
Kajian Online HA Ummi
G5
Hari/Tgl: Senin, 17
September 2018
Materi: Lawaazimul
Mahabbah (Konsekwensi Cinta)
Narasumber: Ustadz
Cipto
Waktu Kajian: Bada
Ashar
Admin: Nining Dan
Saydah
Notulen: Nining
=====================
Lawaazimul Mahabbah
(Konsekuensi Cinta)
Salah satu ciri
keimanan yang benar adalah tumbuhnya cinta kepada Allah Ta’ala. Dalam
pembahasan sebelumnya kita berkali-kali diingatkan dengan firman Allah Ta’ala
berikut ini,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
ۗ
“Dan di antara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 165)
Untuk memahami
bagaimana mencintai Allah Ta’ala, marilah kita mengenal tentang lawazimul
mahabbah (konsekuensi cinta) sebagai berikut.
Pertama, konsekuensi
cinta diantaranya adalah mahabbatu man ahabbahul mahbub (mencintai siapa yang
dicintai sang kekasih). Jika kita mengaku mencintai Allah Ta’ala, maka
selayaknya bagi kita untuk mencintai siapa saja yang dicintai-Nya.
Allah Ta’ala
mencintai mereka yang: bertaubat dan mensucikan/ membersihkan diri (2: 222, 9:
108), berbuat baik (2: 195, 5: 93, 3:
148, 3: 134), sabar (3: 146), tawakkal (3: 159), adil (60: 8), takwa (3: 76, 9:
4), berjuang dalam barisan yang rapi (61: 4), dan lain-lain.
Diantara mereka yang
dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang-orang yang disebutkan di dalam
Al-Qur’an telah mendapatkan curahan nikmat dari-Nya, yaitu: para nabi dan
rasul, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ
مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang- orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa, 4:
69)
Kedua, konsekuensi
cinta diantaranya adalah mahabbatu maa ahabbul mahbub (mencintai apa-apa yang
dicintai sang kekasih). Jika kita mengaku mencintai Allah Ta’ala, maka
selayaknya bagi kita untuk mencintai apa-apa yang dicintai-Nya.
Diantara hal yang
dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan-amalan shalih, sebagaimana disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud. Dia berkata.
أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ قَالَ :
((الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا)). قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ((بِرُّ الوَالِدَيْنِ)).
قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قال : ((الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ)). قَالَ : حَدَّثَنِي
بِهِنَّ رَسُولُ اللهِ , وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Saya bertanya kepada Nabi, ‘Apakah amal
yang paling dicintai oleh Allah?’ (Dalam satu riwayat: yang lebih utama) Beliau
bersabda, ‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau
bersabda, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa
lagi’? Beliau bersabda, ‘Jihad (berjuang) di jalan Allah.”‘ Ia berkata, “Beliau
menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: “Saya berdiam diri dari
Rasulullah.”) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau menambahkannya.” (H.R. Bukhari)
Dalam hadits dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ وَقَالَ
اكْلَفُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu
yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah
diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” (HR. Bukhari dalam
Kitab ar-Riqaq)
Ketiga, konsekuensi
cinta diantaranya adalah bughdu man abghadhahul mahbub (membenci siapa saja
yang dibenci sang kekasih). Jika kita mengaku mencintai Allah Ta’ala, maka
selayaknya bagi kita untuk membenci siapa saja yang dibenci-Nya.
Allah Ta’ala
membenci mereka yang: berbuat berlebih-lebihan dan melampaui batas (6: 141, 2:
190), berbuat kerusakan (5: 64, 28: 77), sombong dan membanggakan diri (16: 23,
4: 36, 57: 23), khianat dan bergelimang dosa (4: 107, 8: 58), kafir (2: 276, 3:
32), ingkar (30: 45), zalim (3: 140), kufur nikmat (22: 38), dan lain-lain.
Objek utama yang
harus kita benci adalah syaithan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ
عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala.” (QS. Fathir, 35: 6)
Keempat, konsekuensi
cinta diantaranya adalah bughdu maa abghadhahul mahbub (membenci apa-apa yang
dibenci Sang Kekasih). Jika kita mengaku mencintai Allah Ta’ala, maka
selayaknya bagi kita untuk membenci apa-apa yang dibenci-Nya.
Diantara hal yang
dibenci Allah Ta’ala adalah ucapan buruk. Dia berfirman,
لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ
إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang
diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa, 4: 148)
Allah Ta’ala juga
membenci pasar-pasar yang di dalamnya banyak dilakukan kemaksiatan. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللهِ
أَسْوَاقُهَا
“Tempat yang paling Allah cintai adalah
masjid-masjid, dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasar.” (HR. Muslim)
Imam Nawawiy dalam
kitabnya Syarh Sahih Muslim mengatakan: “Tempat yang paling dicintai oleh Allah
adalah mesjid karena sebagai tempat melakukan ketaatan, dan dibangun atas dasar
takwa. Dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar karena banyak terjadi
penipuan, penghianatan, riba, sumpah palsu, menyalahi janji, lupa mengingat
Allah, dan sebagainya.”
Al-Mulla Ali
Al-Qariy mengatakan: “Kandungan hadits ini ditinjau dari sisi mayoritas, karena
bisa jadi seseorang ke mesjid untuk melakukan hal negatif seperti ghibah, dan
orang ke pasar untuk mencari rezki yang halal.”
Hadis ini bukan
berarti larangan pergi ke pasar, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan para sahabatnya pun pergi dan melakukan transaksi di pasar.
Perkara-perkara lain
yang dibenci Allah Ta’ala diantaranya disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ
ثَلَاثًا, (وفي رواية: ويسخط منكم ثلاثا) يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْ
بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَأَنْ
تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ وَإضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada
tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara (di dalam riwayat yang lain:
dan murka kepada kalian pada tiga perkara); Allah Ridha kepada kalian (ketika
kalian) beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, (dan
meridhai ketika kalian semua) berpegang teguh kepada tali agama Allah dan
janganlah kalian bercerai berai, (Allah subhanahu wa ta’ala meridhai ketika
kalian) saling nasehat menasehati kepada pemimpin-pemimpin kalian. Dan Allah
subhanahu wa ta’ala membenci desas-desus, dan membenci banyak bertanya dan
menghambur-hamburkan harta.” (HR. Imam Malik dan Imam Ahmad).
Mencintai siapa dan
apa saja yang dicintai oleh Allah Ta’ala merupakan wujud al-wala’, yakni
loyalitas kepada-Nya. Sedangkan membenci siapa dan apa saja yang dibenci Allah
Ta’ala adalah wujud al-bara’, yakni anti loyalitas kepada selain Allah Ta’ala.
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيْمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ
وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali iman yang paling kokoh adalah
memberikan loyalitas karena Allah, memusuhi karena Allah, mencintai karena
Allah, dan membenci karena Allah.” (HR. ath-Thabarani dari Ibnu Abbas, dinyatakan
sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah [2/734 no. 998])
Wallahu A’lam.
===========
TANYA JAWAB
T: Terkait tentang hal
yang dibenci Allah antara lain menghambur-hamburkan harta, apakah ada batasan
kriteria seperti apa yang dimaksud menghambur-hamburkan harta? Karena jika
dilihat dari kondisi ekonomi masing-masing manusia kan berbeda, ada yang
misalnya mampu beli tas seharga 10 juta, tapi untuk menghemat agar tidak
termasuk golongan yang dibenci Allah, dia membeli tas seharga 2 juta. Namun,
disisi lain, ada yang mampu beli tas 500rb, tapi dia beli harga 150 ribu. Jika demikian, seperti apa ya ustadz, kriteria
/ standar yang dimaksud menghambur-hamburkan harta? Jazakallah khoir.
J: Pernahkah bunda
sekalian dengar kisah bagaimana para sahabat berlomba "menghabiskan"
hartanya untuk jihad, umar dan abu bakar ra saling berlomba tuk mengalahkan
namun posisi utamanya bukan diukur dari jumlah. Adapun tentang menghamburkan
harta tentu definisi ini yang perlu disamakan, jika berbelanja untuk kebutuhan
masing-masing (perhatikan kata kebutuhan saya kasih bold) tentu akan berbeda
dan ada ukuran masing-masing seperti di contohkan dalam pertanyaan bunda, bukan
karena keinginan ya sekali lagi kebutuhan, (ada kebutuhan primer, sekunder dan
tertier dan seterusnya) ini yang jadi faktor penting, kebutuhan tentu akan
menyesuaikan dengan kemampuan dan semampu-mampunya orang yang paling utama
adalah yang paling zuhud terhadap dunia, artinya meski ia mampu tapi ia memilih
yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Nah ini yang perlu difahami jadi jika
ia berbelanja yang tidak kebutuhan itulah yang bisa disebut sebagai menghambur-hamburkan.
Jadi kalau belanja sekedar gaya apalagi ikut-ikutan nah ini yang perlu
hati-hati, wallahu 'alam
T: Ustadz, memperbanyak
shalawat kepada Rasulullah apakah termasuk amalan yang dicintai Allah atau
amalan yang dianjurkan?
J: Perintah yan g
berarti dicintai Allah ada dalam al quran Al-Ahzab 33:56
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى
ٱلنَّبِىِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah
dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman!
Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan
kepadanya.
Bayangkan Allah saja
bershalawat atas nabi dan diikuti oleh para malaikat.....so perintah ini
anjuran yang sangat pake bingits malah.
T: Shalawat yang banyak
beredar seperti yang dinyanyikan Nisa sibyan itu ustadz, bolehkah? Yang saya
tanyakan 'maulana' untuk Allah atau Rasulullah?
J: Menarik ya, sederhananya
itu adalah ungkapan ekspresi cinta kepada rasulullah, yang paling sederhana itu
dengan Allahuma sholi ala muhammad wa ala ali muhammad adapun yang lain
2 masih boleh dalam batasan yang tidak berlebih-lebihan ya.
T: Sholawat nariyah,
badar boleh kan ya ustadz? Soalnya mau belajar ngehafalin masih ragu, selama
ini sholawat yang dibaca saat sholat saja?
J: Ini bentuk yang paling
jelas dalam sholat adalah bentuk shalawat yang paling rajih/jelas keterangannya,
shalawat yang lain insya Allah masih dalam koridor boleh, termasuk yang
bidadari dam, dalam niatan untuk dalam rangka perwujudan cinta kita kepada
Rasulullah, sebagaimana pernah dibahas dalam tanda tanda cinta.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment