saw orang yang selalu memotivasi para sahabatnya dalam berbagai hal,
khususnya masalah keislaman dan Ramadhan. Beliau selalu menyemarakkan
malam-malam Ramadhan untuk qiyamullail. Beliau bersabda,
ذَنْبِهِ مِنْ تَقَدَّمَ مَا لَهُ غُفِرَ وَاحْتِسَابًا إِيْمَانَا رَمَضَانَ قَامَ مَنْ
“Siapa yang
bangun (menyemarakkan malam-malam) Ramadhan karena iman dan mengharap ridha
Allah, pasti akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Tentu, yang
dosa yang diampuni sebagaimana janji Allah tersebut adalah dosa-dosa kecil,
karena kalau dosa besar seperti syirik, zina, membunuh orang, dan sejenisnya
diperlukan taubat nasuha. Apalagi jika dosa tersebut menyangkut hak orang lain,
maka harus minta maaf terlebih dahulu kepada yang berhak. Nah, begitulah cara
Nabi menyambut ramadhan di malam hari.
Lalu, bagaimana
cara beliau menyambut hari-hari Ramadhan kala siang hari?
Rasulullah saw
bersabda,
ذَنْبِهِ مِنْ تَقَدَّمَ مَا لَهُ غُفِرَ وَاحْتِسَابًا إِيْمَانَا رَمَضَانَ صَامَ مَن
“Siapa yang
puasa (di siang) Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, pasti akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Kalau di malam
hari, Nabi memotivasi kita untuk bergadang yang diisi dengan ibadah
alias qiyamullail, maka pada siang harinya, kita diperintahkan untuk
berpuasa. Awas jangan sampe bolong kalau tidak benar-benar dalam kondisi
darurat karena sakit, musafir, atau datang bulan bagi wanita. Itu pun harus
diganti. Demikianlah, kalau semua itu kita lakukan dengan ikhlas karena Allah, pasti
bakal diampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Dengan ampunan itulah, kita bisa
selamat dari lahapan Neraka, Si jago merah itu. Mudah, bukan?
Kalau biasanya
di saing hari kita makan-minum, jalan-jalan, maka pastilah hal itu menguras
tenaga dan juga kantong. Nah, dengan puasa kita tidak menguras apa-apa. Berarti
lebih mudah dong! Di samping itu, pada malam hari kita juga biasa bergadang,
apalagi kalau ada pertandingan bola, maka pada malam Ramadhan kita juga
melakukan hal yang sama, bergadang juga. Malahan, kali ini bisa rame-rame lagi
bareng keluarga dan masyarakat. Tidak perlu berlama-lama, asalkan dilakukan
dengan penuh keihlasan dan istikamah, yang penting bergadangnya tidak
disalahgunakan. Begitulah kanjeng Nabi kita menyambut hari per hari di bulan
Ramadhan.
Berikut adalah
testimonial istri-istri beliau mengenai amaliyah Nabi saw di bulan suci,
مِئزَرَهُ وَشَدَّ أهْلَهُ وَأيْقَظَ لَيْلَهُ أحْيَا رَمَضَانَ مِنْ الأَوَاخِرَ العَشْرَ دَخَلَ إِذَا وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللهُ صَلَّى اللهِ رَسُوْلُ كَان
((متفقٌ
عَلَيْهِ))
“Dulu, Nabi saw
ketika sudah memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) selalu
menghhidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya
(tidak menggauli istri-istrinya)." (HR. Bukhari dan Muslim)
لا مَا مِنْهُ الأوَاخِرِ العَشْرِ وَفِي ،غَيْرِهِ في يَجْتَهِدُ لاَ مَا رَمَضَانَ في يَجْتَهِدُ - وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللهُ صَلَّى- اللهِ رَسُوْلُ كَان
(رواه
مسلم).غَيْرِهِ في يَجْتَهِد
“Dulu, Nabi saw
selalu bersungguh-sungguh (ibadah) di bulan Ramadhan melebihi kesungguhan
beliau di bulan lain. Dan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, juga
melebihi hari-hari selainnya." (HR. Muslim)
Malam-malam
ramadhan selalu disemarakkan dengan beribadah, qiyamullail: Shalat malam,
membaca al-Quran, daibadah-ibadah lainnya. Semarak malam-malam ramadhan juga
diramaikan oleh keluarga beliau dan bahkan masyarakat sekitarnya.
Pernah suatu
ketika, Nabi sedang menyemarakkan malam-malam Ramadhan, kemudian diketahui oleh
para sahabat, maka pada malam berikutnya, beliau dikejuntukan dengan banyaknya
sahabat yang turut mengikuti beliau di masajaid. Lalu, nabi pun kasihan
terhadap mereka sehingga beliau melaksanakannya di rumah agar hal tersebut
tidak diwajibkan bagi umatnya. Begitulah cara Nabi dan masayarakatnya
melakukan tarhib ramadhan hingga paripurna. Adakah di antara kita
yang menyambut Ramadhan lebih semarak dan meriah dibanding Nabi dan sahabatnya
itu?
Demikianlah,
wujud kegembiraan yang hakiki dalam menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Ketika
yang disambut, dirindukan dan dinanti-nanti telah tiba, ia tidaklah dilewatkan
begitu saja. Begitu istimewanya bulan Ramadhan, maka sepuluh malam terakhir itu
pun oleh nabi sekaligus dijadikan sebagai malam perpisahan, Farewell
party dengan ramadhan. Entah, kegiatan apakah di seluruh belahan dunia ini
yang acara pesta penutupan dan perpisahannya dilakukan selama sepuluh hari?
Apalagi di malam-malam farewell party itu ada satu malam penganugerahan
seribu bulan. Itulah malam teristimewa yang tidak di dapati di malam-malam yang
lain, lailatul qadar. Pasti seru, beramai-ramai setiap malam bersama
keluarga di bulan Ramadhan yang kita sayangi, kita nanti-natikan sampai
kedatangannya saja dirayakan secara besar-besaran. Sebenarnya, kita semua sudah
mengetahui dan bahkan menyadari betul akan hal tersebut. Namun, kita seringkali
lupa bahwa itulah esensi tarhibRamadhan, penyambutan bulan Ramadhan yang
hakiki. Bukan, sekadar mengungkapkan kegembiraan saat menjelang Ramadhan atau
di awalnya saja, melainkan setiap hari dan setiap saat hingga Ramadhan itu
pulang dan akan datang kembali..
Tentu kita
seharusnya juga masih ingat dan sadar betul atas apa yang selalu kita minta
selama dua bulan penuh menjelang Ramadhan. Ya, di bulan Rajab dan Sya'ban kita
hampir setiap hari diajari sebuah doa agar disampaikan pada bulan Ramadhan.
رَمَضَانَ وَبلِّغْنَا وَشَعْبَانَ رَجَبَ فِيْ لَنَا بَارِكْ اَللَّهُمَّ
“Ya Allah,
berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada
bulan Ramadhan.”
Lalu, apa
esensi doa tersebut? Buat apakah doa tersebut? Tentu kita memohon-mohon selama
dua bulan penuh itu tidak lain adalah agar bisa menyantap keberkahan tak
terhingga di bulan Ramadhan ini. Maka, kini adalah saat yang tepat untuk
menepati janji kita karena doa kita telah dikabulkan oleh Allah. Kini kita
masih sempat membaca tulisan ini, berarti kita benar-benar diberikan kesempatan
menikmati Ramadhan. Waffaqanallahu Lima yuhibbuhu wa yardlah. Amin…
Wallahua'lam
bish showab
Sumber :
Diadaptasi dg perubahan seperlunya dari Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah - Pengajar Quran Learning Centre
Diadaptasi dg perubahan seperlunya dari Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah - Pengajar Quran Learning Centre
TANYA JAWAB
M103 by Ustadzah Runie
Q : Bunda
seperti yang saya lihat di lingkungan jika wanita hamil kebanyakan memilih
tidak puasa sudah diberi tahu bahwasannya wanita hamil masih d wajibkan untuk
berpuasa tapi tidak dengan alesan takut debaynya kenapa napa nah cara nasehati
yang baiknya gimana ya bun? Dan cara membayarnya apakah dengan puasa atau
membayar fidiyah
jazzakillah bund
jazzakillah bund
A : Afwan konteks "kebanyakan.."
terkesan men-generalisir, baiknya dikonfirmasi langsung dulu ke yang terkait,
bisa jadi karena suaminya yang meminta karena tahu kondisi aktivitas istri,
atau pun faktor cuaca seperti saat ini yang jadi pertimbangan calon ibu atau
pun faktor lain yang baiknya prasangka baik kita utamakan.
a. Shaum di
bulan ramadhan adalah kewajiban yang harus dipenuhi seorang muslim. Ada kondisi
seperti seorang muslim yang sakit dan tidak mampu berpuasa, lansia, ibu
menyusui, ibu hamil ataupun musafir yang dapat mengambil rukhshah keringanan
untuk tidak berpuasa, namun tidak menggugurkan kewajiban tsb.
b. Ada jumhur ulama yang berpendapat kewajiban tsb sudah tergantikan bila sudah membayar fidyah. Namun, ada juga yang berpendapat untuk ibu hamil, ibu menyusui bahwa membayar fidyah tidak menggugurkan kewajiban, sehingga masih ada hutang yang harus ditunaikan.
b. Ada jumhur ulama yang berpendapat kewajiban tsb sudah tergantikan bila sudah membayar fidyah. Namun, ada juga yang berpendapat untuk ibu hamil, ibu menyusui bahwa membayar fidyah tidak menggugurkan kewajiban, sehingga masih ada hutang yang harus ditunaikan.
c. Jadi pilih
yang mana? Pilih yang paling memudahkan untuk dilakukan sesuai kapasitasnya. Wallahu'alam
Q :
Bunda..gimana cara nya menumbuhkan rasa cinta dan semangat dalam diri saat
tarhib ramadhan?
A : Berada di lingkungan kondusif, berada
di antara orang-orang yang menghidupkan mesjid, bercahaya karena lisan yang
tak lepas dari dzikir dan mengutamakan tilawah. Masya Allah, rindunya
hati ini... Semoga kita bisa menjadi pionir tsb. Afwan
Q :
Bunda..Kalau wanita ada beberapa hal hingga ad rukhshah yang didapat. Seperti
ibu hamil atau menyusui, datang bulan dll. Kalau laki-laki apakah ada selain
sakit n musafir?
A :
Lansia,sakit,musafir ya mbak.. Laki-laki adalah imam untuk mberi teladan
(qawam).
Q : Bunda dalam
materi kan ada beberapa hadis palsu yang beredar tentang tarhib ramadhan.
Ana yang masih awam dan sedikit ilmu ini, adakah tips atau cara agar kita
tahu mana yang hadis palsu,dhaif atau hasan? Karena nanti bukan hanya
hadis tentang tarhib ini saja,bisa saja yang lain ana baca. Takut ntar salah
kaprah.
A : Siapa yang
meriwayatkan, apakah awal riwayatnya k rasulullah?
Q : Belum paham
bun..Bisa kah di contohkan bun?
A : Coba lihat
penjelasan nya di materi, bagian " siapa yang bergembira menyambut
ramadhan, maka diharamkannya api neraka.."
Q : Owh iya bun..
gak ada perawi nya. Kalau misalnya hadis riwayat HR. Bukhari. di belakang
nya. Berarti itu asli ya bun..
A :
Lanjut ya, misal di belakangnya tertulis siapa yang meriwayatkan, kita
bisa chek apa ini diriwayatkn langsung dari rasulullah atau misal
melalui aisyah atau melalui sahabat.
Tujuannya; kita mengetahui sumber nya dengan jelas.
Tujuannya; kita mengetahui sumber nya dengan jelas.
Q : Bunda apa
yang spesial dari bulan Rajab dan Sya'ban ?
A : Dua bulan
ini sama spesialnya dengan bulan-bulan yang lain.
Bulan Rajab, pada jaman jahiliyah adalah termasuk dari 4 bulan yang dharamkan untuk berperang. Tidak ada hadist yang mengkhususkan ibadah pada bulan ini, misal puasa di hr kamis pertama, lanjut besok nya ini bid'ah.
Pun pada bulan sya'ban. Kecuali ada hadist yang meriwayatkan kebiasaan-kebiasaan rasulullah di bulan sya'ban, sperti;
Hadits diriwayatkan dr Aisyah ra, beliau berkata,
Bulan Rajab, pada jaman jahiliyah adalah termasuk dari 4 bulan yang dharamkan untuk berperang. Tidak ada hadist yang mengkhususkan ibadah pada bulan ini, misal puasa di hr kamis pertama, lanjut besok nya ini bid'ah.
Pun pada bulan sya'ban. Kecuali ada hadist yang meriwayatkan kebiasaan-kebiasaan rasulullah di bulan sya'ban, sperti;
Hadits diriwayatkan dr Aisyah ra, beliau berkata,
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ
“Nabi tidak
pernah berpuasa pada satu bulan lebih banyak dari Sya’ban, karena beliau
berpuasa Sya’ban sebulan penuh dan beliau menyatakan, ‘Beramallah sesuai
kemampuan kalian.’” (Riwayat Al-Bukhari)
Klo kita mau
ibadah pada bulan ini niatnya bukan karena mengejar kekhususan, luruskan
niat untuk Allah dan RasulNya.
Q : Jika shalat
tarawih d masjid tetapi imam membacanya cepat sekali sehingga mengurangi
kekhusyukan. Apakah lebih baik shalat tarawih d rumah sendiri atau tetap shalat
di masjid ya ?
A : Wanita
diperbolehkan shalat di mesjid, namun lebih baik shalat di rumah.
Diperbolehkan
dengan catatan menjaga diri. Insyaa Allah, Shalat tarawih di rumah juga bisa
diupayakn untuk jamaah jika kita kondisikan. Perihal imam shalat, biasanya
pihak mesjid yang sudah mengatur jadwal. Hikmah nya, mungkin kita dapat lebih
sabar terhadap sesuatu yang kurang kita sukai.
Alternatifnya, APA ada mesjid lain yang imamnya lebih pas?
Alternatifnya, APA ada mesjid lain yang imamnya lebih pas?
Q : Karena itu
masjid yang paling dekat, bunda. Klo ke masjid lain lebih jauh & karena
saya sendirian kl0 shalat d masjid.
A : Oh
gtu mbak..Daripada pilih mesjid yang jauh, Ahsan di rumah saja ya mbak, ajak
barengan shalat sama yang ada d rumah. Insyaa Allah program jamaah di rumahnya
tahun Ini sukses dan berkah, aamiin.
Q : Ustadzah ijin bertanya .. apakah ada hadist
shahih tentang menjalankan puasa selama 3 bulan berturut-turut ? Boleh dikasih
tau penggalan hadist nya ? Karena kan kalo puasa 3 bulan berturut-turut itu gak
ada jeda waktu nya sedangkan menurut Rasululloh pun puasa yang apabila kita
kuat yang paling tinggi itu puasa Daud . Mohon Penjelasannya ustdzah . Syukron
A : Seperti yang kita tahu perintah puasa yang Allah sampaikan selain puasa wajib yaitu puasa Ramadhan..ada pula puasa2 sunnah yang Allah perintahkan dan dicontohkan oleh Rasulullah antara lain puasa senin-kamis,puasa ayamul bidh,puasa daud,puasa di bulan muharram,ataupun puasa-puasa di bulan Haram. Namun tidak ada dalil shohih yang menyampaikan bahwa Allah perintahkan untuk puasa 3 bulan berturut-turut pun juga yang dicontohkan Rasulullah....
Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Aku tidak suka jika ada orang yang menjadikan menyempurnakan puasa satu bulan penuh sebagaimana puasa di bulan Ramadhan.” Beliau berdalil dengan hadits ‘Aisyah yaitu ‘Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lainnya sebagaimana beliau menyempurnakan berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan. (Latho-if Ma’arif, 215).
A : Seperti yang kita tahu perintah puasa yang Allah sampaikan selain puasa wajib yaitu puasa Ramadhan..ada pula puasa2 sunnah yang Allah perintahkan dan dicontohkan oleh Rasulullah antara lain puasa senin-kamis,puasa ayamul bidh,puasa daud,puasa di bulan muharram,ataupun puasa-puasa di bulan Haram. Namun tidak ada dalil shohih yang menyampaikan bahwa Allah perintahkan untuk puasa 3 bulan berturut-turut pun juga yang dicontohkan Rasulullah....
Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Aku tidak suka jika ada orang yang menjadikan menyempurnakan puasa satu bulan penuh sebagaimana puasa di bulan Ramadhan.” Beliau berdalil dengan hadits ‘Aisyah yaitu ‘Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lainnya sebagaimana beliau menyempurnakan berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan. (Latho-if Ma’arif, 215).
M110 by Ustadzah Lien
Q : Kalo dikampung itu menyambut ramadhan masak makanan
banyak-banyak, terus berkunjung kesana kemari, datang ketempat sodara A makan ke
tempat B makan lagi. Apakah ini juga merupakan wujud cinta atau malah
pemborosan Bun?
A : Islam tidak mengajarkan demikian mb sebenarnya. Dan itu termasuk
kategori pemborosan. Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan diri. Akan lebih
baik uangnya/dananya jika dbuatkan makanan dibagikan pada fakir miskin ato anak
yatim. Kesempatan momentum bagi kita berbagi pada sesama. Rasulullah justru
mengajarkan kita hemat dan lebih banyak ibadah untuk mempersiapkan ruhiyah kita.
Q : Bunda kalau d kampung itu kalau ada kupatan 1 minggu sebelum
ramadhan dan sesudah ramadhan,,trus syukuran juga bun,,apa itu d perbolehkan ya
bun,,???
A : Itu termasuk tradisi mb, dalam islam tidak diajarkan,
apalagi jatuhnya itu sebuah keharusan bahwa tiap memasuki ramadhan dan akhir
ramadhan ada acara itu. Jadinya mensakralkan acara tersebut. Itu termasuk tidak
benar secara syari'at
Allahu'alam
Q : Bunda..gimana caranya menumbuhkan rasa cinta dan semangat
dalam diri kita saat tarhib ramadhan?
A : 1. Mengetahui keutamaan puasa ramadhan, dosa dan pahalanya
agar ketika melakukannya karena cinta pada Allah
2. Niatkan karena Allah
3. Siapkan ruhiyahnya dari sekarang
4. Shaum wujud cinta pada Allah
Q : Bunda mau bertanya... kadang kita sangat gembira sekali
menyambut 10 hari terakhir bulan ramadhan. tapi gimana ketika kita sudah
bersiap-siap di 10 hari terakhr eh tamu bulanan malah datang. Kadang kita suka
kesel, menurut bunda hal-hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyambut
lailatul qodar tapi keadaan sedang tidak suci. terimakasih bun.
A : Tetap bisa melakukan ibadah seperti biasanya mb, kecuali shaum
dan shalat. Lailatul qadar bisa dengan banyak zikir, istighfar, tafakur,
tadabbur ayat-ayat qur'an, tilawah... semua itu masih dlakukan. Jadi bisa
dimaksimalkan. In syaa Allah terctat pahalanya sama
Q : Afwan bunda mau tanya, Rasulullah SAW dalam menyambut ramadhan
memperbanyak puasa sunnahnya.. Nah bagaimana cara kita menjalankan puasa
sunnahnya bunda? Misal senin selasa rabu kamis puasa, lalu jumatnya
tidak. Apakah boleh seperti itu? Lalu niat apa yang harus diucapkan ketika
hendak melakukan puasa tsb?
A : Tetap ada aturannya mb. Bisa puasa daud, selang sehari. Bisa
senin-kamis. Bisa juga ayyamul bidh puasa 13,14,15 bulan hijriah. Niat tetap
diucapkan dihati mb, karena amalan itu trgantung niatnya
Q : Bunda, keutamaan bulan rajab & sya'ban itu apa ya?
A :
الزَّمَانُ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Zaman telah beredar seperti bentuknya pada hari Allah ciptakan
langit dan bumi. Setahun dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci
(haram); tiga berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta Rajab
Mudhar yang ada antara Jumadal Tsani dan Sya’ban.”(Riwayat Al-Bukhari).
Bulan Rajab adalah salah satu dari bulan-bulan suci (haram) yang
diagungkan bangsa Arab terdahulu dan diharamkan berperang pada bulan tersebut.
Bulan ini dinamakan Rajab karena diagungkan di zaman jahiliyah dengan tidak
mengadakan peperangan.
Namun tidak ada satu pun hadits yangshahih dan dapat
dijadikan hujjah tentang keutamaan khusus untuk bulan ini dan juga pengkhususan
puasa atau shalat padanya.
Ibnu Hajar menyatakan, “Tidak ada satu
hadits shahih yang dapat dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan
Rajab, berpuasa di bulan tersebut dan pada hari tertentu pada bulan tersebut.
Juga dalam menegakkan satu malam tertentu dengan shalat.
كَانَ أَحَبَّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانُ ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ
“Bulan yang paling disukai Rasulullah n untuk berpuasa
adalah Sya’ban kemudian menyambungnya dengan Ramadhan.” (Riwayat Abu Daud
dan dishahihkan Al-Albani)
Dengan demikian diperbolehkan berpuasa pada bulan Rajab tanpa ada
pengkhususan harus dilakukan pada bulan tersebut dan akan adanya keutamaan
tertentu.
Q : Bun, bagaimana dgn hutang puasa di tahun lalu, harus dibayar
dulu sebelum ramadhan datang ya?
Adakah dalilnya?
A :
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
“Dahulu aku memiliki utang puasa Ramadhan, lalu aku tidak
mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban.” (Riwayat Al-Bukhari)
Sebaiknya demikian mb, karena kita ga tau kapan usia berakhir
Q : Bunda, apa boleh niat puasa sunnah trus d gabung dengan qodho'?
A : Tidak boleh menggabungkan 2 niat dalam 1 puasa
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment