Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Selasa, 20 Februari 2018
Rekap Kajian Grup Bunda G2
Narasumber : Ustadz
Kholid
Tema : Kajian Umum
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai
berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun
generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju
kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya
kita awali dengan lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
TANDA-TANDA CINTA KEPADA NABI
Allah menetapkan tanda dan bukti kecintaan kepada nabi dan
mensyariatkannya agar orang dapat mengetahui kebenaran klaimnya, sebab setiap
pengakuan harus ada pembuktiannya yang menunjukkan kebenaran pengakuan
tersebut. lihatlah firman Allah :
Katakanlah:"Tunjukkan kebenaranmu jika kamu adalah
orang-orang yang benar". (QS. al-Baqarah/2 :111)
Diantara tanda-tandanya adalah:
1. Mengikuti beliau
(al-Ittiba’) dan mengikuti sunahnya
Mengikuti dan mencontoh Nabi serta berjalan diatas manhaj dan
sunnahnya adalah tanda utama dalam cinta Nabi. Orang yang cinta nabi adalah
orang yang semangat berpegang teguh dengan sunnahnya dan menghidupkannya serta
mendahulukan hal tersebut dari hawa nafsu dan kelezatannya, sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah :
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai
adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. at-taubah/9:24)
Ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hukumnya
adalah wajib sebagaimana dijelaskan dalam firmannya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.’” [Ali ‘Imran: 31]
Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H): “Ayat ini
adalah pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak
mau menempuh jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang itu
dusta dalam pengakuannya tersebut hingga ia mengikuti syari’at dan agama yang
dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua ucapan dan
perbuatannya.” ( Tafsiir Ibni Katsiir (I/384))
Mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin
untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang
mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya termasuk dalam kecintaan kepada Nabi.
Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan menjelaskan dalam
kitabnya: “Termasuk mengagungkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
mengagungkan Sunnahnya dan berkeyakinan tentang wajibnya mengamalkan Sunnah
tersebut, dan meyakini bahwa Sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menduduki kedudukan kedua setelah Al-Qur-anul Karim dalam hal kewajiban
mengagungkan dan mengamalkannya, sebab As-Sunnah merupakan wahyu dari Allah.
Karena itu tidak boleh membuat keragu-raguan di dalamnya, apalagi
melecehkannya. Dan tidak boleh membicarakan keshahihan dan kedha’ifannya, baik
dari segi jalan, sanad atau penjelasan makna-maknanya kecuali berdasarkan ilmu
dan kehati-hatian. Pada zaman ini banyak orang-orang bodoh yang melecehkan
Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama dari kalangan anak-anak
muda yang baru dalam tahap awal belajar. Mereka dengan mudahnya menshahihkan
atau mendha’ifkan hadits-hadits, dan menilai cacat para perawi tanpa ilmu
kecuali dari membaca beberapa buku. Sungguh hal tersebut berbahaya bagi mereka
dan ummat. Karena itu hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah dan menahan diri
pada batasannya. ( Aqiidatut Tauhiid (hal 154)).
2. Mencintai Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharuskan adanya pengagungan, memuliakan,
meneladani beliau dan mendahulukan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
atas segala ucapan makhluk serta mengagungkan Sunnah-sunnahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” [Al-Hujuraat: 1]
3. Banyak menyebut beliau
Siapa yang mencintai sesuatu akan memperbanyak mengingatnya dan
menyebutnya, sebab banyak mengingatnya adalah sebab kelanggengan cinta dan
pertumbuhannya.
Ibnul Qayyim menyatakan: Shalawat adalah sebab kelanggengan cinta
seseorang kepada Rasulullah, pertambahan dan berlipat gandanya. Ahal itu adalah
salah satu ikatan imam yang tidak sempurna iman tanpanya; karena seorang hamba
setiap kali memperbanyak menyebut kekasihnya dan mengingat kebaikan dan hal-hal
yang membawanya untuk mencintainya, maka berlipat ganda kecintaannya dan
bertambah rindu kepadanya serta mengalahkan semua yang ada dihatinya. Apabila
berpaling dari mengingatnya, tidak mengingat beliau dan kebaikannya dengan
hatinya maka berkurang kecintaan dari hatinya. Tidak ada yang lebih menyejukan
mata seorang hama yang mencintai dari melihat kekasihnya. Tidak ada yang lebih
sejuk dihatinya lebih dari mengingat dan menghadirikan kebaikan-kebaikannya. Apabila
kuat hal ini dihatinya, maka lisahnya otomatis akan memuji dan menyebut
kebaikannya dan jadilah pertambahan dan pengurangannya sesuai dengan
pertambahan cinta dan pengurangannya di hati. (Jalaa’ al-Afhaam 248).
Mengingat Rasulullah dan jasa baiknya terhadap umat tentulah
dengan cara-cara yang telah disyariatkan, seperti bersholawat, membaca sejarah
perjuangan dan hidup beliau, membaca hadits-hadits beliau dan yang lainnya.
Hal ini merupakan bentuk penampakan kecintaan, penghormatan dan
pemuliaan Nabi. Ini tentunya adalah tanda kecintaannya kepada beliau.
4. Bercita-cita untuk
melihat dan rindu bertemu beliau.
Tanda ini disampaikan langsung oleh Rasulullah dalam sabdanya:
مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا، نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
Diantara umatku yang paling besar cintanya kepadaku adalah orang
yang hidup detelahku, salah seorang dari mereka berharap seandainya bertemu
denganku dengan (mengorbankan) keluarga dan hartanya (HR Muslim). Dalam riwayat
lainnya:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ فِي يَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أَحَدِكُمْ يَوْمٌ وَلَا يَرَانِي، ثُمَّ لَأَنْ يَرَانِي أَحَبُّ إِلَيْهِ مَنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ مَعَهُمْ
Demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya Pasti akan datang atas
salah seorang kalian satu waktu dan ia tidak melihatku kemudian melihatku itu
lebih ia cintai dari keluarga dan hartanya bersama mereka. (HR Muslim).
TANYA JAWAB
Q : Tanya ustadz , yang no 4 itu berharap untuk terjadi di dunia
(dalam bentuk mimpi) atau di akhirat ?
A : Dalam mimpi atau di akherat.
Maksudnya kerinduannya kepada
nabi memgalahkan keluarga dan hartanya
Q : Ustadz maksud berkorban dengan keluarga itu seperti apa?
A : Dikorbankan keluarganya akan dilakukan bila bisa jumpa Nabi.
Esensinya adalah besarnya kerinduan kepada Nabi menunjukkan
cintanya kepada beliau.
Q : Contoh pengorbanan seperti apa ustadz?
A : Artinya kalau memang keluarganya menghalanginya berjumpa Nabi
Q : Afwan ustadz, apabila di saat kita berdo'a dengan meminta kepada-Nya
agar di pertemukan dengan Rosulallah di akhirat nanti, disaat itu hati kita bergetar dan sampai
menangis. Apakah ini salah satu tanda jika kita Cinta kepada pada beliau
ustadz?
A : Ya..Termasuk tanda cinta kita kepadanya
Q : Kalau ada orang yang mengaku telah bermimpi bertemu dengan
Rasulullah, itu mimpi yang benar? Apakah
ustadz pernah punya pengalaman bermimpi bertemu dengan Rasulullah ?
A : Benar apabila bentuk beliau sesuai dengan riwayat yang disampaikan para ulama tentang bentuk
fisiknya. Sebab syeitan tidak bisa
menyerupai bentuk fisik beliau. Saya
yang banyak dosa ini belum diberikan Allah taufiq untuk berjumpa beliau dalam
mimpi tapi masih sangat berharap bisa berkumpul dengan beliau disyurga nanti
Q : Ustadz. Afwan Rosululloh salaullahu alaihi wassalam sangat
mencintai kebersihan dan salah 1 sunnah beliau afwan mencukur bulu ketiak dan
bulu kemaluan. Nah ustad, Kalo kita bersih tapi malas untuk mencukur apakah
kita tidak mencintai beliau dan membangkang sunnahnya? Syukron ustadz
jawabannya.
A : Mencukur bulu kemaluan dan mencabut bulu ketiak adalah sunah
fithrah yg manusia sendiri menyukainya.
Sebab itu bisa membersihkan bagian tersebut . Bagaimana bisa bersih tanpa menghilangkan
bulu - bulu tersebut?
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah
semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikalauah langsung saja kita tutup
dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engakau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment