Home » , , , » Husnudzon vs Su'udzon

Husnudzon vs Su'udzon

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, November 21, 2018


Hasil gambar untuk Husnudzon vs Su'udzon
Rekap Kajian Online HA
Narasum: Ustadzah Fina, Ustadzah Malik, Ustadzah Enung, Ustadzah Riyanti, Ustadzah Tribuwhana, Ustadz Robin, Ustadzah Lien
Tema: Husnudzon vs Su'udzon
Hari/Tanggal: Selas/13 Nopember 2018
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖



Husnudzon vs Su'udzon

Sahabat Fillah…

Bagaimana psikologi modern memandang prasangka? Berikut pengantar sederhana tentang hal itu.

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain. Sedangkan masyarakat yang sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, dan ketidak saling percayaan anggota-anggotanya (dalam Schultz, 1991).

Prawitasari dalam pidato pengukuhan Guru Besar pada fakultas Psikologi UGM tahun 2003, menyampaikan bahwa masyarakat yang sehat secara sosiopsikologis diantaranya adalah bila masyarakat mampu saling mecintai, yaitu mampu menggunakan cinta kasihnya untuk menumbuhkan perdamaian di antara sesama manusia.

Banyak pihak yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat berprasangka, memiliki kecurigaan yang akut terhadap segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan.

Menurut Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam prasangka. Stereotip memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan diskriminasi.


Sahabat Fillah rahimakumullah...

Lantas bagaimana Islam sendiri bicara tentang prasangka?


Islam Bicara Tentang Prasangka

Islam adalah sumber dari segala sumber pendidikan akhlak terpuji, baik terhadap Allah Swt, sesama manusia dan juga pada makhluk yang lain yang diciptakan oleh Allah Swt di muka bumi ini. Berbicara dengan akhlak khususnya yang berhubungan dengan sesama manusia, banyak macamnya yang diantaranya adalah husnuzhon. Dalam hidup bermasyarakat tidak jarang kita mendengar bahkan kita sendiri yang mengalaminya tentang husnuzhon. Pada tulisan dibawah ini kami akan mencoba memgungkap apa dan bagaimana husnuzhon.

Pengertian Husnuzhon

Kata husnuzhon berasal dari lafal "Husnun" (baik) dan "Adzhonnu" (prasangka). Dengan demikian husnuzhon berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Maksudnya berpandangan yang mulia terhadap apa yang ada dipikiran atau berprasangka baik terhadap apa yang menimpa dirinya meskinpun apa yang menimpanya itu sangat membebaninya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, mutlak memerlukan hubungan baik dengan sesama baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat, karena dengan hubungan yang baik dengan lingkungan keluarga dan masyarakat adalah syarat terwujudnya gotong royong sehingga dengan hidup gotong royong tersebut dapat memenuhi kebutuhan masing-masing pihak.

Salah satu cara untuk menjalin hubungan baik dengan sesama anggota masyarakat adalah husnuzhon (selalu berprasangka yang baik). Adapun lawan kata dari husnuzhon adalah su'uzhon yakni berprasangka buruk terhadap seseorang yang dapat berakibat buruk terhadap hubungan persaudaraan dalam masyarakat.

Hukum Husnuzhon

Hukum husnuzhon terbagi atas dua yaitu:

1. Husnuzhon terhadap Allah Swt dan Rasul-Nya
 Adapun hukum dari husnuzhon terhadapa Allah Swt dan Rasul-Nya adalah hukumnya wajib. Artinya setiap muslim dan muslimat wajib memiliki husnuzhon (prasangka baik) kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dengan cara :

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah Swt dan Rasul-Nya (perintah agama) adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua yang dilarang oleh agama pasti berakibat buruk jika dilanggar. Meyakini bahwa apapun cobaan yang diberikan Allah Swt kepada manusia ada hikmahnya dan manusia harus ikhlas menerima, karena disaat manusia diberikan cobaan itu artinya Allah Swt masih memperhatikan kita.

2. Husnuzhon kepada sesama manusia
Adapun husnuzhon kepada sesama manusia hukumnya adalah mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzhon kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan atau mengira bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan, dan menaruh kepercayaan terhadap orang lain serta selalu mengembangkan sikap baik dalam lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga sendiri maupun dalam lingkungan dimana kita berada dan sekitarnya sehingga terjalin hidup yang nyaman. Oleh sebab itu, husnuzhon berdampak positif, baik kepada pelakunya maupun pihak lain. Sebaliknya su'uzhon berarti menaruh kecurigaan yang tidak baik terhadap pihak lain, sehingga su'uzhon kepada siapapun hukumnya haram.


Kewajiban Bersikap hati-hati Terhadap Zhon (Prasangka)

Islam mendidik umatnya agar selalu bersikap hati-hati terhadap sikap zhon, karena dalam Al-Qur'an Allah Swt memperingatkan kepada hambanya untuk menjauhinya sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

Arinya: Wahai orang yang beriman!jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa" (QS.Al-hujurat ayat 12)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ 

Artinya:
Wahai orang yang beriman! jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.Dan janganlah mengunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-hujurat ayat 12)

Dalam buku tafsir djalalaini dijelaskan bahwa "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Artinya menjerumuskan kepada dosa, dan jenis prasangka itu banyak sekali diantaranya sangka buruk
kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik cukup banyak. Berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin maka tiada dosa bila kita berburuk sangka kepadanya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalah orang lain.

Lafal Tajassasu pada asalnya adalah Tatajassasu, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga jadilah tajassasu, artinya janganlah kalian mencari-cari aurat, keaiban mereka dengan cara menyelidiknya (dan janganlah sebagian menggunjing sebagian yang lain) artinya janganlah kamu menggunjingkan dia dengan sesuatu yang tidak diakuinya. sekalipun hal itu benar ada padanya.


 Sahabat Rahimakumullah....

Dari penjelasan tersebut diatas secara tegas mewajibkan kita secara hati-hati dalam hal zhon (prasangka). Dan adapun prasangka yang tergolong dosa ialah prasangka buruk (su'uzhon). Berprasangka yang buruk berarti mencurigai orang lain telah berbuat yang tidak baik, padahal hal itu belum tentu benar. Orang yang mencurigai seseorang telah berbuat buruk, pasti bersikap kurang bersahabat dengan orang yang dicurigai. Dengan demikian hubungan persaudaraan dia dengan orang yang dicurigai pasti semakin menjadi jauh.

Dampak Positif Husnuzhon

Setiap akhlak terpuji pasti berdampak positif, terutama bagi pelakunya sendiri dan terkadang juga bagi orang lain, sesuai dengan firman Allah Swt sebagai berikut:

Artinya: "Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri" (QS.Al-Isra' ayat 7)

Adapun dampak positif dari perilaku husnuzhon, antara lain:
Semakin dekat hubungan batin antara pelaku dengan pihak lain yang diduga berbuat kebaikan memperoleh kepercayaan diri orang yang menduga dirinya telah berbuat baik memperkuat hubungan persaudaraan antara  keduanya (yang menduga dan yang diduga)

Membiasakan Berperilaku Husnuzhon

Tidak mudah menerima suatu berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.
Berusaha untuk sering bertemu dengan sesama teman atau anggota masyarakat dengan sering bertemu, maka dapat mengantisipasi munculnya gosip yang sering merusak hubungan persaudaraan.


Sahabat fiddin.....

Larangan Su'uzhon

Dalam agama Su'uzhon sangat dilarang karena hukumnya haram, karena dapat meretakkan hubungan keharmonisan, baik kepada kerabat, temana, sahabat atau dalam lingkungan masyarakat. Buruk sangka adalah sifat yang dapat membuat seseorang menjadi curiga terhadap seseorang yang pada akhirnya dirinya menjadi tidak nyaman pada seseorang.

Orang yang mempunyai sifat tersebut selalu merasa dirinya terancam oleh sebuah bahaya, yang sebenarnya tidak akan terjadi. Dengan dihantuinya fikiran seperti itu maka selalu dipenuhi oleh hal-hal yang mencurigakan terhadap seseorang akhirnya perasaannya tidak akan pernah merasa tenang.

Beberapa hadits dari Rasulullah Saw tentang buruk sangka tersebut diantaranya sebagai berikut:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث(متفق عليه)
Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasulullah.” Jauhkanlah diri kamu daripada sangka (jahat) karena sangka (jahat) itu sedusta-dusta omongan (hati)”. (HR. Muttafaq Alaih)

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ،وَلاَتَحَسَّسُوا وَلآتَجَسَّسُوْا وَلآتَحَاسَدُوا وَلآتَدَابَرُواوَلآتَبَاغَضُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا (رواه البخارى)
Artinya: “Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai,janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi danjanganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.” (HR. Bukhori)

Wallahu a'lam



TANYA JAWAB


TJ – Nanda (Ustadzah Fina)

T:Assalamualikum ustazah mau bertanya. Terkadang manusia suka berprasangka buruk terhadap Allah apalagi bila terkena musibah beda dengan diberi nikmat berupa harta dan jika tidak terima apa termasuk durhaka terhadap Allah dan tentang prasangka buruk terhadap orang tua dimana anak-anaknya masih suka mengungkit keburukan orangtua dan suka mengukit pemberian materi terhadap orangtua apalagi mereka sudah meninggal apa ini termaksud anak durhaka?
J: Wa'alaikumussalaam.wr.wb., point penting terkait zhon ini bahwa ada zhon/ prasangka yang dia menyebabkan pelakunya tidak dikenai dosa. Dan ada zhon yang menyebabkan pelakunya jatuh pada dosa. Baik itu terhadap Allah ataupun terhadap manusia dan seterusnya. Yang perlu di bold type dan dicetak miring adalah bahwa zhon/prasangka itu bisa menimpa pada siapa saja. Hinggap ke dalam hati manusia siapapun di semesta ini. Termasuk pada Abu Bakar ra yang sempat berprasangka kepada Allah. Namun, zhon/prasangka itu kemudian ketika dibiarkan dan diikuti dengan perbuatan buruk selanjutnya. Entah itu menjadi kufur, tajassus dan seterusnya, maka zhon ini yang kemudian dikenai dosa. Dan ini termasuk prasangka/zhon yang buruk. Tidak boleh diteruskan. Namun ketika prasangka itu hadir dan kita segera istighfar, menepis dan mencari 1002 alasan untuk kita tetap berhusnuzhon maka dia belum sampai dicatat sebagai dosa.

T: Assalamualaikum ustadzah, Saya ingin bertanya. Bagaimana cara menyikapi seseorang yg su'uzon kepada orang lain, kemudian mereka menceritakannya kepada kita, sedangkan usia orang tersebut lebih tua dbandingkan kita jika kita menegurnya mungkin akan menyebabkan orng tersebut tersinggung atau marah?
J: Jika orang tersebut bercerita untuk mendapatkan solusi dari kita maka tidak apa-apa. Namun jika tidak maka ini jatuhnya jadi ghibah. Jika tidak enak hati men-cutnya bisa dialihkan pada pembicaraan lain atau segera beranjak meninggalkan tempat dengan alasan yang bisa disampaikan dengan baik tanpa menyinggung atau berbohong

T: Bagaimana juga sikap kita jika kita mendengar orang bersu'uzon kepada kita?
J: 1.) perlu menjelaskan kepada mereka/klarifikasi/tabayun. Rasulullah pernah didatangi istrinya saat i'tikaf di masjid, lalu kemudian Rasulullah mengantarkan beliau pulang. Karena istri Rasulullah pakai niqob tentu tidak terlihat siapa orangnya yang sedang berjalan dengan Rasulullah malam-malam berdua pula. Lalu Rasulullah berpapasan dengan 2 orang sahabat. Saat itu Rasulullah kemudian mengatakan bahwa "ini adalah 'ibu kalian'(istri Rasulullah)". Lalu kedua sahabat itu berkata, "tentu saja kami tidak mungkin berpikiran buruk tentangmu Ya Rasulullah".. Rasulullah menyampaikan bahwa, beliau perlu melakukan klarifikasi ini terlebih dahulu agar tidak ada penyakit hati(zhon) yang menyelinap di hati orang yang melihatnya.
2.) Serahkan semua sama Allah. Tetap berbuat baik, dan urusan zhonnya biarlah itu urusan dia dengan Allah. Asalkan kita tidak memancing orang untuk bersu'uzhon pada kita. Kalau kitanya melakukan perbuatan yang ambigu, yang sekiranya ada celah orang lain utk suuzhon, ini beda lagi. Kudu declaire dulu. Klarifikasi dulu biar nggak ada zhon yang menyelinap di hati orang yang melihat perbuatan kita

T: Firman Allah mengatakan bahwa: Aku sesuai prasangka hambaku, bagaimana menjelaskan pada seseorang yang curhat pada kita kalau Allah itu tidak pernah mendengarkan doanya meskipun dia selalu berprasangka baik?
J: Ini hadits ya, bukan ayat dalam Al-Qur'an,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting bagiku.”

Ini salah satu point penting dan alasan kenapa doa kita tidak/belum juga dikabulkan. Disamping faktor lain. Misal kenapa doa belum juga dikabulkan. Bisa jadi karena hati masih lalai, atau hati belum mantap betul dan yakin 100 persen bahwa Allah bakal mengabulkan doa kita. Ketika ada keraguan muncul disana pulalah Allah juga nggak yakin mau ngasi. Tadinya mau dikasih tapi tiak jadi, dan seterusnya.
Dan yang terakhir pastikan bahwa tidak ada sesuatu yang haram yang masuk ke dalam tubuh kita yang menghambat terkabulnya doa-doa kita.
So. Perjalanannya panjang untuk sampai pada tahap bahwa kita menyimpulkan Allah itu nggak mengabulkan doa kita padahal kita sudah berprasangka baik. Perlu berhati-hati malah justru disitu syaithan membuka pintu untuk kita su'uzhon sama Allah.."kok gak dikabul2in sih, pdhl udah husnuzhon". Perlu beristighfar bersama-sama.

T: Jadi inti nya terus berdoa ya ustadzah?
J: Bener banget. Jangan ada sedikitpun perasaan/prasangka terkait takdirnya Allah. Apapun itu takdirnya Allah pasti terbaik untuk kita, urusan terkabul atu tidaknya, Allah paling tahu alasannya. Namun tugas kita sebagai hamba, kita diminta terus berdoa, karena ada pahala yang mengalir disetiap doa yang kita panjatkan. Tidak ada ruginya sama sekali.


*******
TJ – G1 (Bunda Malik)


T: Ustadzah ijin bertanya: Ada orang yang karena menghindari gossip-gosip yang suka timbul di masyarakat, dirinya jadi type diam saja di rumah, keluar hanya belanja, liqo, arisan, terus di rumah saja, selebihnya sibuk di rumah. Padahal dakwah perlu SDM, apakah sifat orang seperti itu dibilang termasuk egois pribadi? Bisa jadi dia seperti itu alasannya karena menghindari perbincangan dalam lingkungan RT karena takut ikut dalam gelombang gossip-gosip. Padahal kan kita sosialisasi dimasyarakat perlu dalam rangka dakwah bukan ngobrol-ngobrol lain. Pertanyaannya, termasuk su'udzonkah pemikiran orang seperti itu, menarik diri dimasyarakat ustadzah?
J: Setiap orang punya caranya sendiri untuk menyampaikan yang benar, berbuatlah yang terbaik sesuai kemampuan, jikalau ada saudara-saudara kita yang begitu tentu kita tetap ajak dan pahami juga kondisinya dan kita pun tetap berlaku baik santun dan mendoakannya.

T: Kalau sekiranya ada info di medsos, yang dibilang hoax atau apalah itu, kalau kita ikut nyebarin termasuk kena itungan kita su'udzonkah? Kan terkadang karena emosi, isinya juga bagus bagi saya pribadi, terus kita copas, tidak tahunya hoax, masuk kategori su'udzonkah?
J: Berhati-hati dan cari tahu sumbernya setelah jelas baru disebar, hal tersebut bagian dari syahwat medsos, nah bagaimana kita mampu mengendalikannya dengan bersabar memahami dan mencari tau kebenarannya.

T: Ketika di doa Rabithah kita coba hadirkan wajah-wajah teman kita yang jarang hadir, bisa juga begini ya ustadzah, salah satu doa kita?
J: Iya sayang, sabar dalam menerima semua kondisi saudaramu perbaiki diri dan tetaplah bersilang santun dalam bermuamalah


*******
TJ – G2 (Ustadzah Enung)


T: Adakah situasi yang membolehkan kita "suudzon"? Misal dalam hal memilih pemimpin negara? Kita tidak memilih seseorang karena berdasarkan track recordnya kita berprasangka dia tidak cakap dan tidak layak memimpin?
J: Mba yanti yang dirahmati Allah, su'udzon ada yang dibolehkan, contohnya terhadap tipudaya musuh-musuh islam. Dalam hal memilih pemimpin, mungkin lebih tepatnya kita harus bersikap hati-hati, jangan mudah terbuai janji, jadikan track record sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih. Pilihlah pemimpin negara yang amanah dan punya rasa takut terhadap Allah.

T: Terhadap art di rumah, kadang-kadang kita tidak mau berburuk sangka, walaupun kadang ada firasat dia suka mencuri. Kemudian firasatnya tidak kita ikuti, dan 5 tahun kemudian baru ketahuan dia mencuri karena memakai baju saya yang sudah lama saya cari-cari. Bagaimana caranya kita bisa selamat dalam masalah ini tanpa suudzon?
J: Terhadap art atau siapapun tetap kita jaga prasangka baik. Bila kemudian ternyata terbukti beliau berbuat salah, itu akan tercatat sebagai amal salah nya. Yang utama kita tetap berprasangka baik.

T: Baik ustadzah, jadi walaupun ada firasat buruk bahwa dia suka mencuri sebaiknya abaikan saja, kemudian cukup kita lebih berhati-hati? Apabila kita menanyakan barang yang hilang boleh ustadzah? Kadang-kadang ada art yang tersinggung jika ditanya-tanya, padahal dia mencuri. Dosa kah kalau kita membuat dia tersinggung?
J: Kalau menanyakan barang yang hilang boleh the, atau ajak sama-sama untuk mencari barang yang hilang. Jauhkan suara dari intonasi menuduh, begitu pun mimik wajah kita, jangan perlihatkan kecurigaan.

T: Al hujurat 12: wahai orang beriman jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.
Maksud dari ayat ini apakah prasangka itu sebagiannya adalah dosa atau ada juga sebagian prasangka yang tidak menjadi dosa?
J: Itu tadi the, prasangka itu masih abu-abu, belum tentu benar adanya. Prasangka yang boleh itu terhadap musuh-musuh islam atau terhadap orang-orang yang terlihat memiliki itikad tidak baik.



*******
TJ – G3 (Ustadzah Riyanti)

T: Ijin bertanya ustadzah, samakah bersikap hati-hati dengan su'uzhon, jaman sekarang kita diminta harus waspada/hati-hati, bagaimana menyikapi kehati-hatian agar tidak ada su'uzhon padanya?
J: Jelas berbeda, sikap hati-hati berdasarkan fakta dan data, baru kemudian sikap hati-hati yang muncul. Suudzon, sikap yang muncul hanya karena mengikuti prasangka hati dan pikiran tanpa dilakukan ceck dan crossceck, alias konfirmasi, alias tabayun.

T: Ustadzah ada pertanyaan titipan. Bunda, ajarin saya untuk ikhlas dan bisa husnudzon kepada keluarga suami. Saya sedang hamil anak kedua, suami belum dapet kerja, pemasukan nol, pengeluaran besar. Utang makin banyak. Sekarang di rumah mertua, suami terus-terusan disarananin agar pergi ke Jakarta ikut abangnya, dan saya suruh pulang ke kampung orangtua saya. Sedih Bunda. Saya merasa, "kenapa mereka begitu ingin memisahkan kami?" Saya berusaha husnudzhon tapi sulit. Saya harus bagaimana Bunda? Terimakasih.
J: Doakan suami, dorong untuk mencari pekerjaan apapun asal halal. Tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan. Mungkin bunda bisa juga membantu suami untuk bekerja sesuai dengan Ketrampilan yang dimiliki. Tentang keluarga suami dan sikapnya, tergantung sikap bunda dan suami. Jika ikatan pernikahan akan tetap dipertahankan, tegaskan sikap bunda dan suami dihadapan mertua.
Husnudzon saja rejeki suami saat ini masih ada di seberang (meskipun keinginan didampingi sebagai istri juga kuat). Sambil mempersiapkan passive income agar segera bisa berkumpul kembali. Yang penting saling percaya dan suami bertanggungjawab. Jalin komunikasi dan senantiasa doakan setiap langkah suami ditempat kerja,agar dijauhkan dari hal hal yang tidak baik.

T: Assalamualaikum ustadzah. Mau bertanya bagaimana menjaga diri ini supaya orang lain tidak berprasangka buruk terhadap kita? Contohnya, saya dikantor dapat kepercayaan untuk menjadi bagian xxx, yang notabene disitu ada kesempatan korupsi. Saya sudah berupaya mengubah mindset diri saya untuk menghindari hal tersebut, sedangkan orang lain mengganggap saya ada "dpt bagian", dengan menyindir tiap tandatangan "dapat brp?” atau kalau ada rekan penyedia disindir dengan diomong "bagi-bagi dong".. Bagaimana saya harus sikapi itu? sudah diklarifikasi tapi prasangka itu tetap masih ada.
J: Istiqomah saja dengan pilihan sikap bunda ini. Hidup kita jangan kita serahkan pada kendali orang lain. Terserah orang mau bilang apa. Selama kita tidak melakukannya terus maju kedepan. Jangan ikuti tuduhan orang lain. Karena itu bikin kita tidak produktif karena terlalu banyak beban pikiran yang tidak perlu.

T: Ustadzah afwan izin tanya, bagaimana sebaiknya sikap kita jika ada yang su’udzon kepada kita?
J: Selama kita tidak melakukannya tidak perlu panik. Tetap bersabar dan doakan agar sikapnya berubah. Hidup kita, Kita lah sendiri yang mengendalikan bukan atas kendali orang lain.

T: Su’udzon dengan tidak mudah percaya, sama tidak ustadzah? Jazakumullah khayr.
J: Iya betul sama.



*******
TJ – G4 (Ustadzah Tribuwhana)


T: Ijin bertanya ustadzah, bagaimana kalau mertua yang su'uzon ke menantu dan pihak keluarga menantunya?
J: Menantu tidak usah membalas, biarkan saja, jika menantu tidak bersalah pasti dzon itu akan berlalu.

T: Tapi kalau selalu di dizolimi begitu, bisa-bisa suami istri yang bertengkar ustadzah? Seperti selalu menuduh kalau usaha gagal gara-gara sering berkunjung kekampung orangtua, mau buka usaha baru di luar kota disangka orangtua istri yang menghasut suruh pindah luar kota.
J: Memang seberapa sering ke kampung, dan berapa jarak antara rumah ibu dan kampung? Terkadang hanya karena miskomunikasi maka terjadi su'udzon tersebut. Coba sesekali bunda berpikir apabila dipihak ibu mertua. Jika jadi ibu mertua dengan menantu seperti anda. Jadi jangan mendahulukan emosi.

T: Setahun sekali sudah paling sering, jaraknya jauh, beda kabupaten ustadzah kalau ditempuh mobil 12 jam.
J: Harus ditimbang baik-baik, jauh juga ya, dan ingat bahwa anak laki-laki milik orangtuanya meski sudah menikah. Coba dibuka komunikasi yang baik dengan ibu mertua.

T: Izin bertanya. Semenjak adik bontot keluarga suami meninggal, mertua (mamer terutama) over protektif anaknya terutama suami ana. Bahkan kadang terdengar dan terkesan iri jika mendengar ana dan suami singgah ke rumah mama ana. Suami menyadari jadi selama ini kadang kita suka ngumpet-ngumpet atau berbohong kalau sedang berkunjung ke rumah mama. Bagaimana sebaiknya sikap kami ustadzah?
J: Untuk sementara sampai ibu mertua ikhlas melepas kematian adik, maka anda dan suami harus hati-hati bersikap, jika memang ingin berkunjung ke rmh ibu maka sikapnya biasa saja seperti berkunjung ke tempat lain. Ibu mertua mungkin hanya ingin anaknya baik-baik saja. Yang muda sebaiknya mengalah.

T: Sudah mau berjalan 2 tahun semenjak adik meninggal ustadzah. Insya Allah selalu berhati-hati jika berkunjung ke mertua baik sikap juga lisan (ikut kata suami aja). Alhamdulillah mama mengerti keadaan ana yang dilema.
J: Jika sama-sama mengedepankan ego tidak akan ada titik temu. Alhamdulillah

T: Sudah sering di nasehati sama suami, sama adek ipar, tapi tetap aja ustadzah merasa kalau pemikirannya selalu benar.
J: Untuk sementara bunda mengalah dulu ya. Fokus ke kegiatan yang lain saja. Yang seperti itu anggap saja sebagai bumbu penyedap kehidupan berumah tangga.

T: Betul. Bagaimana menyikapi sikap orangtua yang belum ikhlas 100% kalau anak laki-laki harus berbagi perhatian dengan wanita lain alias istrinya? Biar tumbuh husnudzan dengan sikap mertua yang selalu mengatur?
J: Perbanyak ibadah dan aktifitas positif yang lain, dan sekali lagi bahwa yang muda harus mengalah karena bagaimana pun mereka sudah duluan hidup di dunia dan mau ga mau pasti pengalaman hidupnya lebih banyak dari yang muda. Intinya mereka hanya mau dihormati dan didengarkan omongannya saja, meski tidak selamanya benar, orangtua tetap harus dihormati. Perkecil perselisihan dengan orangtua. Jika tidak tahan dengan sikapnya, lebih baik pindah menjauh atau mengurangi pertemuan fisik.



*******
TJ – G5 (Ustadz Robin)

T: Bagaimana menghadapi teman atau memberitahukan kalau dia salah tapi menganggap orang lain yang salah dan di belakang orang itu selalu membicarakannya tapi di depannya manis?
J: Dakwah itu tidak mudah. Mengubah orang, apalagi sudah dewasa, perlu perjuangan. Berbagai cara harus ditempuh, tergantung orangnya. Yang pasti gunakan kata-kata yang baik, usahakan diajak ngobrol secara pribadi, jangan digrup apalagi di wall FB yang open to public. Dan, bukan kewajiban kita dia berubah atau tidak. Itu terserah Allah. Yang penting adalah kita sudah berusaha, dengan cara yang baik. Sisanya doakan saja.
1 hal lagi, salah dan benar tidak selamanya hitam putih. Menurut kita dia yang salah, tapi jangan-jangan dia yang benar. Selalulah terbuka terhadap kemungkinan bisa jadi kita yang salah menjudge orang lain salah.

T: Bagaimana cara menghindari untuk tidak berpikir jelek?
J: Lapangkan dada. Luaskan pikiran. Selalu buka kemungkinan kebaikan. Ingat-ingat tentang banyak hal baik. Buka kemungkinan bahwa kita bisa jadi salah. Su’uzhon tanda sempitnya pikiran. Karena kebaikan di dunia lebih banyak daripada keburukannya.

T: Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh ustadz. Apakah ketika kita merasa tidak enak terhadap seseorang misal terbersit di hati haduh tidak enak nanti takut dia tersinggung atau yang lainnya. Apakah ini masuk kategori su'udzon ustadz?
J: Bukan suuzhon

T: Izin bertanya Ustadz. Apa makna husnudzan kepada Allah? dan bagaimana bentuk husnudzan kepada Allah?
J: Berprasangka bahwa segala ketentuan Allah itu baik. Tidak ada takdir yang buruk. Segala yang buruk adalah karena diri kita sendiri. Sedangkan Allah hanya menentukan kebaikan. Bahkan dalam setiap takdir yang terlihat buruk, selalu ada hikmah dari Allah. itulah husnuzhon pada Allah.

T: Adakah persamaan Husnudzon dengan sifat optimis?
J: Optimis adalah tanda bahwa kita husnuzhon pada Allah. Yakin bahwa hasil terbaik akan dapatkan dengan izin Allah. Atau jika dibalik cara untuk optimis adalah dengan husnuzhon kepada Allah. Wallahu a`lam



*******
TJ – G6 (Ustadzah Yeni/Lien)

T: Assalamualaikum ustadzah. Izin bertanya. Jika ada seseorang yang aktif menggunakan sosmed, selalu membuat status galau, maka orang yang membaca akan timbul prasangka tentang keadaan orang tersebut. Pantaskah yang membaca bertanya tentang apa yang di tulisnya itu agar kita tahu yang sebenarnya kalau saat ini keadaannya sedang baik-baik saja?
J: Tafadhol jika mau ditanyakan selama sesama jenis ya mba. Karena kalau lawan jenis, bisa bahaya. Kalau bisa dinasihati, jangan pasang status galau, karena mengundang banyak syetan juga kejahatan.

T: Assalamu'alaykum ustadzah. Izin bertanya. Bagaimana dengan kita bersu'uzhon terhadap mantan penjahat, dalam artian orang tersebut pernah berbuat kejahatan dan tinggal dilingkungan kita. Apa boleh ustadzah?
J: Kedepankan baik sangka karena jika kita tidak percaya ama mereka, bisa jadi itu ketidakpercayaan itu membuatnya kembali jahat.


T: Ustadzah ijin bertanya. Ada seorang rekan kerja, cewek, yang sudah kita kenal kerja sebatas pencitraan, cenderung bossy dan cari muka. Kalau melakukan sesuatu selalu tergesa-gesa, cenderung ceroboh, kecuali masalah uang, dia berhitung sekali. Dari kontrak kerja yang ada kami berempat, hanya dia yang jam masuk dan pulang lebih awal dari kami. Pernah suatu ketika jam kerja sudah tidak di kantor, kalau ditanya ada yang harus dikerjakan di luar, dan ternyata pulang. Sejak saat itu kita jadi selalu berprasangka dengan apa yang dia lakukan dan ucapkan. Bagaimanakah bersikap seharusnya ustadzah? Dan beberapa kali apa yang dia ucapkan selalu tidak sesuai dengan kondisi yang ada.
J: Jangan kotori pikiran kita walaupun itu terkadang fakta karena begitulah permainan syetan. Menyibukkan diri kita memikirkan orang lain. Lebih baik fokus pada pekerjaan tingkatkan kinerja kerja hasilkan yang terbaik. Ikhtiar tak mengkhianati hasil.

T: Ijin bertanya. Bagaimana menjalankan dikehidupan sehari-hari tidak berprasangka buruk tapi tetap waspada, karena 2 hal tersebut beda tipis.
J: Boleh-boleh saja, tapi tetap harus hati-hati. Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi dan yang bukan urusan kita. Tetap utamakan baik sangka biar hatinya sehat dan bersih.

T: Assalamualaikum, ijin bertanya ustadzah. Tentang seseorang pemimpin, apabila kita mengetahui keburukan/kelemahan seorang pemimpin sehingga kita jadi apatis, tidak peduli dan tidak percaya, tapi ketika keburukannya yang lain sampai pada kita, berusaha untuk tidak menggunjing, menahan hanya sampai pada diri kita sendiri, apakah termasuk su'udzon? Maaf ustadzah, bingung bagaimana menyampaikannya. Intinya, bagaimana sikap kita yang baik terhadap pemimpin yang sudah tidak kita percayai?
J: Coba di syurokan dan sampaikan, hakikatnya kita punya kekurangan dan kelebihan. Jika bisa ditolerir dan tidak menyalahi syariat maka nasihati baik-baik. Jika tidak bisa maka doakan, itu selemah-lemah iman. Jika sudah melanggar syari, saran saya segera resign.





•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!