Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 25 Juli 2016
Narasumber : Ustadzah Lilah
Rekapan Kajian Grup Bunda M6
Tema : Thaharah
Editor : Rini Ismayanti
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan,
pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka
tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada
pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan
keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja
yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan rahmat-Nya-lah pada siang hari ini kita dapat berkumpul di grup
yang mulia ini untuk menimba Ilmu dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
Nabiullah Muhammad SAW. Rosul yang membawa risalah Al-Islam yang akan selalu
kita nanti syafaatnya di yaumul akhir kelak
SUCI ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN
عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا
[رواه مسلم]
Terjemah hadits:
Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu,
Dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bersuci
adalah separuh dari keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan,
‘subhanalloh walhamdulillah’ akan memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat
adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan bukti (pembela), kesabaran itu
merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan membela atau
menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya, maka
sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari siksa Alloh) dan sebagian lain
ada yang menjerumuskannya (dalam siksa-Nya).” (Riwayat Muslim no.223).
Rasulullah saw. telah menjelaskan bahwa Thaharah yang dilakukan
orang-orang mukmin, terhadap badan dan pakaiannya adalah refleksi dari
keimanannya. Karena pelaksanaan thaharah merupakan perwujudan dari
ketundukannya terhadap perintah Allah, “Hai manusia, sembahlah Rabbmu Yang
telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
(al-Baqarah: 21)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (al-Maa-idah: 6)
“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (al-Muddatstsir: 4)
Ini semua dilakukan agar ketika menghadap Allah dalam keadaan
bersih dan penampilan yang baik, hingga layak untuk mendapat kecintaan Allah
swt.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (al-Baqarah: 222)
Thaharah Setengah Dari Iman.
Rasulullah telah menjelaskan, bahwa pahala bagi orang yang
bersuci, berwudlu dan lain sebagainya akan menjadi berlipat ganda di sisi
Allah, hingga mencapai setengah dari pahala keimanan. Karena iman menghapus
dosa-dosa besar dan kecil yang telah lalu. Sedangkan thaharah, khususnya wudlu,
menghapus dosa-dosa kecil yang telah lalu. Dengan demikian, seolah-olah
setengah dari keimanan.
Utsman ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa yang
berwudlu dan menyempurnakan wudlunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari
badannya, sampai-sampai keluar dari bawah kuku-kukunya. (HR Muslim).
Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam pelaksanaan wudlu’
sebelum shalat. Demikian pula anjuran mandi sebelum pertemuan jum’atan atau
berkumpul tahunan dalam rangka shalat idul adha maupun idul fitri. Begitu juga
dengan anjuran memotong kuku, membersihkan gigi, membersihkan pakaian dengan
mencuci.
Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam Syafi’I menerangkan adanya hikmah
dibalik anjuran tersebut diantaranya.
Pertama menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang suci.
Kedua, Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang Islam. Karena
manusia pada dasarnya condong pada sesuatu yang bersih, suka berkumpul dengan
orang-orang yang bersih dan menjauhi sesuatu yang kotor. Maka perintah bersuci
adalah jalan menuju kehormatan dan kewibawaan Islam itu sendiri. Lebih-lebih
ketika bersinggungan dengan msyarakat lainnya.
Hikmah Ketiga adalah menjaga kesehatan.
Karena penyakit itu datang disebabkan kuman-kuman serta
bakteri-bakteri yang dibawa oleh kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya untuk
menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan badan,
mencuci muka, mencuci tangan, mencuci kaki, karena anggota yang disebutkan
merupakan tempat dimana kotoran yang menbawa penyakit itu bersarang.
Dan terakhir adalah mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan
Yang Mahas Suci senang akan hal-hal yang suci. Karena itu keitka shalat untuk
menghadapi-Nya haruslah dalam keadaan suci secara lahir maupun batin.
---
referensi:
alquranmulia.wordpress.com
nu.or.id
TANYA JAWAB
Q : Ustadzah mau tanya yaa, apa klo nyuci baju bilasnya harus pake
air yang dari pancuran ?? Kata nenekku klo gak dari pancuran ntar kecelup lagi
ya najis lagi gitu ustadzah , menurut ustadzah bagaimana ??
A : Usahakan yang mengandung najis dibersihkan terpisah.
Mengucurkan air ke cucian adalah bentuk kehati-hatian, meski tidak harus begitu.
Q : Ustadzah....bagaimana hukumnya jika tempat berwudlu dekat
dengan Toilet....
di pabrik teman saya bekerja ada ratusan karyawan yang dalam waktu
istirahat barengan sehingga sendal untuk wudlu yang disediakan di Masjid pabrik
cukup banyak akan tetapi sering tidak cukup akibatnya banyak karyawan yang
tidak memakai sendal saat ke toilet dan tempat wudhu....nah takutnya ada najis
yang terbawa
A : Sepanjang toilet terjaga kebersihannya, insyaallah tidak
mengapa. Bahkan seperti pertanyaan no 3, banyak orang tidak memiliki tempat
wudhu sendiri sehingga harus wudhu di toilet...
Q : Ustadzah... mo nanya senada dengan pertanyaan kedua..Kalau di
rumah ga ada kran ato tempat khusus berwudhu gimana? Ga boleh ya wudhu di kamar
mandi? Atau ada solusi menyiasati kondisi tsb?
A : Boleh....tidak ada larangan sepanjang kita jaga kebersihan
toilet dan kesucian air.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment