Rekap KOLHA Ummi G-1
Hari/Tgl : Senin 25 September 2017
Materi : "Hijrah"
Narasumber : Ustadzah Lillah
Waktu kajian: 08:00-11:00
Editor : Sapta
=================
HIJRAH
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki
yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat
yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“ [QS
An-Nisaa’(4):100]
Manakala kita akan berpindah dari suatu
daerah ke daerah lain tentu mempunyai alasan dan pertimbangan yang berbeda-beda
dalam prioritas, ada yang disebabkan keadaan ekonomi, karena keamanan dan
kenyamanan atau karena perbedaan keyakinan, tetapi mempunyai tujuan yang hampir
sama yaitu meraih harapan, agar hidup lebih baik. Jadi disana terkandung
harapan, optimisme, tekad dan perjuangan. Dan perjuangan yang dilakukan untuk
mewujudkan harapan agar keadaan menjadi lebih baik ini akan menjadi optimisme
apabila telah dilengkapi dengan persiapan dan bekal yang memadai, baik bekal
fisik (dan harta benda) maupun bekal mental, yaitu meneguhkan hati untuk meraih
keberhasilan.
Ketika Nabi SAW dan para sahabat berhijrah
dari Mekah ke Madinah mempunyai tujuan agar Islam dapat berkembang lebih baik,
juga sebagai wujud kepatuhan kepada Allah SWT dan Rasul-NYA, dan di Madinah
diyakini Islam akan berkembang pesat dan beroleh kemenangan. Nabi SAW dan para
sahabat sudah mempersiapkan mental (=akidah) berupa gemblengan di Daarul Arqom.
Para sahabat hasil tempaan ini bagaikan ‘pasukan elit’ bagi umat Islam, dan
persiapan mental ini lebih utama dibanding yang lain.
“ ….. Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-KU hai orang-orang yang
berakal” [QS Al-Baqarah (2) : 197].
Berbekal mental ketaqwaan kepada Allah dan
pertolongan serta janji Allah menimbulkan sikap optimis akan kemenangan di masa
depan, sehingga para sahabat bertekad untuk berjuang bersungguh-sungguh untuk
meraih tujuan itu.
“Janganlah kamu cemas, sesungguhnya Allah
beserta kita” demikian sabda Nabi SAW kepada Abu Bakar r.a. disaat terkepung di
gua Tsur saat akan berhijrah. “…Maka Allah menurunkan ketenangan-NYA kepada
(Muhammad), dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya….” [QS
At-Taubah (9) : 40].
“Selain Allah? Dapatkah mereka menolong
kamu atau menolong diri mereka sendiri?” [QS
As-Syu’araa’ (26): 93], juga QS Ar-Ruum (30) : 5 dan Al-Hasyr (59) : 8.
Oleh karena itu bersungguh-sungguh dan
berbahagialah karena janji Allah itu pasti [QS Ali Imron (3) : 194]
Hakikatnya setiap saat manusia berhijrah,
dari satu detik ke detik berikutnya, dari satu jam ke jam berikutnya, dari satu
hari ke hari berikutnya, dari satu tahun ke tahun ke tahun berikutnya dan dari
kehidupan dunia ke kehidupan akhirat.. Hijrah ini berpindah dari suatu keadaan
menuju keadaan yang harus lebih baik, dan dengan bekal yang paling utama yaitu
taqwa, merugi orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, dan celakalah orang
yang hari kemarin malah lebih baik dari hari ini. Kita berlomba dengan waktu
menuju garis akhir (finish) kita.
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakam amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” [QS Al-‘Ashr
(103) : 1-3].
Ayo, kita hijrah dengan dimulai dari
hal-hal yang kecil tetapi terus menerus, misal : berinfaq 500 rupiah setiap
hari, atau mengurangi menonton sinetron di televisi 1 jam setiap hari,
membersihkan sampah di jalan di depan rumah kita, ataupun membaca dan mengkaji
Qur’an sehalaman sehari. Dimulai sedikit demi sedikit tetapi terus-menerus
sehingga menjadi kebiasaan (didawamkan). Insya Allah, Allah SWT akan menolong
hamba-NYA yang berusaha semakin baik, membukakan kemudahan bagi hamba-NYA yang
berusaha ‘mendekat’.
~~~~~~~~~~
TANYA
JAWAB
T : Assalamualaikum
bunda lillah, mohon pencerahannya, saat kita hijrah banyak sekali ujiannya,
misalnya pake khimar panjang, atau baju berwarna gelap ada saja yang nyinyir
dengan bertanya, aliran apaan tuh? atau hijrah misalnya yang asalnya suka
keluar rumah sekarang mendadak tidak dan memilih tinggal di rumah. Banyak
sekali yang aneh dengan sikap kita. Bagaimana menghadapi mereka dan bagaimana
supaya kita tetap istiqomah. Mohon penjelasannya, syukron.
J : Ucapin di hati
kata-kata jendral, "Emang gue pikirin...."
Sepanjang hijrah itu menuju kebaikan,
sesuai dengan syariat Allah...tidak usah takut. Kita hidup bukan karena omongan
orang. Tapi yang utama adalah, sampaikan terlebih dahulu nilai-nilai kebaikan kepada
orang terdekat. Pasangan, anak, orangtua...Sounding dulu ke mereka. Sehingga
saat kita hijrah, ada pendukung yang setia bersama kita.
T : Izin tanya
ustadzah, Misalkan kita gabung dengan satu organisasi atau oke lah partai misalnya..
dengan niat agar bisa berkontribusi lebih baik untuk kepentingan rakyat. Ternyata
yang baru ini tidak lebih baik dari yang lama. Nah bagaimana tuh ustadzah, niat
hijrahnya atau resign dari dua-duanya?
J : Istikharah. Karena
tidak ada partai/organisasi/jamaah yang sempurna. Mana yang paling banyak
maslahat, ambil.
T : Assalamualaikum
ustadzah, izin bertanya. Semenjak saya menikah, saya dan suami sama-sama
berhijrah, suami mulai memanjangkan jenggot dan saya mulai berpakaian gamis
sesuai syariat Islam, saya tinggal di keluarga suami yang notabene mereka terbiasa
dengan hal ini. Sedangkan di keluarga saya sendiri menganggap saya dan suami
aneh. Saya juga jadi tidak enak sendiri sama keluarga saya. Kalau saya ngasih
tahu yang bener dikiranya sok alim dan selalu menghubung-hubungkan dengan gaya
saya sebelum berhijrah. kan jadi sedih kalau ingat masa lalu yang kelam. Bagaimana
sikap kita terhadap keluarga kita yang menganggap aneh tentang hijrah kita?
J : Tidak papa. Yang penting tetap jaga silaturahim dengan baik. Tunjukkan
hijrah kita bukan hanya di pakaian atau penampilan. Tapi juga dengan akhlak yang
santun, kedermawanan, makin empati dan lain-lain. Perbanyak doa, satu saat mereka
mengerti.
T : Izin tanya lagi
ustadzah. Penetapan tahun baru hijriah berdasarkan hijrahnya Rosul ke
madinah, drmana mulai penetapannya? karena ada juga yang menyatakan hijrah
pertama rosul dimulai pada bulan Robi'ul awwal.
J : Penetapan
kalender Hijriyah terjadi di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Para
sahabat yang diajak musyawarah oleh Umar bin Khatthab, mereka menyimpulkan
bahwa kejadian yang bisa dijadikan acuan tahun dalam kalender ada empat: tahun
kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tahun ketika diutus sebagai
rasul, tahun ketika hijrah, dan tahun ketika beliau wafat. Namun ternyata, pada
tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tahun ketika beliau
diutus, tidak lepas dari perdebatan dalam penentuan tahun peristiwa itu. Mereka
juga menolak jika tahun kematian sebagai acuannya, karena ini akan menimbulkan
kesedihan bagi kaum muslimin. Sehingga yang tersisa adalah tahun hijrah beliau.
Mereka berhijrah di bulan Rabiul awwal, namun tekad untuk hijrah terjadi di
bulan Muharram.
T : Ustadzah mau
bertanya. Saat ini banyak yang suka ngotak-ngotakin antara kajian sunnah dan tidak
sunnah. Ada ustadz sunnah dan tidak sunnah. Saya masuk di group info kajian
sunnah di medan. Niatnya biar dapat info kajian jadi bisa datang. Tetapi, kalau
ada yang share info kajian yang kata mereka tidak sunnah mereka agak marah. Agak
tidak enak aja sebenarnya di hati bacanya.
Contohnya ada akhwat yang ngeshare jadwal
roadshow ustadz abdul somad di medan. Terus adminnya agak marah. Katanya yang
di share di sini hanya kajian sunnah saja. Apa kah kita harus menegur atau
membiarkan yang seperti itu ustadzah? Merasa seolah-olah hanya mereka yg paling
sunnah. Maaf pertanyaannya kurang mengenakkan.
J : Tidak perlu ditegur. Ahsan tinggalkan saja grup tersebut. Percuma, mereka
merasa lebih benar dan lebih baik.
~~~~~~~~~~~
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment