Rekap
Kajian Online HA
Narasum:
Ustadzah Fina, Ustadzah Malik, Ustadzah Enung, Ustadzah Riyanti, Ustadzah
Tribuwhana, Ustadz Robin, Ustadzah Lien
Tema:
Husnudzon vs Su'udzon
Hari/Tanggal:
Selas/13 Nopember 2018
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Husnudzon
vs Su'udzon
Sahabat
Fillah…
Bagaimana
psikologi modern memandang prasangka? Berikut pengantar sederhana tentang hal
itu.
Masyarakat
yang sehat adalah masyarakat yang membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan
cinta satu sama lain. Sedangkan masyarakat yang sakit menciptakan permusuhan,
kecurigaan, dan ketidak saling percayaan anggota-anggotanya (dalam Schultz,
1991).
Prawitasari
dalam pidato pengukuhan Guru Besar pada fakultas Psikologi UGM tahun 2003,
menyampaikan bahwa masyarakat yang sehat secara sosiopsikologis diantaranya
adalah bila masyarakat mampu saling mecintai, yaitu mampu menggunakan cinta
kasihnya untuk menumbuhkan perdamaian di antara sesama manusia.
Banyak
pihak yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat
berprasangka, memiliki kecurigaan yang akut terhadap segala sesuatu yang
berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala sesuatu yang baru dan
berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan.
Menurut
Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni stereotip, jarak
sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam
prasangka. Stereotip memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi
jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan diskriminasi.
□■□■□■□■□■
Sahabat
Fillah rahimakumullah...
Lantas
bagaimana Islam sendiri bicara tentang prasangka?
Islam
Bicara Tentang Prasangka
Islam
adalah sumber dari segala sumber pendidikan akhlak terpuji, baik terhadap Allah
Swt, sesama manusia dan juga pada makhluk yang lain yang diciptakan oleh Allah
Swt di muka bumi ini. Berbicara dengan akhlak khususnya yang berhubungan dengan
sesama manusia, banyak macamnya yang diantaranya adalah husnuzhon. Dalam hidup
bermasyarakat tidak jarang kita mendengar bahkan kita sendiri yang mengalaminya
tentang husnuzhon. Pada tulisan dibawah ini kami akan mencoba memgungkap apa
dan bagaimana husnuzhon.
Pengertian
Husnuzhon
Kata
husnuzhon berasal dari lafal "Husnun" (baik) dan "Adzhonnu"
(prasangka). Dengan demikian husnuzhon berarti prasangka, perkiraan, dugaan
baik. Maksudnya berpandangan yang mulia terhadap apa yang ada dipikiran atau
berprasangka baik terhadap apa yang menimpa dirinya meskinpun apa yang
menimpanya itu sangat membebaninya.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, mutlak memerlukan hubungan baik dengan sesama baik
dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat, karena dengan hubungan yang
baik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat adalah syarat terwujudnya gotong
royong sehingga dengan hidup gotong royong tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masing-masing pihak.
Salah
satu cara untuk menjalin hubungan baik dengan sesama anggota masyarakat adalah
husnuzhon (selalu berprasangka yang baik). Adapun lawan kata dari husnuzhon
adalah su'uzhon yakni berprasangka buruk terhadap seseorang yang dapat
berakibat buruk terhadap hubungan persaudaraan dalam masyarakat.
Hukum
Husnuzhon
Hukum
husnuzhon terbagi atas dua yaitu:
1.
Husnuzhon terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya
Adapun
hukum dari husnuzhon terhadapa Allah Swt dan Rasul-Nya adalah hukumnya wajib.
Artinya setiap muslim dan muslimat wajib memiliki husnuzhon (prasangka baik)
kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dengan cara :
Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah Swt dan Rasul-Nya (perintah
agama) adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri meyakini dengan sepenuh hati
bahwa semua yang dilarang oleh agama pasti berakibat buruk jika dilanggar.
Meyakini bahwa apapun cobaan yang diberikan Allah Swt kepada manusia ada
hikmahnya dan manusia harus ikhlas menerima, karena disaat manusia diberikan
cobaan itu artinya Allah Swt masih memperhatikan kita.
2.
Husnuzhon kepada sesama manusia
Adapun
husnuzhon kepada sesama manusia hukumnya adalah mubah atau jaiz (boleh
dilakukan). Husnuzhon kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan atau
mengira bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan, dan menaruh kepercayaan
terhadap orang lain serta selalu mengembangkan sikap baik dalam lingkungan,
baik dalam lingkungan keluarga sendiri maupun dalam lingkungan dimana kita
berada dan sekitarnya sehingga terjalin hidup yang nyaman. Oleh sebab itu,
husnuzhon berdampak positif, baik kepada pelakunya maupun pihak lain.
Sebaliknya su'uzhon berarti menaruh kecurigaan yang tidak baik terhadap pihak
lain, sehingga su'uzhon kepada siapapun hukumnya haram.
Kewajiban
Bersikap hati-hati Terhadap Zhon (Prasangka)
Islam
mendidik umatnya agar selalu bersikap hati-hati terhadap sikap zhon, karena
dalam Al-Qur'an Allah Swt memperingatkan kepada hambanya untuk menjauhinya
sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:
Arinya:
Wahai orang yang beriman!jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa" (QS.Al-hujurat ayat 12)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
Wahai
orang yang beriman! jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa.Dan janganlah mengunjing satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(QS.Al-hujurat ayat 12)
Dalam
buku tafsir djalalaini dijelaskan bahwa "Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.
Artinya menjerumuskan kepada dosa, dan jenis prasangka itu banyak sekali
diantaranya sangka buruk
kepada
orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat
baik cukup banyak. Berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan
kaum muslimin maka tiada dosa bila kita berburuk sangka kepadanya menyangkut
masalah keburukan yang tampak dari mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalah
orang lain.
Lafal Tajassasu pada
asalnya adalah Tatajassasu, lalu salah satu dari kedua
huruf Ta dibuang sehingga jadilah tajassasu, artinya janganlah kalian
mencari-cari aurat, keaiban mereka dengan cara menyelidiknya (dan janganlah
sebagian menggunjing sebagian yang lain) artinya janganlah kamu menggunjingkan
dia dengan sesuatu yang tidak diakuinya. sekalipun hal itu benar ada padanya.
Sahabat Rahimakumullah....
Dari
penjelasan tersebut diatas secara tegas mewajibkan kita secara hati-hati dalam
hal zhon (prasangka). Dan adapun prasangka yang tergolong dosa ialah prasangka
buruk (su'uzhon). Berprasangka yang buruk berarti mencurigai orang lain telah
berbuat yang tidak baik, padahal hal itu belum tentu benar. Orang yang
mencurigai seseorang telah berbuat buruk, pasti bersikap kurang bersahabat
dengan orang yang dicurigai. Dengan demikian hubungan persaudaraan dia dengan
orang yang dicurigai pasti semakin menjadi jauh.
Dampak
Positif Husnuzhon
Setiap
akhlak terpuji pasti berdampak positif, terutama bagi pelakunya sendiri dan
terkadang juga bagi orang lain, sesuai dengan firman Allah Swt sebagai berikut:
Artinya:
"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri" (QS.Al-Isra' ayat 7)
Adapun
dampak positif dari perilaku husnuzhon, antara lain:
Semakin
dekat hubungan batin antara pelaku dengan pihak lain yang diduga berbuat
kebaikan memperoleh kepercayaan diri orang yang menduga dirinya telah berbuat
baik memperkuat hubungan persaudaraan antara keduanya (yang menduga dan
yang diduga)
Membiasakan
Berperilaku Husnuzhon
Tidak
mudah menerima suatu berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.
Berusaha
untuk sering bertemu dengan sesama teman atau anggota masyarakat dengan sering
bertemu, maka dapat mengantisipasi munculnya gosip yang sering merusak hubungan
persaudaraan.
Sahabat
fiddin.....
Larangan
Su'uzhon
Dalam
agama Su'uzhon sangat dilarang karena hukumnya haram, karena dapat meretakkan hubungan
keharmonisan, baik kepada kerabat, temana, sahabat atau dalam lingkungan
masyarakat. Buruk sangka adalah sifat yang dapat membuat seseorang menjadi
curiga terhadap seseorang yang pada akhirnya dirinya menjadi tidak nyaman pada
seseorang.
Orang
yang mempunyai sifat tersebut selalu merasa dirinya terancam oleh sebuah
bahaya, yang sebenarnya tidak akan terjadi. Dengan dihantuinya fikiran seperti
itu maka selalu dipenuhi oleh hal-hal yang mencurigakan terhadap seseorang
akhirnya perasaannya tidak akan pernah merasa tenang.
Beberapa
hadits dari Rasulullah Saw tentang buruk sangka tersebut diantaranya sebagai
berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ
الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث(متفق عليه)
Artinya: “Dari
Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasulullah.” Jauhkanlah diri kamu
daripada sangka (jahat) karena sangka (jahat) itu sedusta-dusta omongan (hati)”.
(HR. Muttafaq Alaih)
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ
الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ،وَلاَتَحَسَّسُوا وَلآتَجَسَّسُوْا وَلآتَحَاسَدُوا وَلآتَدَابَرُواوَلآتَبَاغَضُوا
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا (رواه البخارى)
Artinya: “Jauhilah
sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta
pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai,janganlah kamu
berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi danjanganlah kamu
benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.”
(HR. Bukhori)
Wallahu
a'lam
□■□■□■□■□■
TANYA
JAWAB
TJ
– Nanda (Ustadzah Fina)
T:Assalamualikum
ustazah mau bertanya. Terkadang manusia suka berprasangka buruk terhadap Allah
apalagi bila terkena musibah beda dengan diberi nikmat berupa harta dan jika
tidak terima apa termasuk durhaka terhadap Allah dan tentang prasangka buruk
terhadap orang tua dimana anak-anaknya masih suka mengungkit keburukan orangtua
dan suka mengukit pemberian materi terhadap orangtua apalagi mereka sudah meninggal
apa ini termaksud anak durhaka?
J: Wa'alaikumussalaam.wr.wb.,
point penting terkait zhon ini bahwa ada zhon/ prasangka yang dia menyebabkan
pelakunya tidak dikenai dosa. Dan ada zhon yang menyebabkan pelakunya jatuh
pada dosa. Baik itu terhadap Allah ataupun terhadap manusia dan seterusnya.
Yang perlu di bold type dan dicetak miring adalah bahwa zhon/prasangka itu bisa
menimpa pada siapa saja. Hinggap ke dalam hati manusia siapapun di semesta ini.
Termasuk pada Abu Bakar ra yang sempat berprasangka kepada Allah. Namun, zhon/prasangka
itu kemudian ketika dibiarkan dan diikuti dengan perbuatan buruk selanjutnya.
Entah itu menjadi kufur, tajassus dan seterusnya, maka zhon ini yang kemudian
dikenai dosa. Dan ini termasuk prasangka/zhon yang buruk. Tidak boleh
diteruskan. Namun ketika prasangka itu hadir dan kita segera istighfar, menepis
dan mencari 1002 alasan untuk kita tetap berhusnuzhon maka dia belum sampai
dicatat sebagai dosa.
T: Assalamualaikum
ustadzah, Saya ingin bertanya. Bagaimana cara menyikapi seseorang yg su'uzon
kepada orang lain, kemudian mereka menceritakannya kepada kita, sedangkan usia
orang tersebut lebih tua dbandingkan kita jika kita menegurnya mungkin akan
menyebabkan orng tersebut tersinggung atau marah?
J: Jika
orang tersebut bercerita untuk mendapatkan solusi dari kita maka tidak apa-apa.
Namun jika tidak maka ini jatuhnya jadi ghibah. Jika tidak enak hati men-cutnya
bisa dialihkan pada pembicaraan lain atau segera beranjak meninggalkan tempat
dengan alasan yang bisa disampaikan dengan baik tanpa menyinggung atau
berbohong
T:
Bagaimana juga sikap kita jika kita mendengar orang bersu'uzon kepada kita?
J:
1.) perlu menjelaskan kepada mereka/klarifikasi/tabayun. Rasulullah pernah
didatangi istrinya saat i'tikaf di masjid, lalu kemudian Rasulullah
mengantarkan beliau pulang. Karena istri Rasulullah pakai niqob tentu tidak
terlihat siapa orangnya yang sedang berjalan dengan Rasulullah malam-malam berdua
pula. Lalu Rasulullah berpapasan dengan 2 orang sahabat. Saat itu Rasulullah
kemudian mengatakan bahwa "ini adalah 'ibu kalian'(istri
Rasulullah)". Lalu kedua sahabat itu berkata, "tentu saja kami tidak
mungkin berpikiran buruk tentangmu Ya Rasulullah".. Rasulullah menyampaikan
bahwa, beliau perlu melakukan klarifikasi ini terlebih dahulu agar tidak ada
penyakit hati(zhon) yang menyelinap di hati orang yang melihatnya.
2.)
Serahkan semua sama Allah. Tetap berbuat baik, dan urusan zhonnya biarlah itu
urusan dia dengan Allah. Asalkan kita tidak memancing orang untuk bersu'uzhon
pada kita. Kalau kitanya melakukan perbuatan yang ambigu, yang sekiranya ada
celah orang lain utk suuzhon, ini beda lagi. Kudu declaire dulu. Klarifikasi
dulu biar nggak ada zhon yang menyelinap di hati orang yang melihat perbuatan
kita
T:
Firman Allah mengatakan bahwa: Aku sesuai prasangka hambaku, bagaimana
menjelaskan pada seseorang yang curhat pada kita kalau Allah itu tidak pernah
mendengarkan doanya meskipun dia selalu berprasangka baik?
J:
Ini
hadits ya, bukan ayat dalam Al-Qur'an,
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
– رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
– ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا
مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي
، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku
akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku
akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan
malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970
dan Muslim, no. 2675]
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا
لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan
dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah
berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap
tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan,
menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد
ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال:
يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم
“Doa
para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa
atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat
bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau
bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah
berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan
doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian
ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan
selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar
dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan
segala sesuatu yang tidak penting bagiku.”
Ini
salah satu point penting dan alasan kenapa doa kita tidak/belum juga dikabulkan.
Disamping faktor lain. Misal kenapa doa belum juga dikabulkan. Bisa jadi karena
hati masih lalai, atau hati belum mantap betul dan yakin 100 persen bahwa Allah
bakal mengabulkan doa kita. Ketika ada keraguan muncul disana pulalah Allah
juga nggak yakin mau ngasi. Tadinya mau dikasih tapi tiak jadi, dan seterusnya.
Dan
yang terakhir pastikan bahwa tidak ada sesuatu yang haram yang masuk ke dalam
tubuh kita yang menghambat terkabulnya doa-doa kita.
So.
Perjalanannya panjang untuk sampai pada tahap bahwa kita menyimpulkan Allah itu
nggak mengabulkan doa kita padahal kita sudah berprasangka baik. Perlu
berhati-hati malah justru disitu syaithan membuka pintu untuk kita su'uzhon
sama Allah.."kok gak dikabul2in sih, pdhl udah husnuzhon".
Perlu beristighfar bersama-sama.
T:
Jadi
inti nya terus berdoa ya ustadzah?
J:
Bener banget. Jangan ada sedikitpun perasaan/prasangka terkait takdirnya Allah.
Apapun itu takdirnya Allah pasti terbaik untuk kita, urusan terkabul atu
tidaknya, Allah paling tahu alasannya. Namun tugas kita sebagai hamba, kita
diminta terus berdoa, karena ada pahala yang mengalir disetiap doa yang kita
panjatkan. Tidak ada ruginya sama sekali.
*******
TJ
– G1 (Bunda Malik)
T:
Ustadzah
ijin bertanya: Ada orang yang karena menghindari gossip-gosip yang suka timbul
di masyarakat, dirinya jadi type diam saja di rumah, keluar hanya belanja, liqo,
arisan, terus di rumah saja, selebihnya sibuk di rumah. Padahal dakwah perlu
SDM, apakah sifat orang seperti itu dibilang termasuk egois pribadi? Bisa jadi
dia seperti itu alasannya karena menghindari perbincangan dalam lingkungan RT karena
takut ikut dalam gelombang gossip-gosip. Padahal kan kita sosialisasi
dimasyarakat perlu dalam rangka dakwah bukan ngobrol-ngobrol lain. Pertanyaannya,
termasuk su'udzonkah pemikiran orang seperti itu, menarik diri dimasyarakat ustadzah?
J:
Setiap
orang punya caranya sendiri untuk menyampaikan yang benar, berbuatlah yang
terbaik sesuai kemampuan, jikalau ada saudara-saudara kita yang begitu tentu
kita tetap ajak dan pahami juga kondisinya dan kita pun tetap berlaku baik
santun dan mendoakannya.
T:
Kalau
sekiranya ada info di medsos, yang dibilang hoax atau apalah itu, kalau kita
ikut nyebarin termasuk kena itungan kita su'udzonkah? Kan terkadang karena
emosi, isinya juga bagus bagi saya pribadi, terus kita copas, tidak tahunya
hoax, masuk kategori su'udzonkah?
J:
Berhati-hati
dan cari tahu sumbernya setelah jelas baru disebar, hal tersebut bagian dari
syahwat medsos, nah bagaimana kita mampu mengendalikannya dengan bersabar
memahami dan mencari tau kebenarannya.
T:
Ketika
di doa Rabithah kita coba hadirkan wajah-wajah teman kita yang jarang hadir, bisa
juga begini ya ustadzah, salah satu doa kita?
J:
Iya
sayang, sabar dalam menerima semua kondisi saudaramu perbaiki diri dan tetaplah
bersilang santun dalam bermuamalah
*******
TJ
– G2 (Ustadzah Enung)
T: Adakah situasi yang membolehkan kita "suudzon"? Misal dalam
hal memilih pemimpin negara? Kita tidak memilih seseorang karena berdasarkan track
recordnya kita berprasangka dia tidak cakap dan tidak layak memimpin?
J: Mba yanti yang dirahmati Allah, su'udzon ada yang dibolehkan, contohnya
terhadap tipudaya musuh-musuh islam. Dalam hal memilih pemimpin, mungkin lebih
tepatnya kita harus bersikap hati-hati, jangan mudah terbuai janji, jadikan
track record sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih. Pilihlah pemimpin
negara yang amanah dan punya rasa takut terhadap Allah.
T: Terhadap art di rumah, kadang-kadang kita tidak mau berburuk sangka,
walaupun kadang ada firasat dia suka mencuri. Kemudian firasatnya tidak kita
ikuti, dan 5 tahun kemudian baru ketahuan dia mencuri karena memakai baju saya
yang sudah lama saya cari-cari. Bagaimana caranya kita bisa selamat dalam
masalah ini tanpa suudzon?
J: Terhadap art atau siapapun tetap kita jaga prasangka baik. Bila kemudian
ternyata terbukti beliau berbuat salah, itu akan tercatat sebagai amal salah
nya. Yang utama kita tetap berprasangka baik.
T: Baik ustadzah, jadi walaupun ada firasat buruk bahwa dia suka mencuri
sebaiknya abaikan saja, kemudian cukup kita lebih berhati-hati? Apabila kita
menanyakan barang yang hilang boleh ustadzah? Kadang-kadang ada art yang
tersinggung jika ditanya-tanya, padahal dia mencuri. Dosa kah kalau kita membuat dia
tersinggung?
J: Kalau menanyakan barang yang hilang boleh the, atau ajak sama-sama untuk
mencari barang yang hilang. Jauhkan suara dari intonasi menuduh, begitu pun
mimik wajah kita, jangan perlihatkan kecurigaan.
T: Al hujurat 12: wahai orang beriman jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.
Maksud dari ayat ini apakah prasangka itu
sebagiannya adalah dosa atau ada juga sebagian prasangka yang tidak menjadi
dosa?
J: Itu tadi the, prasangka itu masih abu-abu, belum tentu benar adanya. Prasangka
yang boleh itu terhadap musuh-musuh islam atau terhadap orang-orang yang
terlihat memiliki itikad tidak baik.
*******
TJ
– G3 (Ustadzah Riyanti)
T:
Ijin bertanya ustadzah, samakah bersikap hati-hati dengan su'uzhon, jaman
sekarang kita diminta harus waspada/hati-hati, bagaimana menyikapi kehati-hatian
agar tidak ada su'uzhon padanya?
J:
Jelas
berbeda, sikap hati-hati berdasarkan fakta dan data, baru kemudian sikap hati-hati
yang muncul. Suudzon, sikap yang muncul hanya karena mengikuti prasangka hati
dan pikiran tanpa dilakukan ceck dan crossceck, alias konfirmasi, alias tabayun.
T:
Ustadzah
ada pertanyaan titipan. Bunda, ajarin saya untuk ikhlas dan bisa husnudzon
kepada keluarga suami. Saya sedang hamil anak kedua, suami belum dapet kerja,
pemasukan nol, pengeluaran besar. Utang makin banyak. Sekarang di rumah mertua,
suami terus-terusan disarananin agar pergi ke Jakarta ikut abangnya, dan saya
suruh pulang ke kampung orangtua saya. Sedih Bunda. Saya merasa, "kenapa
mereka begitu ingin memisahkan kami?" Saya berusaha husnudzhon tapi
sulit. Saya harus bagaimana Bunda? Terimakasih.
J:
Doakan
suami, dorong untuk mencari pekerjaan apapun asal halal. Tidak ada masalah yang
tidak bisa dipecahkan. Mungkin bunda bisa juga membantu suami untuk bekerja
sesuai dengan Ketrampilan yang dimiliki. Tentang keluarga suami dan sikapnya, tergantung
sikap bunda dan suami. Jika ikatan pernikahan akan tetap dipertahankan,
tegaskan sikap bunda dan suami dihadapan mertua.
Husnudzon
saja rejeki suami saat ini masih ada di seberang (meskipun keinginan didampingi
sebagai istri juga kuat). Sambil mempersiapkan passive income agar segera bisa
berkumpul kembali. Yang penting saling percaya dan suami bertanggungjawab.
Jalin komunikasi dan senantiasa doakan setiap langkah suami ditempat kerja,agar
dijauhkan dari hal hal yang tidak baik.
T:
Assalamualaikum ustadzah. Mau bertanya bagaimana menjaga diri ini supaya orang
lain tidak berprasangka buruk terhadap kita? Contohnya, saya dikantor dapat
kepercayaan untuk menjadi bagian xxx, yang notabene disitu ada kesempatan
korupsi. Saya sudah berupaya mengubah mindset diri saya untuk menghindari hal tersebut,
sedangkan orang lain mengganggap saya ada "dpt bagian", dengan
menyindir tiap tandatangan "dapat brp?” atau kalau ada rekan
penyedia disindir dengan diomong "bagi-bagi dong".. Bagaimana
saya harus sikapi itu? sudah diklarifikasi tapi prasangka itu tetap masih ada.
J:
Istiqomah
saja dengan pilihan sikap bunda ini. Hidup kita jangan kita serahkan pada
kendali orang lain. Terserah orang mau bilang apa. Selama kita tidak melakukannya
terus maju kedepan. Jangan ikuti tuduhan orang lain. Karena itu bikin kita tidak
produktif karena terlalu banyak beban pikiran yang tidak perlu.
T:
Ustadzah afwan izin tanya, bagaimana sebaiknya sikap kita jika ada yang su’udzon
kepada kita?
J:
Selama
kita tidak melakukannya tidak perlu panik. Tetap bersabar dan doakan agar
sikapnya berubah. Hidup kita, Kita lah sendiri yang mengendalikan bukan atas
kendali orang lain.
T: Su’udzon
dengan tidak mudah percaya, sama tidak ustadzah? Jazakumullah khayr.
J:
Iya
betul sama.
*******
TJ
– G4 (Ustadzah Tribuwhana)
T: Ijin bertanya ustadzah, bagaimana kalau mertua yang su'uzon ke menantu
dan pihak keluarga menantunya?
J: Menantu tidak usah membalas, biarkan saja, jika menantu tidak bersalah
pasti dzon itu akan berlalu.
T: Tapi kalau selalu di dizolimi begitu, bisa-bisa suami istri yang
bertengkar ustadzah? Seperti selalu menuduh kalau usaha gagal gara-gara sering
berkunjung kekampung orangtua, mau buka usaha baru di luar kota disangka
orangtua istri yang menghasut suruh pindah luar kota.
J: Memang seberapa sering ke kampung, dan berapa jarak antara rumah ibu dan
kampung? Terkadang hanya karena miskomunikasi maka terjadi su'udzon tersebut. Coba
sesekali bunda berpikir apabila dipihak ibu mertua. Jika jadi ibu mertua dengan
menantu seperti anda. Jadi jangan mendahulukan emosi.
T: Setahun sekali sudah paling sering, jaraknya jauh, beda kabupaten ustadzah
kalau ditempuh mobil 12 jam.
J: Harus ditimbang baik-baik, jauh juga ya, dan ingat bahwa anak laki-laki
milik orangtuanya meski sudah menikah. Coba dibuka komunikasi yang baik dengan
ibu mertua.
T: Izin bertanya. Semenjak adik bontot keluarga suami meninggal, mertua
(mamer terutama) over protektif anaknya terutama suami ana. Bahkan kadang
terdengar dan terkesan iri jika mendengar ana dan suami singgah ke rumah mama
ana. Suami menyadari jadi selama ini kadang kita suka ngumpet-ngumpet atau
berbohong kalau sedang berkunjung ke rumah mama. Bagaimana sebaiknya sikap kami
ustadzah?
J: Untuk sementara sampai ibu mertua ikhlas melepas kematian adik, maka
anda dan suami harus hati-hati bersikap, jika memang ingin berkunjung ke rmh
ibu maka sikapnya biasa saja seperti berkunjung ke tempat lain. Ibu mertua
mungkin hanya ingin anaknya baik-baik saja. Yang muda sebaiknya mengalah.
T: Sudah mau berjalan 2 tahun semenjak adik meninggal ustadzah. Insya
Allah selalu berhati-hati jika berkunjung ke mertua baik sikap juga lisan (ikut
kata suami aja). Alhamdulillah mama mengerti keadaan ana yang dilema.
J: Jika sama-sama mengedepankan ego tidak akan ada titik temu. Alhamdulillah
T: Sudah sering di nasehati sama suami, sama adek ipar, tapi tetap aja
ustadzah merasa kalau pemikirannya selalu benar.
J: Untuk sementara bunda mengalah dulu ya. Fokus ke kegiatan yang lain saja.
Yang seperti itu anggap saja sebagai bumbu penyedap kehidupan berumah tangga.
T: Betul. Bagaimana menyikapi sikap orangtua yang belum ikhlas 100% kalau
anak laki-laki harus berbagi perhatian dengan wanita lain alias istrinya? Biar
tumbuh husnudzan dengan sikap mertua yang selalu mengatur?
J: Perbanyak ibadah dan aktifitas positif yang lain, dan sekali lagi bahwa
yang muda harus mengalah karena bagaimana pun mereka sudah duluan hidup di dunia
dan mau ga mau pasti pengalaman hidupnya lebih banyak dari yang muda. Intinya mereka
hanya mau dihormati dan didengarkan omongannya saja, meski tidak selamanya
benar, orangtua tetap harus dihormati. Perkecil perselisihan dengan orangtua. Jika
tidak tahan dengan sikapnya, lebih baik pindah menjauh atau mengurangi
pertemuan fisik.
*******
TJ
– G5 (Ustadz Robin)
T:
Bagaimana
menghadapi teman atau memberitahukan kalau dia salah tapi menganggap orang lain
yang salah dan di belakang orang itu selalu membicarakannya tapi di depannya
manis?
J:
Dakwah
itu tidak mudah. Mengubah orang, apalagi sudah dewasa, perlu perjuangan. Berbagai
cara harus ditempuh, tergantung orangnya. Yang pasti gunakan kata-kata yang
baik, usahakan diajak ngobrol secara pribadi, jangan digrup apalagi di wall FB
yang open to public. Dan, bukan kewajiban kita dia berubah atau tidak.
Itu terserah Allah. Yang penting adalah kita sudah berusaha, dengan cara yang
baik. Sisanya doakan saja.
1
hal lagi, salah dan benar tidak selamanya hitam putih. Menurut kita dia yang
salah, tapi jangan-jangan dia yang benar. Selalulah terbuka terhadap
kemungkinan bisa jadi kita yang salah menjudge orang lain salah.
T:
Bagaimana
cara menghindari untuk tidak berpikir jelek?
J:
Lapangkan
dada. Luaskan pikiran. Selalu buka kemungkinan kebaikan. Ingat-ingat tentang
banyak hal baik. Buka kemungkinan bahwa kita bisa jadi salah. Su’uzhon tanda
sempitnya pikiran. Karena kebaikan di dunia lebih banyak daripada keburukannya.
T:
Assalamu'alaykum
warohmatullahi wabarokatuh ustadz. Apakah ketika kita merasa tidak enak
terhadap seseorang misal terbersit di hati haduh tidak enak nanti takut dia
tersinggung atau yang lainnya. Apakah ini masuk kategori su'udzon ustadz?
J:
Bukan
suuzhon
T:
Izin
bertanya Ustadz. Apa makna husnudzan kepada Allah? dan bagaimana bentuk
husnudzan kepada Allah?
J:
Berprasangka
bahwa segala ketentuan Allah itu baik. Tidak ada takdir yang buruk. Segala yang
buruk adalah karena diri kita sendiri. Sedangkan Allah hanya menentukan
kebaikan. Bahkan dalam setiap takdir yang terlihat buruk, selalu ada hikmah
dari Allah. itulah husnuzhon pada Allah.
T:
Adakah
persamaan Husnudzon dengan sifat optimis?
J:
Optimis
adalah tanda bahwa kita husnuzhon pada Allah. Yakin bahwa hasil terbaik akan
dapatkan dengan izin Allah. Atau jika dibalik cara untuk optimis adalah dengan
husnuzhon kepada Allah. Wallahu a`lam
*******
TJ
– G6 (Ustadzah Yeni/Lien)
T:
Assalamualaikum
ustadzah. Izin bertanya. Jika ada seseorang yang aktif menggunakan sosmed, selalu
membuat status galau, maka orang yang membaca akan timbul prasangka tentang
keadaan orang tersebut. Pantaskah yang membaca bertanya tentang apa yang di
tulisnya itu agar kita tahu yang sebenarnya kalau saat ini keadaannya sedang
baik-baik saja?
J:
Tafadhol
jika mau ditanyakan selama sesama jenis ya mba. Karena kalau lawan jenis, bisa
bahaya. Kalau bisa dinasihati, jangan pasang status galau, karena mengundang
banyak syetan juga kejahatan.
T:
Assalamu'alaykum ustadzah. Izin bertanya. Bagaimana dengan kita bersu'uzhon
terhadap mantan penjahat, dalam artian orang tersebut pernah berbuat kejahatan
dan tinggal dilingkungan kita. Apa boleh ustadzah?
J:
Kedepankan
baik sangka karena jika kita tidak percaya ama mereka, bisa jadi itu
ketidakpercayaan itu membuatnya kembali jahat.
T: Ustadzah
ijin bertanya. Ada seorang rekan kerja, cewek, yang sudah kita kenal kerja
sebatas pencitraan, cenderung bossy dan cari muka. Kalau melakukan sesuatu
selalu tergesa-gesa, cenderung ceroboh, kecuali masalah uang, dia berhitung
sekali. Dari kontrak kerja yang ada kami berempat, hanya dia yang jam masuk dan
pulang lebih awal dari kami. Pernah suatu ketika jam kerja sudah tidak di
kantor, kalau ditanya ada yang harus dikerjakan di luar, dan ternyata pulang. Sejak
saat itu kita jadi selalu berprasangka dengan apa yang dia lakukan dan ucapkan.
Bagaimanakah bersikap seharusnya ustadzah? Dan beberapa kali apa yang dia
ucapkan selalu tidak sesuai dengan kondisi yang ada.
J:
Jangan
kotori pikiran kita walaupun itu terkadang fakta karena begitulah permainan
syetan. Menyibukkan diri kita memikirkan orang lain. Lebih baik fokus pada
pekerjaan tingkatkan kinerja kerja hasilkan yang terbaik. Ikhtiar tak
mengkhianati hasil.
T:
Ijin bertanya. Bagaimana menjalankan dikehidupan sehari-hari tidak berprasangka
buruk tapi tetap waspada, karena 2 hal tersebut beda tipis.
J:
Boleh-boleh
saja, tapi tetap harus hati-hati. Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang belum
terjadi dan yang bukan urusan kita. Tetap utamakan baik sangka biar hatinya
sehat dan bersih.
T:
Assalamualaikum, ijin bertanya ustadzah. Tentang seseorang pemimpin, apabila
kita mengetahui keburukan/kelemahan seorang pemimpin sehingga kita jadi apatis,
tidak peduli dan tidak percaya, tapi ketika keburukannya yang lain sampai pada
kita, berusaha untuk tidak menggunjing, menahan hanya sampai pada diri kita
sendiri, apakah termasuk su'udzon? Maaf ustadzah, bingung bagaimana
menyampaikannya. Intinya, bagaimana sikap kita yang baik terhadap pemimpin yang
sudah tidak kita percayai?
J:
Coba
di syurokan dan sampaikan, hakikatnya kita punya kekurangan dan kelebihan. Jika
bisa ditolerir dan tidak menyalahi syariat maka nasihati baik-baik. Jika tidak
bisa maka doakan, itu selemah-lemah iman. Jika sudah melanggar syari, saran
saya segera resign.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment