Home » , , » SABAR DALAM BERUMAHTANGGA

SABAR DALAM BERUMAHTANGGA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Monday, April 3, 2017

 Image result for sabar dalam rumah tangga
KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH UMMI G-2
Ahad, 02 April 2017
Narasumber : Ustadzah Yulianti
Tema  : Keluarga Sakinah
Editor : Sapta
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

SABAR DALAM BERUMAHTANGGA

Setiap wanita mendambakan suami yang shalih, lembut, setia, pengertian, bertutur kata halus, berilmu, membimbing, bertanggung jawab, dan kriteria-kriteria ideal lainnya. Namun harus diingat, bahwa suami itu adalah manusia bukan malaikat.

Tak jarang, kita temukan banyak sekali ketidakpedulian, ucapan kasar, dan pukulan dari suami terkadang menghampiri seorang istri. Isak tangis pun menyeruak dari istri yang telah memiliki banyak anak tersebut. Belum lagi diperberat dengan perbuatan suami yang melanggar batasan-batasan agama.

Manakala istri masih mengharapkan kebaikan dari suaminya, maka nasihat pun ia berikan kepada suami. Namun, manakala nasihat tidak mempan lagi, terkadang seorang istri pun ngambek dengan mendiamkan suami, dengan harapan suami kembali sadar dan kembali ke jalannya yang lurus.

Inilah potret kehidupan sebuah keluarga, di mana istri tidak betah dengan perlakuan suami terhadapnya ataupun perilakunya. Bagaimana sikap seorang istri? Bolehkah istri mendiamkan suami dalam rangka menasihatinya?

Sabar senjata utama

Langkah pertama yang selayaknya ditempuh seorang istri adalah bersabar dengan kesabaran yang tidak ada batasnya. Sabar adalah menahan diri dalam ketaatan kepada Allah, dalam meninggalkan perbuatan dosa, dan dalam menghadapi musibah. Dengan sabar dalam ketaatan kepada Allah, maka dituntut dari seorang istri untuk senantiasa menjalankan hak-hak suami, meskipun suami menyakitinya. Dengan sabar dalam meninggalkan maksiat, maka istri dituntut untuk tidak melanggar batasan-batasan Allah dalam berkeluarga sehingga ia tidak dicap sebagai istri durhaka. Dan dengan sabar ketika menghadapi musibah, maka seorang istri dituntut untuk tidak banyak menggerutu, menyesal, dan tidak mengeluh karena sedang diberi cobaan dari Allah dalam menghadapi suami yang berperilaku kasar terhadapnya.

Pahala di balik kesabaran

Sabar adalah perbuatan yang amat sulit dan membutuhkan perjuangan keras, karena seseorang yang berusaha sabar berarti ia telah memikul beban yang sangat berat di pundaknya. Tidak ada yang kuat memikul beban tersebut melainkan orang yang betul-betul mengenal Allah. Karenanya, Allah U memberikan pahala yang begitu besar kepada orang-orang yang sabar.

Allah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (az-Zumar :10)

Syekh Assa’di menjelaskan, “Sabar di sini mencakup seluruh macam kesabaran, yaitu sabar dalam menerima takdir Allah yang menyakitkan sehingga ia tidak mengeluh, sabar dalam menahan diri dari maksiat sehingga ia tidak melakukan perbuatan maksiat, dan sabar dalam taat kepada Allah sehingga ia menjalankan kewajibannya, kemudian Allah menjanjikan bagi orang-orang yang bersabar pahala yang tanpa batas, yaitu tanpa batasan tertentu dan tidak bisa dihitung maupun diperkirakan.” (Tafsir as-Sa;di : 720)

Selain itu, Allah juga bersama orang-orang yang bersabar. Artinya, jika Allah bersama orang-orang yang bersabar, maka tidak ada lagi satu hal pun yang bisa membahayakan hamba tersebut. Karena Allahlah yang akan menolongnya.

Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah :153)

Ayat ini menegaskan, bahwa Allah bersama orang-orang yang menjadikan sabar sebagai sifatnya, akhlaknya, dan tabiatnya.

Adapun makna Allah bersama orang-orang yang sabar adalah Allah akan menolongnya, memberi taufik kepadanya, dan membimbingnya dalam menghadapi segala problematika, sehingga kesulitan pun terasa ringan, perkara yang besar pun terasa kecil, kesulitan pun terasa mudah bahkan hilang sama sekali. (Tafsir as-Sa’di :74)

Seorang istri yang sabar dalam menghadapi suami, yang mungkin terkadang menyakitinya, ia begitu yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah ladang ibadah, niscaya Allah akan memberikan kemudahan kepadanya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi.

Allah berfirman :

{الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا }
Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (al-Mulk ayat : 2)

Semua pemberian dunia dari Allah  kepada seorang hamba adalah untuk dilihat bagaimana hamba tersebut beramal dengan cara yang diperintahkan Allah. Mobil, tanah, tabungan, suami, anak, kedudukan, dan semua yang bersifat duniawi diberikan Allah untuk menguji apakah seorang hamba sanggup menggunakan dan semua pemberian itu untuk beramal shalih yang diridhai Allah atau tidak.

Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam - bersabda,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menunjuk kalian sebagai khalifah (dengan cara membuat kalian menguasainya) di dalamnya. Kemudian Allah memerhatikan bagaimana kalian beramal.” (Riwayat Muslim 13/286)

Bijak dalam memberi nasihat

Setelah berusaha sabar, maka langkah berikutnya adalah sang istri berusaha memberi nasihat suaminya. Yang perlu diingat, tidak semua orang yang ingin memberi nasihat tahu bagaimana cara memberi nasihat, sehingga betapa banyak kalimat baik hanya menjadi penghalang kebaikan hanya karena salah penyampaian kalimat tersebut. Dari sini, ada beberapa adab yang diperhatikan istri ketika ingin menasihati suaminya, antara lain :

1. Meluruskan niat saat menasihati, yaitu hanya karena mengharap wajah Allah, ia betul-betul mengharapkan kebaikan dari orang yang ia nasihati, bukan hanya karena ingin tersohor karena dikatakan istri yang shalihah, bukan karena ingin membuka aib dan mencela suami, dan juga bukan karena balas dendam.
Dikatakan niat istri lurus jika ia dalam menasihati jika ia dalam menasihati ingin melaksanakan perintah Allah, karena besarnya kasih sayangnya kepada suami, dan ingin kebenaran menang mengalahkan kebatilan dan keburukan.

2. Lemah lembut dalam memberi nasihat
Memberi nasihat adalah menginginkan kebaikan pada orang yang akan diberi nasihat. Jika yang akan diberi nasihat berbuat salah, tentunya kita ingin dia menyadari kesalahannya, dan hal ini sulit tercapai jika tidak dibarengi kelemah lembutan dalam memberi nasihat. Apalagi yang diberi nasihat adalah suami yang merupakan pemimpin baginya, suami yang kedudukannya lebih tinggi darinya, sehingga kelemah lembutan dalam memberi nasihat sebuah keharusan.

Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – menegaskan,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya tidaklah lemah lembut mengiringi sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan berubah menjadi buruk.” (Diriwayatkan oleh Muslim 16/493)

3. Memilih waktu dan tempat yang tepat
Tidak kalah penting dari sebelumnya dalam memberi nasihat adalah memilih waktu dan tempat yang tepat. Tidak semua perkataan yang ingin diucapkan seseorang itu harus diucapkan saat itu juga. Ia harus memperhatikan waktu dan tempat yang tepat. Karena kemungkinan suami belum siap karena sedang dalam masalah lainnya, atau di tempat yang memang tidak tepat untuk memberi nasihat. Jika dilaksanakan, justru akan memperkeruh keadaan.

4. Memberi kesempatan suami untuk mengubah diri
Mengubah watak dan perilaku seseorang tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Perubahan perilaku membutuhkan waktu dan proses. Sehingga, istri harus menambah kesabaran untuk menanti perubahan dari suaminya.

5. Berdoa kepada Allah dan bertawakal
Setelah berupaya dengan segenap tenaga yang ia miliki, ia pun harus sering berdoa memohon kepada Allah agar suaminya diberi hidayah. Karena semua qalbu manusia itu di tangan Allah, Allah membolak balikkan qalbu seseorang sesuai kehendak-Nya. Setelah itu, ia pun menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan tawakal yang sebenar-benarnya, Allah akan menjadi penolongnya.

Tidak membalas keburukan dengan keburukan

Setelah mengetahui adab-adab seorang istri menasihati suami, maka bisa disimpulkan bahwa istri tidak boleh mendiamkan suami karena ingin menasihatinya. Karena hal itu berarti menafikan kesabaran yang menuntut pemiliknya untuk menahan diri dari perbuatan salah, padahal mendiamkan suami adalah perbuatan salah karena bukan hak istri untuk memboikot suami. Selain itu, mendiamkan suami bukanlah adab dalam menasihati. Sehingga, nasihat yang tidak disertai adab-adab nasihat kemungkinan kecil akan berhasil.

Demikianlah, semoga memberi manfaat bagi kita semua.

Sumber : Ust. Abu Rufaid Agus Susehno, Lc
Sumber : Rubrik Fikih Keluarga, Majalah Sakinah, Vol. 11 No. 11
---------------------------------------

TANYA JAWAB

T : Jika suami berhutang sama istri sejumlah uang, apakah perlu dilunasi atau tidak?
J : Hutang tetap harus dilunasi, tetapi ketika istri mengikhlaskan sebagai sedekah kepada suami, tidak apa-apa, bahkan itu lebih baik

T : afwan ustadzah, bagaimana menyikapi suami yang tidak pernah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya dan selalu merasa benar dalam segalanya?
J : Pernah baca baca tentang seorang nenek yang diwawancara tentang rahasia keharmonisan rumah tangganya? Si nenek menjawab salah satunya dia selalu minta maaf terlebih dahulu meski kesalahan ada pada suaminya. Masya Alloh. Karena memang kunci kebahagiaan rumah tangga adalah berani mengalah. Kita berusaha memahami sifat laki-laki yang memang egonya dominan, kita cari waktu dan cara yang tepat ketika mengingatkan kesalahannya

T : Berarti kita belum bisa bersabar kalau masih punya perasaan kesal ya ustadzah? afwan
J : Kesal adalah hal yang wajar, karena istri juga manusia, yang terpenting adalah cara kita mengungkapkan kekesalan kita, ketika emosi memuncak jangan luapkan dulu, karena biasanya jadi tidak tersampaikan. Endapkan dulu dan ungkapkan ketika hati dan kepala sudah dingin.

T : Kadang malah jadi lupa ustadzah kalau emosi reda, nanti kalau kesel lagi ingat lagi, bagaimana itu ustadzah?
J : Itu lah TOPnya para istri mudah memaafkan. Biar tidak lupa tulis aja kekesalan kita, dan menulis ternyata salah satu cara untuk mengurangi depresi

T : Ustadzah, Bagaimana menyikapi poligami ya? Terkadang khawatir menimpa rumah tangga kami, tapi tidak mau juga membenci sunnah Rasul SAW tersebut?
J : Ini masalah yang selalu hangat dibicarakan. Cara menyikapinya biasa saja, jangan terlalu anti karena poligami ada dalil yang membolehkannya. Bagaimana caranya agar tidak mengalaminya, kita penuhi kebutuhan-kebutuhan suami, berhias, bermanja-manja, pokoknya pelayanan yang memuaskan. Adapun misalnya setelah kita berikan pelayana terbaik, suami ternyata masih poligami juga, yah ini bagian dari ujian keimanan kita dan Alloh Maha Tahu kekuatan hambaNya.
Wallohu a'lam

T : Afwan ustadzh, jika ada suami yang suka membanding-bandingkan istrinya dengan orang lain apa yang musti istri lakukan ustdzah?
J : Kita sampaikan dengan baik-baik bahwa kita tidak suka dibanding-bandingkan, sebagai mana halnya suami yang tidak suka juga dibanding-banding kan

T : Assalamualaikum ustadzah, bagaimana cara menghadapi suami yang di belakang kita ternyata suka lirik-lirik sama akhwat lain, minta nomor hape, bahkan chat /curhat sama akhwat itu, tapi di depan istri dia baik banget, Apa harus sabar? Afwan ini curhatan sobat saya, saya bingung jawab nya.
J : Ungkapkan kepada suami bahwa kita tidak suka dengan sikap suami, kalau tau nomor akhwatnya, bicarakan baik-baik dengan akhwat tersebut.

T : Ustadzah. Jika ada suami yang tidak merestui pernikahan anak sulungnya karena beda suku (padahal tidak boleh mengotak2an manusia berdasarkan suku), kemudian melarang istri dan anak-anaknya tersebut untuk menghadiri pernikahan si anak, istri dengan patuhnya nurut tidak datang ke pesta anaknya, walaupun pedih di rasa istri, beruntung keluarga besar bisa mewakili mereka untuk hadir di acara tersebut, si suami sampai mengancam kalau istri pergi maka begitu akad dia sudah bukan istrinya lagi, dan si anak juga tidak diakuinya sebagai anaknya. Sekarang memang dianggap bukan anaknya karena tetap melanjutkan nikah. Apakah masih harus patuh dengan suami seperti ini ustadzah? Kan tidak boleh memutuskan silaturahmi?
J : Memang tidak bijak melarang pernikahan karena alasan suku. Keputusan istri untuk menurut suami nya untuk tidak datang tepat, untuk menghindari kemudhorotan yg lebih besar. Sambil seiring berjalannya waktu istri memberi masukan-masukan dan berdoa agar menerima anaknya kembali, mudah-mudahan ketika punya cucu hatinya luluh, biasanya cucu bisa melunakkan hati sang kakek

T : Ustadzah ada suami yang materialistis, suka menyebut-nyebut bahwa istrinya hanya ikut suami, tidak membawa harta benda apa-apa dari pihak istri, rumah dan seisinya dibanggakan semua miliknya, apalagi setelah jadi IRT, istrinya cuma dirumah, takberpenghasilan, ia sering menganjurkan istrinya bekerja, suami itu begitu mudah simpati, memuja kepada perempuan yang berpenghasilan. pdhl kondisi ekonomi stabil.
Mohon saran dr ustadzah ,ungkapan yang benar, agar dia sadar. Wajarkah istri tidak menurutinya? Jika suami memberi nafkah lahir cukup, tapi dia egois, tak pernah memberi perhatian dan kasih sayang, apalagi memuji, atau memberi kejutan, Apakah nafkah batin itu hanya "hubungan pasutri saja?" Jazakillah
J : Tipikal suami memang bermacam-macam ya bun, coba bunda ajak suami untuk mengikuti kajian-kajian keislaman, mudah-mudahan. Coba bunda dulu yang memberikan kejutan-kejutan, pesan mesra, dan sebagainya. Terkadang pola asuh yang dialami suami yang membentuk beliau seperti itu. Wallohu a'lam


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PENUTUP

DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.

======================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!