KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH UMMI G4
Hari/Tgl: Selasa, 13 Maret 2018
Narsum: Ustadz Kholid
Tema: Bahagia dengan mengikuti nabi
Waktu: Bada Dzuhur
Admin: Sugi, Delia, Aini
Notulen: Laela
Editor: sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Bahagia Dengan Ikuti Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam.
Allah mengutus para Rasul membawa 3 pokok
ajaran:
1.
Berdakwah
kepada Allah yang berisi penetapan sifat dan tauhid serta takdir
2.
Membimbing dan
mengenalkan jalan yang mengantar kepada keridhaan Allah yang berisikan
perincian syariat berupa perintah dan larangan serta yang diperbolehkan dengan
menjelaskan semua yang Allah cintai dan tidak sukai.
3.
Menjelaskan
keadaan hamba di akheratnya berisikan iman kepada hari akhir.
Seluruh penciptaan dan perintah Allah
berada diatas tiga hal ini, bahkan kebahagian dan keberuntungan tergantung
kepada tiga pokok ini. Tidak ada cara mengetahui hal-hal ini kecuali dari jalur
para Rasul, karena akal tidak bisa mengetahui rinciannya dan hakekatnya,
walaupun kadang mengetahui secara garis besar saja. (lihat majmu’ al-Fatawa
19/96).
Oleh karena itu Allah mewajibkan taat
kepada Rasulullah dalam banyak ayat al-Qur`an sehingga imam Ahmad bin Hambal
berkata: Aku membaca al-Qur`an lalu aku dapati taat kepada Rasulullah dalam
33 ayat. (lihat ah-Shaarimul Maslul hlm 56).
al-Aajurriy menyatakan: Diwajibkan atas
hamba Allah mentari Rasulullah dalam lebih dari tiga puluh ayat dari kitabnya.
(asy-Syariat hlm 49).
Demikian banyaknya perintah untuk mentari
beliau dalam al-Qur`an dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. ayat-ayat yang berisi perintah Mentaati
Allah Dan Rasulnya, sebagaimana dalam
firman Nya :
وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang
beriman” ( Qs Al Anfal/8:1 )
Dalam menafsirkan ayat ini, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
rahimahullah berkata: “Sesungguhnya keimanan itu mengajak kepada ketaatan
kepada Allah dan RasulNya, sebagaimana jika orang yang tidak mentaati Allah dan
RasulNya, maka dia bukanlah seorang mukmin”
Mentaati Allah, yaitu dengan mentaati Al Qur’an, dan mentaati RasulNya
ialah dengan mentaati Sunnah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. ayat-ayat yang berisi penjelasan sikap
berpaling Dengan Tidak Mentaati Allah Dan Rasul merupakan Sifat Orang-Orang
Kafir.
قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا
فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan RasulNya; Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (Qs Alimran/3:32)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini menunjukkan, bahwa
menyelisihi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam thariqah (jalan,
ajaran) merupakan kekafiran. Allah tidak menyukai orang-orang yang bersifat
dengannya, walaupun dia mengaku dan menyangka pada dirinya bahwa dia mencintai
Allah dan mendekatkan diri kepadaNya, sampai dia mengikuti Rasul, Nabi yang
ummi, penutup seluruh rasul, dan utusan Allah kepada jin dan manusia”.
c. ayat-ayat yang memerintahkan untuk
mengikuti dan mencontoh beliau serta melaksanakan syariatnya, seperti firman
Allah :
“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. alimron/3:31)
Allah menjadikan sikap mengikuti dan mencontoh Rasulullah sebagai jalan
meraih cinta dan sarana mewujudkan keridhaan dan ampunan. Ittiba’ adalah tanda
dan bukti kecintaan kepada Allah.
d. ayat yang memerintahkan untuk
mengembalikan segala perkara yang diperselisihkan kepada Allah dan RasulNya,
seperti firman Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى
اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ
إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْر وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya),
dan ulil amri (ulama dam umara’) diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (Qs AnNisaa/4:59 )
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
untuk taat kepadaNya dan taat kepada RasulNya. Allah mengulangi kata kerja
(yakni: ta’atilah!) sebagai pemberitahuan bahwa mentaati RasulNya wajib secara
mutlak, dengan tanpa meninjau (mengukur) apa yang beliau perintahkan dengan Al
Qur’an. Bahkan jika Beliau memerintahkan, maka wajib ditaati secara mutlak,
baik yang beliau perintahkan itu terdapat dalam Al Qur’an ataupun tidak. Karena
sesungguhnya, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi Al Qur’an dan yang
semisalnya”.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata:
“Kemudian Allah memerintahkan orang-orang beriman agar mengembalikan
permasalahan yang mereka perselisihkan kepada Allah dan RasulNya, jika mereka
benar-benar orang-orang yang beriman. Dan Allah memberitahu mereka, bahwa hal
itu lebih utama bagi mereka di dunia ini, dan lebih baik akibatnya di akhirnya.
Ini mengandung beberapa perkara.
–
Orang-orang
yang beriman terkadang berselisih pada sebagian hukum-hukum. Perselisihan pada
sebagian hukum tidak mengakibatkan mereka keluar dari keimanan (tidak kufur),
jika mereka mengembalikan masalah yang mereka perselisihkan kepada Allah dan
RasulNya, sebagaimana yang Allah syaratkan. Dan tidak disanksikan lagi, bahwa
satu ketetapan hukum yang diterikat dengan satu syarat, maka ketetapan itu akan
hilang jika syaratnya tidak ada.
–
Firman Allah
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu”, (maksudnya) mencakup
seluruh masalah yang diperselisihkan oleh orang-orang yang beriman, berupa
masalah agama, baik kecil atau yang besar, yang terang dan yang samar.
–
Manusia telah
sepakat bahwa mengembalikan kepada Allah, maksudnya mengembalikan kepada
kitabNya. (Dan) mengembalikan kepada RasulNya adalah mengembalikan kepada diri
Beliau di saat hidupnya dan kepada Sunnahnya setelah wafatnya.
–
Allah
menjadikan “mengembalikan apa yang mereka perselisihkan kepada kepada Allah dan
RasulNya” termasuk tuntutan dan konsekwensi iman. Sehingga jika itu tidak ada,
imanpun hilang.
e. ayat yang menjelaskan bahwa hidayah
(Petunjuk) hanyalah dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam, seperti dalam firman Allah :
قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ
مَاحُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّاحُمِّلْتُمْ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَاعَلَى الرَّسُولِ
إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ
“Katakanlah: “Ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul; dan jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul hanyalah apa yang dibebankan
kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu
ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tiada lain kewajiban Rasul
hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (Qs An Nuur/24:54)
Dalam menafsirkan ayat “Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk”,
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata : “Menuju
jalan yang lurus dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga tidak ada jalan bagimu
menuju petunjuk, kecuali dengan mentaatinya. Tanpa itu, tidak mungkin, bahkan
mustahil”.
f. ayat berisi ancaman keras terhadap orang
yang menyelisihi perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, seperti
dalam firman Allah:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ
أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. ( qs An Nuur/24:63 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “FirmanNya ‘Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintahnya’, (perintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
sallam), yaitu jalan, ajaran, Sunnah, dan syari’at Beliau. Sehingga seluruh
perkataan dan perbuatan ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Beliau. Yang
sesuai dengan itu diterima, dan yang menyelisihinya dikembalikan kepada orang
yang mengatakannya atau orang yang melakukannya, siapa pun orang itu”.
Hendaklah orang yang menyelisihi syari’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, secara lahir atau batin, takut (akan ditimpa fitnah, cobaan,
musibah), yakni di dalam hati mereka, yang berupa kekufuran atau kemunafikan
atau bid’ah. (Atau ditimpa azab yang pedih), yakni di dunia dengan pembunuhan,
had (hukuman), penahanan atau semacamnya”.
g. ayat berisi perintah mengikuti wahyu yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, yang
mencakup Al Qur’an dan As Sunnah, seperti firman Allah :
اتَّبِعُوا مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ
وَلاَ تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(dari padanya)”. (Qs Al A’raf/7:3)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan untuk mengikuti apa yang diturunkan dariNya secara khusus. Dia
memberitahukan, barangsiapa mengikuti selain-Nya, maka dia telah mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya”.
Allah menurunan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Al
Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah), seperti dijelaskan dalam
firmannya:
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ وَمَآأَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ الْكِتَابِ
وَالْحِكْمَةِ
“Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al Hikmah”. (Qs Al Baqarah/2:231 )
وَأَنزَلَ اللهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
“Dan Allah telah menurunkan Al Kitab dan Al Hikmah kepadamu”. ( Qs An Nisaa’/4:113 )
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Allah menyebutkan Al Kitab,
yaitu Al Qur’an. Dan menyebutkan Al Hikmah. Aku telah mendengar orang yang aku
ridhai, yaitu orang yang ahli ilmu Al Qur’an mengatakan, ‘Al Hikmah adalah
Sunnah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
h. ayat yang mewajibkan untuk menyerah pada
hukum Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, seperti firman Allah :
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. ( QS An
Nisaa/4:65 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala
bersumpah dengan diriNya yang mulia, yang suci, bahwa seseorang tidak beriman
sehingga menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai hakim di dalam
segala perkara. Apa yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam putuskan adalah
haq, wajib dipatuhi secara lahir dan batin. Oleh karena itu Allah berfirman
‘kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya’. Yaitu jika mereka telah
menjadikanmu sebagai hakim, mereka mentaatimu di dalam batin mereka, kemudian
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka tunduk kepadanya lahir batin, dan menerimanya dengan sepenuhnya,
tanpa menolak dan membantah”. (Tafsir Ibnu Katsir 1/520).
i. ayat berisi kewajiban tunduk secara
totalitas terhadap keputusan Allah dan RasulNya, seperti dalam firman Allah :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا
أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ
ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata”. ( QS Al Ahzab/33 : 36 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Ayat ini umum dalam segala
perkara. Yaitu, jika Allah dan RasulNya telah menetapkan sesuatu, maka tidak
ada hak bagi siapapun menyelisihinya, dan tidak ada pilihan (yang lain) bagi
siapapun, tidak juga ada pendapat dan perkataan”.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya tidak ada perbedaan antara keputusan Allah dengan
keputusan RasulNya. Orang mukmin tidak ada pilihan untuk menyelisihi keduanya.
Dan maksiat kepada Rasul (sama artinya) seperti maksiat kepada Allah. Yang
demikian itu merupakan kesesatan yang nyata”.
j. ayat yang menjelaskan Sunnah Nabi adalah
penjelas Al Qur’an sehingga tidak bisa dipisahkan, seperti firman Allah :
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Kami turunkan Adz Dzikr (peringatan, Al Qur’an) kepadamu, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya
mereka memikirkan”. (QS An Nahl/16 : 44 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Firman Allah ‘Dan Kami turunkan
Adz Dzikr (peringatan) kepadamu -yakni Al Qur’an- agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka -yaitu dari Rabb mereka-‘.
Karena pengetahuanmu terhadap makna yang telah Allah turunkan, dan karena
keinginanmu terhadapnya dan engkau mengikutinya, dan karena pengetahuan Kami
bahwa engkau adalah sebaik-baik makhluk dan penghulu anak Adam, sehingga engkau
memerinci apa yang (Al Qur’an) menyebutkan secara global, dan engkau
menjelaskan kepada mereka apa yang susah difahami (supaya mereka memikirkan),
yaitu memperhatikan diri mereka, kemudian mendapatkan petunjuk, lalu meraih
keberuntungan dengan keselamatan di dua negeri (dunia dan akhirat)”.
k. ayat yang berisi larangan mendahului Allah
dan RasulNya, seperti firman Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا
بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
RasulNya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”. ( Qs Al Hujurat/49 : 1 )
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : “Yaitu janganlah engkau berkata
sebelum dia (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata. Janganlah engkau
memerintah sebelum dia (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) memerintah.
Janganlah engkau berfatwa sebelum dia (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
berfatwa. Janganlah engkau memutuskan perkara sebelum dia (Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam) yang memutuskan perkara padanya dan melangsungkan
keputusannya”.
===========
TANYA JAWAB
Tanya: afwan ustadz, jika kita ingin mengikuti ajaran Rasulullah kita harus tahu
sirah nabawiyah dan kehidupan sahabat-sahabat nabi juga kah ustadz?
Jawab: Iya
Tanya: apakah ada buku yang menjelaskan sejarah ditetapkannya hadist untuk
menghindarkan diri dari hadist yang dhoif?
Jawab: Ada. Masuk dalam ilmu Musthalah hadits yang digunakan ulama untuk
memeriksa keabsahan sebuah hadits.
Tanya: assalamualaikum ustadz. Bagaimana kita mengajak keluarga, saudara atau
teman dekat untuk mengikuti sunnah, tanpa membuat mereka tersinggung? Karena
masih banyak di daerah ana yang masih kental dengan tradisi nenek moyang.
Jawab: Ajak belajar dulu agar semangat beragama dan sampaikan dengan baik
sesuai dengan keadaan dan waktu.
Tanya: jika kita mengajarkan dengan akhlak kita tentunya butuh waktu lama,
apakah cukup kita dengan mendoakan beliau-beliau yang kita sayangi itu, ustadz?
Jawab: Dengan akhlak, doa dan nyampaikan informasi sedapat mungkin. Bisa kasih
hadiah buku atau yang lainnya.
Tanya: Apa boleh kita langsung bilang, “Ini ga boleh, itu ga boleh”
ustadz, sedangkan semakin kita kesitu si fulan makin menjauh. Sedangkan kita
mau menjelaskan secara detail pun, pengetahuan ilmu ana kurang.
Jawab: Boleh saja hal itu dilakukan akan tetapi bila semakin menjauhkannya maka
bisa dipakai cara lain utk mengungkapkan hal itu tidak boleh.
Tanya: Cara lain seperti apakah ustadz? Bagaimana dengan orang dekat yang
masih kental dengan acara adat?
Jawab: Seperti disampaikan pake logika dan bahasa yang lugas
Tanya: Seseorang bisa kah di katakan soleh dan ber akhlaq baik, tapi berani
bentak-bentak orang tuanya dan suami pun, mendukungnya dengan alasan yang belum
jelas (orang tua mendzolimi istri). Bagaimana sebaiknya sikap suami ustad, apakah
membiarkan mereka ribut, apakah mendukung salah satu dari mereka, meski belum
nyata tuduhan itu, atau bagaimana?
Jawab: Mendamaikan keduanya. Memang biasa mertua dan menantu tidak sinergi dan
ribut.
=========================
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment