REKAP KAJIAN ONLINE LINK HAMBA اللَّهِ
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Hari, Tanggal : Selasa, 14 Juli 2020
Waktu : 19.30 - 21.00 WIB
Narsum : Ustadzah Bunda Mida
Materi : Menjadi Guru di Rumah di Kala Wabah
Moderator : Yayuk
Notulen : Restu
Presensi: G1 Dellia, G2 Tini
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
MENJADI “GURU” DI RUMAH DI KALA WABAH
Pandemi covid-19 telah mengubah seluruh tatanan kehidupan manusia di muka bumi.
▪️ Mengubah perilaku manusia terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sosial.
▪️ Mengubah perekonomian, pendidikan, politik, ketahanan dan pertahanan negara, dan tatanan hidup.
▪️ Memaksa manusia keluar dari kehidupan normal ke kehidupan yang sesuai dengan keadaan pandemik.
▪️ Memaksa seluruh warga dunia untuk menggunakan teknologi dengan optimal di semua lini.
▪️ Memaksa para guru dan sekolah mengoptimalkan fasilitas Teknologi Informasi yang ada untuk kepentingan pelayanan Pendidikan.
▪️ Memaksa para ibu rumah tangga dan ayah menggunakan teknologi dalam kegiatan belajar anak.
Wanita dilahirkan memiliki kemampuan multitasking agar mampu mengelola berbagai tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya.
Struktur otaknya di disain sedemikian rupa hingga memudahkan wanita melakukan multitasking tersebut..
Pandemi Mendorong Kembalinya Peran Ibu sebagai Pendidik di Rumah
Mari kita simak tulisan RIAN PERMANA yang dikutip dari muslim,co,id tentang peran ibu :
Tidak ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah dalang di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu atau bahkan seorang imam? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbingnya.
Mari kita simak perkataan seorang shahabiyah, Khansa ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad.
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa seseungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu dan raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan”
Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu, lalu salah seorang dari mereka mengingatkan saudara-saudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah)
Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.
Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang diridhoi Allah dan rasulnya. Karena anak-anaknya lah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya.
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Sebut saja, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Tahukah para pembaca dengan Imam Shalat Masjidil Haram, Asy-Syaikh Sudais? Apa yang melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram? Tidak lain adalah karena harapan dan doa dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar dan membuatnya bersemangat untuk menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram.
Simak selengkapnya disini muslim,or,id/9142-peranan-wanita-dalam-islam
INI ADALAH KELUHAN SEBAGIAN KECIL IBU SAAT MENJALANKAN PERAN SEBAGAI PENDIDIK ATAU GURU DI RUMAH
Republika,co,id: Meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah sesuatu yang mudah bagi para orang tua.
Mesya mengaku stres karena anaknya, Satrio, terlalu santai dalam mengerjakan tugas. Sementara gurunya sudah mengumumkan siapa saja yang belum mengumpulkan tugas.
"Rupanya dia pegang HP (gawai) sambil main game," katanya sambil tertawa.
"Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget," ujar Mesya, seorang wali murid.
Kompas,com: Yani memiliki dua anak yaitu kelas 1 dan 6. Ia kewalahan untuk mengurus anaknya lantaran anaknya lebih banyak bermain daripada belajar. "Kadang kesibukan orang tua juga yang gak bisa selalu fokus bimbing anaknya belajar online di rumah," tambah Yani. Dari sekolahnya, wali kelas memberikan pekerjaan rumah untuk anak didiknya. Yani harus bisa memastikan anaknya mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya.
BENARKAH SEMUA IBU BAHAGIA DENGAN KONDISI YANG DIALAMI SEKARANG?
Tribunpalu,com : Seperti diketahui jagad maya belakangan ramai dengan unggahan tangkapan layar berisi percakapan orangtua murid kepada pihak sekolah.
Di mana beberapa ibu mengeluhkan tugas anak yang banyak dan dinilai cukup berat.
Mengingat selain menjalankan peran rumah tangganya, seorang ibu juga harus menemani anaknya belajar secara online.
Ayobandung,com: Dini, ibu dari siswa kelas 1 SD di Kota Bandung mengatakan dirinya membimbing anaknya belajar jika tak mengerti mata pelajaran yang sedang dipelajari. Saat belajar dari rumah, anaknya diberikan tugas untuk membaca dan mengerjakan tugas dari sekolah.
Da mengaku kewalahan untuk mengurus anaknya lantaran anaknya lebih banyak bermain daripada belajar.
BAGAIMANA CARANYA AGAR IBU TIDAK STRES SAAT MENJALANI PERAN SEBAGAI GURU?
MARI KITA MERENUNG…
Jika contoh yang diberikan oleh Bunda Khansa yang meridhokan keempat anak laki-lakinya pergi berjihad, kita dapat memetik pelajaran, betapa kekuatan ruh seorang ibu akan menentukan kualitas ucapan dan tindakan yang dipilih untuk anak-anaknya.
Bunda Khansa tahu persis posisi dirinya dan apa yang akan didapat keempat putranya bila mematuhinya mengikuti jihad bersama Rasulullah saw.
Jika kita sesuaikan dengan saat ini, maka seorang ibu yang memahami salah satu perannya adalah sebagai pendidik ( di antara 3 peran lainnya ), ia tidak akan banyak mengeluh. Bahakan ia akan dengan gembira menyambutnya. Keadaan pandemic ini memaksa semua orang untuk tetap berada di rumah. Sebuah hikmah juga, karena selama ini hampir dikatakan bahwa setiap rumah telah kehilangan ruh berkeluarganya. Karena acapkali rumah kosong hampir sepanjang hari, baru ramai menjelang malam. Interaksi antar anggota keluarga minim. Semua sudah kelelahan dengan aktivitas luar rumah. Entah karena sekolah, bekerja, les, atau aktivitas bersifat hobi.
Saat ini, Allah paksa kita semua untuk melakukan seluruh aktivitas dalam rumah. Kegiatan sekolah pun dilakukan di rumah. Memang kita semua dipaksa untuk bersegera menyesuaikan diri dengan situasi sekarang. New Normal. Segala aktivitas sudah tidak sama lagi. Anak-anak belajar dari rumah dengan bimbingan orang tua. Orang tua menjalankan tugas yang diberikan guru sekolah. Di sini kehebohan mulai terjadi.
Banyak orangtua merasa keberatan. Mereka merasa sia-sia membayar biaya sekolah. Untuk apa bayar jika ternyata orangtua juga yang harus mengajar?
Mari kita kaitkan kembali dengan peran kita sebagai pendidik. Jika peran ini dipahami sungguh-sungguh, maka tugas untuk mendampingi anak belajar di rumah akan dijalani dengan hati ringan. Bahkan kita akan bersemangat karena mendapatkan “booster” yang luar biasa dari Allah. Ngga main-main lho.
Jika kita kita sudah dapat menerima hal tersebut, maka tinggal kita melakukan perencanaan agar kegiatan pendampingan belajar tersebut tidak menyita waktu seharian dan membuat tugas kita lainnya di rumah menjadi terabaikan. Bagaimana caranya? Yuk kita simak.
Ingat, tujuan belajar di rumah itu:
▪️Memberikan pengalaman bermakna bagi anak untuk menumbuhkan karakter peserta didik yang mandiri dan peka terhadap lingkungan sosialnya.
▪️Mengasah keterampilan hidup dalam memenuhi kebutuhannya sendiri, dan dapat menemukan solusi pada persoalan sederhana yang dihadapinya. ( Paud dan SD )
▪️Mengasah keterampilan hidup dalam memepersiapkan diri menerima tanggung jawab dalam kehidupan sesuai jenis kelamin. ( SMP dan SMA )
▪️Menumbuhkan kepedulian dan cinta terhadap keluarga.
MENJADI IBU ‘GURU’ BAHAGIA DI RUMAH
Buat jadwal kegiatan selama 24 jam. Tentukan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan setiap hari. Kegiatan bunda disesuaikan dengan jadwal belajar ananda. Jika demikian, bunda harus menjalin hubungan yang baik dengan guru dan mengkomunikasikan setiap kesulitan yang dihadapi. Ikuti jadwal yang sudah disiapkan, beri waktu buat ibu untuk bersitirahat sejenak dari aktivitas yang Panjang tersebut untuk mencegah kejenuhan. Buatlah satu hari di akhir pekan sebagai waktu santai atau bebas dari rutinitas.
Kesulitan utama biasanya terjadi pada ibu yang memiliki anak lebih dari dua orang dan sudah berada di tingkat sekolah formal, seperti SD, SMP, dan SMA yang jadwalnya lebih ketat. Komunikasi yang intensif menjadi kuncinya. Mohon diingatkan pada gurunya bahwa pada kurikulum tahun pandemic ini, tidak berorientasi pada target penuntasan kurikulum, melainkan pada pendekatan keterampilan proses. Itulah sebabnya tujuan pelaksanaan pembelajaran tersebut untuk memberi pengalaman bermakna. Anak-anak jangan sampai tidak mendapatkan hak belajarnya karena tidak boleh ada jam tatap muka. Dengan memberi kegiatan bermakna dan mengasah keterampilan hidupnya, akan membuat anak kita lebih siap untuk masuk kembali ke sekolah pada saat pandemic telah berakhir.
Ajaklah semua anggota keluarga bekerja sama. Yang pertama adalah suami. Ayah adalah kunci penting bagi terlaksananya semua kegiatan yang sudah terjadwal. Beri peran pada ayah sehingga semua bisa senang terlibat.
Libatkan anak-anak dan diskusikan Bersama apa yang bisa mereka lakukan agar jadwal tersebut bisa terwujud.
Gambarkan pada anak-anak bahwa seluruh kegiatan di rumah akan menjadai tidak bermakna bila semua anggota keluarga tidak mendukung. Sepakati ada satu kali dalam satu bulan waktu untuk bermusyawarah atau membahasa masalah yang mungkin terjadi.
Tingkatkan kedekatan ruh bunda dengan Maha Pencipta. Milikilah amalan andalan, sedikit tapi rutin dilakukan dan bunda mencintai amalan tersebut. Amal shalih yang istiqamah akan menjadi sebab turunnya keberkahan pada keluarga. Jangan lupa menjadikan 5 waktu shalat sebagai pengontrol disiplin, doa harian dan pagi-petang sebagai perisai, serta tilawah Quran sebagai penerang dalam rumah.
Tidak ada yang mustahil, jika kita mau mencoba.
Ayo kita mulai tahun ajaran 2020/2021 di rumah dengan lebih bersemangat dan dengan perencanaan baru.
Pengertian Literasi
▪️Literasi adalah keaksaraan
▪️Literasi adalah kemampuan individu untuk :
1. Membaca dan Menulis
2. Menyimak berbicara
3. Berhitung
4. Mengolah dan memahami informasi
5. Memecahkan masalah
6. Menghadapi tantangan-tantangan masa depan
▪️Budaya Keaksaraan adalah sesuatu yang lebih luas daripada sekedar keterampilan teknis membaca dan menulis. Namun juga terkait minat, kegemaran, kebiasaan dan kebutuhan membaca dan menulis.
##############
TANYA JAWAB
*1. G1*
Assalamualaikum, bunda saya mau tanya. Saya punya putra usia 5,7tahun, sekarang sudah tk B klo disuruh belajar dirumah susah bunda, bagaimana ngebujuknya ya bunda kadang sampai saya kasih reward kalau mau baca atau nulis. Dia fokus hanya 5 menit selepasnya main nggak dengerin saya. Mohon tipsnya bunda?
*jawab*
Waalaikumsalam wrwb. Yang perlu kita ketahui sebagai orangtua tentang anak usia dini adalah bahwa cara belajar mereka adalah dengan cara bermain.
Kata 'belajar' sebaiknya tidak perlu disampaikan pada anak karena biasanya mereka 'alergi' dengan istilah itu.
Jadi trik untuk membuat mereka mau belajar adalah dengan mengajaknya bermain bermakna.
Maria Montessori penemu metoda Montessori mengatakan bahwa bermainnya anak itu sama dengan bekerjanya orang dewasa.
Kalau orang dewasa bisa fokus bekerja dan menghasilkan karya, maka anak dengan bermain mendapatkan pengalaman yang mengasah seluruh inderanya.
Lalu, perlu diingat, rentang konsentrasi anak balita itu sangat pendek. Kalau usia 4 th, konsentrasinya 4 menit. Berapa usia, menunjukkan lamanya konsentrasi. Jadi, ananda bisa fokus pada sesuatu itu 5,7 menit.
Lalu bagaimana mengajar literasi pada anak? Kegiatan membaca dan menulis adalah bagian dari literasi. Silakan lihat di slide ya pengertian literasi.
Nah, agar anak memiliki kemampuan literasi, maka mengajarkan baca tulis pada balita harus dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Yang lebih tepat adalah dengan menstimulasinya untuk menyukai kegiatan membaca. Paparkan dengan memberikan buku buku cerita bergambar yang menarik. Bacakan cerita setiap mau tidur, lalu berekspresilah ketika membacakan kalimat yang ada di dalam buku. Lalu sebutkan hurufnya dengan lucu. Anak akan tertarik.
Menulis itu, kegiatan paling akhir dari pemerolehan keterampilan berbahasa. Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Pastikan kosakata anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Usia 2 th harus menguasai 2000 kosakata. Nah, anak usia 5,7 th harusnya sudah ratusan ribu ya jika distimulasi setiap hari dengan story telling.
Nah, mengajarkan menulis itu setelah anak suka dengan buku dulu. Ajak anak menemukan berbagai huruf. Nah, bunda bisa pilih huruf a, b, c, untuk dikenalkan pada ananda.
Siapkan tepung terigu dalam baki. Nah, buatlah huruf a , minta anak menirukan sambil membacanya. Demikian hingga c. Pastikan anak ingat dahulu satu huruf, baru bergantian dg huruf lainnya. Paparan info huruf hny 3 ya setiap kali dikenalkan. Ngga boleh lebih. Karena rentang konsentrasi tadi.
Itu salah satu cara ya bunda.
Mengajar membaca dan menulis itu seru jika Bunda menggali metodanya. Bisa dilihat di youtube ya, mengajar membaca dg metoda montessori.
Pada pokoknya mengajar balita itu hrs dg cara yg menyenangkan dan sesuai kebutuhan anak.
*2. G1* Nuni, pamulang
Siap bunda. Ijin bertanya. Kebetulan saya sudah ke kantor, ga wfh-an lg, ketika wfh-an alhamdulillah saya bisa memantau dan menemani anak saya (anak saya baru 1 usia 9 thn) sekolah daring. Sekarang sudah ke kantor lagi, ada kekhawatiran saya tidak bisa menemani dan memantau secara maksimal karena secara fisik saya tidak disampingnya. Bagaimana caranya ya bunda,
apalagi habis baca materi diatas jadi sedih, karena memang keutamaan tugas ibu medidik anak, tapi saya belum bisa berhenti kerja karena harus membantu suami. Jadi curcol. Makasih sebelumnya bunda sayaaang...
*jawab*
Ya Bunda, saya bisa memahami. Yang terpenting pada situasi saat ini adalah, Bunda menyadari posisi dan peran yang harus dilakukan sesuai kesanggupan. Jika Bunda bisa menyempatkan diri setelah pulang kerja mendampingi ananda, itu sangat baik. Tanyakan apa kesulitan yg dihadapi saat belajar daring tadi. Jika ada tugas yang belum selesai, gunakan kesempatan itu untuk mengganti waktu yang tidak bisa Bunda dapat di pagi hari. Beri kepercayaan pada ananda bahwa dia bisa, namun tidak perlu cemas jika tidak bisa selesai. Yang terpenting adalah ananda sudah berusaha semampunya.
Kontak wali kelasnya, sampaikan keadaan Bunda dan mohon pemakluman jika saja ananda terlambat menyelesaikan tugas. Jelaskan saja kondisinya dengan jujur.
Motivasi dari Bunda od nanda amat penting saat ini. Berbicara dengan anak pra abege, mulailah dengan kalimat tanya. Bukan dengan kalimat memerintah atau menghakimi (contoh, Kok belum selesai? Apa saja kerjamu?) Atau kalimat su'uzhzhan (Jangan-jangan, saat yg lain belajar, kamu malah main game...).
Tunjukkan perhatian Bunda dan selalu sampaikan bahwa Bunda sayang nanda, minta maaf tidak bisa penuh menemani.
Jangan lupa untuk melibatkan ayahnya sehingga kerjasama antara ayah dan bunda menjadi energi yang membuat nanda patuh dan belajar dengan tekun. Tak lupa, berdoalah selalu agar harapan Bunda terkabul.
*3. G1*
Assalamualaikum ustadzah, Alhamdulillah tahun ajaran ini anak saya kelas 6 dan kelas 1 MI. Semester kemarin selama daring, Alhamdulillah anak ke 2 tuntas tugasnya walau kadang sampai malam.
Nah, anak pertama ini saya kontrol, kadang diskusi juga sama saya, setiap hari (sore/malam) selalu saya tanya apakah tugasnya sudah beres, dijawab sudah.
Minggu lalu, kakak nangis-nangis, ngaku kalau tugasnya banyak yang belum tuntas dan dia takut kalau disuruh mengumpulkan, saya tenangkan bahwa penilaian untuk kelas 5 sudah selesai.
Belajar dari pengalaman tersebut, apa yang harus saya dan anak-anak lakukan ustadzah, agar tidak terulang? Terimakasih ustadzah
*Jawab*
Waalaikumsalam wrwb. Anak usia kelas 6 ini kalau dilihat dari tahapan perkembangan, sedang dalam usia pra pubertas. Anak usia ini umumnya merasa sudah besar, bisa diberi tanggung jawab sesuai porsinya, dan bisa diajak kerjasama.
Namun, karena ia memang berada pada masa peralihan dari kanak-kanak menuju remaja, maka orangtua tidak bisa melepas begitu saja. Ketika kita memberikan kepercayaan atau tugas, kita tetap harus mengontrolnya. Jadi tidak hanya ditanya, sudah selesai apa belum tugasnya? Dijawab sudah. Tidak boleh berhenti sampai di sini, lanjutkan dengan mengecek hasil pekerjaannya.
Nah, untuk ke depan, buat kesepakatan. Kakak mengerjakan tugas sekolah, jam tertentu Bunda akan mengecek pekerjaannya. Yang kita dorong adalah proses pelaksanaannya, bukan hasil akhirnya.
Lalu buat kesepakatan juga, jika kakak tidak menuntaskan tugas, ada sanksinya. Biarkan kakak memutuskan sendiri sanksi apa yang dia sanggup. Lalu berikan kepercayaan.
Jangan lupa untuk selalu memotivasinya dengan kalimat positif, dan mengingatkan bahwa apa yang kakak lakukan saat ini akan menjadi pondasi hidup kakak di depan. Jika jujur, disiplin, dan penuh tanggung jawab, maka kakak sudah punya modal untuk bisa berprestasi dan maju di masa depan.
Jangan lupa untuk berdoa ya agar Allah bimbing kakak untuk menjadi qurrota a'yun dan libatkan ayah serta anggota keluarga lainnya untuk memberi dukungan.
*4. G1*
Assalamualaikum ustadzah, ijin bertanya. Anak saya 5, yang pertama cewe baru masuk Tsanawiyah, mondok sebetulnya tapi sekarang masih daring, yang ke-2 cewe kelas 3, anak yang ke3 laki-laki TK B, anak ke4 baru 4thn belum sekolah, anak ke5 laki-laki bayi baru 5bulan.
Alhamdulillah selama daring x-tra super luar biasa buat saya, kadang sampai kliyengan sendiri, Karena harus membelah diri untuk ke5 anak yang beda-beda keinginannya, Ditambah dalam proses daring kemarin yang 1 agak santai Karena kelas 6 dan sudah tidak ada pembelajaran dan ujian, yang 2 moody sekali, saya kudu naik beberapa oktav jika memintanya untuk mengerjakan tugasnya, yang ke3 laki-laki pun sama, belum selesai dengan tugas ke3 kakaknya , yang ke4 ini pasti selalu minta diajarin juga, entah itu mewarnai atau minta dibuatkan gambar pokoknya seolah-olah dia juga sekolah..
Pertanyaan saya,
1. bagaimana menyikapi anak yang moody sekali jika mengerjakan tugas khusunya hafalan,
2. Apakah sebaiknya anak umur 4thn dimasukkan ke paud/Tk A dimasa pandemi ini atau tidak karena proses pembelajaran masih daring dan tidak ada interaksi dengan gurunya?
*jawab*
Waalaikumsalam wrwb.
Barakallah Bun, sedang dikaruniai waktu yang bermanfaat. Padat dengan aktivitas pendampingan buah hati, itu adalah nikmat yang patut disyukuri. Capek ya... Tidak mengapa. Allah sudah menjanjikan pahala luar biasa bagi jihad Bunda.
Menyikapi anak yang moody, maka hadapi dengan 'moody' juga. Maksudnya, sesuaikan dengan iramanya saat memberi tugas. Ingat-ingat ya Bun, tujuan pemberian tugas dari sekolah itu bukan target tuntas, melainkan pendekatan keterampilan proses. Jadi, yang dilihat ada sikap dan perilaku ananda saat melaksanakan tugas tersebut. Bila belum selesai karena sudah keburu emosinya terganggu, jangan paksakan. Beritahu saja dia bahwa sekarang boleh ditinggal, tapi nanti tetap harus diselesaikan. Sambil diberi pengertian, jika kamu selalu menunda tugas karena kamu mudah menyerah, atau mudah bosan, dan terganggu karen kesal pada seseorang, kamu sendiri yang rugi. Tugas makin bertumpuk dan waktu semakin sempit.
Lalu buatlah perjanjian dengan ananda pada jam-jam yang ananda tidak boleh mundur dari tugas. Jika mundur ada sanksi. Biarkan ananda yang menentukan sendiri sanksinya. Nah, jika itu terjadi, biarkan ananda mengalami tidak enaknya menjalankan sanksi tsb.
Menghadapi anak yang moody memang tidak mudah. Karena ia mau bergerak kalau dia merasa nyaman. Tidak masalah karena setiap anak memiliki keunikan. Namun, untuk hal yang prinsip yang berkonsisten dengan norma seperti shalat harus pada waktunya, baca Quran, puasa, sedekah, menepati janji, menghormati kebiasaan orang lain, menerima konsekuensi perbuatan, ananda tetap harus dilatih. Sehingga walau ia moody, ia tetap bisa diterima dan berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosialnya.
2. Sebaiknya dimasukkan saja ya Bun. Mengapa demikian? Karena Paud atau TK sudah memiliki program yang jelas dan terstruktur dalam mengembangkan 6 aspek perkembangan anak. Dengan belajar melalui program paud, semua kebutuhan tumbuh kembang anak terpenuhi. Jika mengandalkan kemampuan kita di rumah, tentu tidak akan selengkap paud. Boleh jadi karena keterampilan yang dikuasai ibu itu bidang wirausaha, maka kecenderungannya kegiatan bermainnya akan berkaitan dengan bidang itu saja yang diberikan pada anak.
Jika wilayah tempat tinggal Bunda merupakan green zone, tidak masalah ada tatap muka. Jika yellow bahkan red zone, itu yg dilarang.
Meski tatap muka via zoom atau vidcall, kelebihannya adalah pada programnya. Dua video yang saya share adalah salah satu contoh org tua melaksanakan program belajar paud. Guru membuat kegiatan sesuai dengan permendikbud 137 & 146, menyiapkan media yang diperlukan, orangtua tinggal menjalankan.
Memang seperti ini dulu yang harus dilakukan karena kita ada di masa pandemi. Menundanya, maka anak kehilangan kesempatan emasnya selama satu tahun ke depan karena tidak mendapat stimulasi yang lengkap.
*5. G1*
Assalamu'alaykum ustazdzah. Sebagai guru TK sering menghadapi berbagai karakter orangtua yang respontif dan tidak peduli alias cuek. Padahal kami para guru sudah di bekali diklat agar 6 aspek perkembangan anak tercapai. Alasannya mereka kerja dari pagi sampai sore. Sampai rumah udah capek..
Kamipun tidak bisa memaksa.
1. Apakah yang harus kami lakukan dengan keadaan ini ustazah?
2. Bagaimana tips atau cara mengajarkan hafalan untuk anak-anak TK d rumah. Secara seperti penjelasan ustzah balita hanya bisa fokus 4 menit dengan bertatap muka. Nah apalagi jika hanya melalui media ZOOM atau VC
Syukron sebelumnya atas jawabannya ustadzah
*Jawab*
Waalaikumsalam wrwb. Wah, ketemu sejawat nih.
Saya bisa memahami apa yang dirasakan Mbak Salma. Kita hadapi sikap orangtua seperti itu dengan lapang dada. Tugas kita beluk sampai. Artinya, kita perlu berbagai cara untuk bisa mengkomunikasikan pada tipe orangtua seperti ini, bahwa mendidik anak adalah tugas org tua sejatinya. Perlu sering berkomunikasi, gunakan wadah parenting di sekolah sebagai jembatan komunikasi. Jadi yang dibidik semua orangtua, buat forum kecil khusus curhat para ibu. Nah, lewat forum tsb, kita akan lebih mudah masuk. Karena biasanya ketika persoalan yang dihadapinya direspon dengan telaten dan personal, biasanya pikirannya akan berubah. Mulai mempertimbangkan kebenaran saran kita. Memanh tugas menjadi ekstra ya. Tapi biasanya kegiatan ini di bawah pimpinan kepsek ya.
Agar semua aspek perkembangan terpenuhi, dengan kondisi pandemi ini, maka guru perlu mengingat:
1. Tujuan pembelajaran di rumah itu apa. Kejar target kurikulum atau pendekatan keterampilan proses? Nah, kita sudah tahu kan kebijakan kemendikbud, target nya adalah yang nomor 2. Jadi jangan cemas tentang kejar tayang. Ini membantu kita untuk merencanakan kegiatan dan mengukurnya dengan kesanggupan orangtua di rmh. Kalau ada 5 hari kerja, maka setiap hari hanya 1 aspek saja. Aspek Nilai Agama dan Moral bisa masuk ke setiap aspek lainnya. Nanti saya bisa share contohnya ya. Tapi japri.
Kombinasinya spt ini:
1️⃣Aspek NAM: Setiap hari pembiasaan shalat dhuha atau shalat wajib, berdoa setiap mengerjakan sesuatu (yang sudah diajarkan), dan mengulang hapalan surat pendek. Kegiatan ini boleh dilakukan kapan saja sesuai waktu yang dimiliki ibu/ayah. Yang penting laporannya harus masuk hari itu jg.
2️⃣Kegiatan per aspek perkembangan (silakan pilih urutannya: Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial Emosi, dan Seni)
Pilihkan kegiatan yg sesuai dengan KI dan KD atau kegiatan per indikator perkembangan (lihat permendikbud nomor 137/2014).
Buatkan tutorialnya atau ambil video yang ada di you tube contoh kegiatan yang ingin disampaikan. Pemilihan contoh video harus berhati-hati, harus sesuai dengan indikator.
Dengan kombinasi ini, guru jadi tidak cemas. Karena semua aspek bisa dilakukan. Ingat, kita tidak kejar target ya dan orang tua bukanlah guru. Jangan bebani mereka dengan tugas kita. Sebisanya terjemahkan kegiatan belajar menjadi kegiatan menyenangkan baik untukk orangtua maupun anak.
3. Tujuan pembelajaran di rumah adalah mengasah ketrampilan hidup anak dan kemandirian. Maka pilihlah kegiatan yang memusatkan pada dua hal tsb. Jadi padukan indikator dengan kegiatan yang mengasah kemampuan anak dalam mengelola dirinya baik untuk menyelesaikan masalah dirinya maupun ketika berinteraksi dengan keluarga. Seperti menolong ibu di dapur, merapikan tempat tidur, membersihkan jendela, menyikat lantai kamar mandi, menyapu halaman, menyiram tanaman, membuat teh untuk ayah, dsb.
2. Agar kegiatan talaqqi (setoran hapalan) tidak membosankan, buatlah video contoh dari guru hapalan surat yang ingin diajarkan. Pastikan sesuaikan dengan usia. Misal jika jumlah ayat ada 5, maka berikan dua ayat saja dulu jika agak panjang. Jika pendek, bisa 3 ayat. Kirim ke orangtua dan minta anak mendengarkan. Biasanya anak akan senang jika dikirim video ini. Jangan lupa selipkan pesan, bhw Bunda menunggu video hapalannya. Nanti diberi bintang.
Jika melalui zoom, cukup untuk latihan mengenal huruf hijaiyah dengan permainan. Atau siapkan dulu di rumah masing masing medianya, lalu bermainlah dengan mereka bergantian, seperti dalam kelas.
Jawaban no. 2 juga untuk menjawab pertanyaan no. 1 Bunda Wiwik ya
*6. G2*
Nanya Ustadzah: Sesikit melenceng, tapi masih seputar 'menjadi guru di rumah'
Anak saya usia 3,6 tahun, sampai sekarang baru bisa baca bismillah, saya ajarin baca doa gak pernah mau nyimak, boro boro ngikutin. Diajak baca fatihah, cuma lillah-lillah, bundanya nyebut "alhamdu" bukannya niruin malah ngelanjut 'lillah'
Diajarin mengenal alfabet, suruh nulis 'A' iya iya jawabnya, spidol dipinta, lalu buat coret-coret, sambil ngoceh sendiri, "ini A teman-teman, ini juga A, semuaaa A' padahal yang dia bikin lingkaran-lingkaran gak jelas.
Sebenarnya usia berapa anak bisa mulai diajar Bund?
*jawab*
Bunda Ida, apakah bunda sejak ananda lahir sering mengajak bicara ananda? Bercerita apa saja dan melibatkan ananda dengan aktivitas bunda. Seperti saat bunda merapikan tempat tidur, bunda menyebutkan kegiatan apa yang sedang dilakukan, mengenalka selimut, bantal, kasur, ranjang, warna di kamar, dll? Atau saat bunda mau menyuapi, bunda bercerita tentang ini jadwal makan ananda, harus makan agar badan sehat dan kuat, mengenai makanan yang sedang dimakan ananda, kalau mau makan harus baca doa, dsb.
Jadi, selalu bercerita dalam setiap kegiatan dekat ananda?
🔁 Belum pernah Bund. Saya biarkan dia sibuk eksplorasi sendiri, karena saya juga sibuk dengan pekerjaan online saya.
Naaaah... Ini ketemu asal usulnya. Jadi Bun, saat bunda membiarkan ananda sibuk sendiri, secara tidak sadar bunda telah melewatkan masa emasnya. Perkembangan otak anak usia 0-2 tahun itu mencapai 50%. Masa ini paling penting karena yang akan membentuk sinapsis otak, membentuk pengetahuan tentang sekeliling, memahami konsep sederhana tentang kehidupan melalui stimulasi. Seperti kalau bicara harus jelas, mau makan, minum, mengenal senang, sedih, marah, kecewa. Mengetahui peralatan dan perabotan di rumah, menyebut nama dan panggilan anggota rumah. Ini adalah pengetahuan dasar setiap anak yang akan menjadi bekal saat anak mulai belajar bicara. Jadi usia 0-2 th itu usia menyimak. Anak ketika sering mendengar cerita atau dialog, maka otak yang berhubungan dengaj area bahasa (broca's area) akan aktif dan membentuk sinapsis tentangsemua kosakata yg dia dengar. Nah, ini akan keluar saat anak belajar bicara 2-3 th.
Tugas orangtua, menuntun anak untuk bisa berbicara normal. Tidak dicadelkan karena menganggap masih kecil. Ini juga berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak yang tepat.
🔁 Jadi saya harua gimana Bund? Anak saya sekarang suka ngerebutin hape buat nonton youtube
Saran saya, konsultasikan ke dokter tumbuh kembang, untuk didiagnosa. Nanti, biasanya akan diberi jadwal terapi.
Hentikan penggunaan gadget. Ini merusak. Anak balita tidak boleh terpapar gadgte lebih dari 2 jam per pekan. Jadi penggunaan hp atau apapun yang disebut gadget, harus dalam kontrol orangtua.
Mengamuk? Pasti. Karena anak terbiasa dibiarkan. Tapi, jika ingin ada perubahan dan menyelamatkan masa depan ananda, maka bunda harus bersedia tegar dan sabar dalam mendisiplinkan ananda tetapi tetap dalam koridor kasih sayang.
Diagnosa hanya boleh diberikan oleh dokter ya Bun. Jangan mencoba menerka nerka, anak saya begini atau begitu. Kadang orangtua suka salah sebut. Anak super aktif disebut hiperaktif.
Anak speechdelayed, disebut autis. Jadi, pastikan dulu, konsul ke dokter ya.
Itu jawaban saya ya Bun. Semoga ada solusi di depan. Dan saran saya, Bunda harus mengalah dari pekerjaan. Fokus ke ananda. Insyaallah jika ditelateni (pengalaman mendampingi para ibu yang mengalami hal serupa), insyaallah akan bisa terkejar. Yang penting jangan sampai terlambat. Libatkan ayahnya ya.
★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment