HAKIKAT IKHLAS (Grup Nanda)

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, September 8, 2016

Kajian Online WA Hamba الله SWT

Selasa, 6 September 2016
Rekapan Grup Nanda
Syakhsiyah Islamiyah Pekan pertama September
By Tim Kurikulum Kajian Online Hamba Allah
Editor : Rini Ismayanti


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin.

HAKIKAT IKHLAS

Allah ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Rab semesta alam" (Al-An’am : 162)

Dari ayat tersebut kita bisa menggambarkan bahwa Ikhlas adalah menginginkan keridhaan Allah swt dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagi polutan duniawi. Karena itu, seseorang tidak mencemari amalnya dengan keinginan – keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan keuntungan, kedudukan,harta, ketenaran, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghinari cercaan mereka, mengikuti hawa nafsu, atau penyakit – penyakit serta polutan – polutan lain yang dapat dipadukan dalam satu kalimat yaitu melakukan amal untuk selain Allah apapun bentuknya.

Ikhlas semacam itu merupakan salah satu buah dari kesempurnana tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah dari riya’ yang merupakan lawan dari ikhlas yang dianggap sebagai kesyirikan.

Bahkan Syadad bin aus berkata “ dimasa Rasulullah saw kami menganggap riya’ sebagai syirik kecil” (Mujma’uz Zuwaid, Kitabuz Zuhdi, bab Ja’ahur riya. 10/225)

Imam syahid Hasan Al-Banna mengatakan “ Yang saya maksud dengan ikhlas adalah seorang al-akh hendaknya mengorinetasikan perkataan,perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah sw ; mengharap keridhaan-Nya dan memperolah pahala-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, gelar, kemajuan atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan yang hanya mencari manfaat dunia. (Syarah Risalah Ta’lim)

Dua Rukun diterimanya Amal
Setiap amal shalih tidak diterima oleh Allah swt kecuali jika terpenuhinya dua rukun yaitu :
1. Keikhlasan dan lurusnya niat
Terkait dengan rukun pertama ini Rasulullah saw bersabda
“ Sesungguhnya amal – amal itu dinilai dengan niatnya”
(Fat-hul Bari : 1/15, no.1).
Jika kita renungkan hadits ini merupakan tolok ukur suasana batin amalan manusia. Maka ketika manusia melakukan amal diawali dengan niat yang menisbatkan seluruh amalnya kepada keridhaan Allah swt serta membersihkannya dari segala bentuk polutan dan penyakit duniawi maka ia akan mencapai keshahihan batin.

2. Sejalan dengan sunnah
Rasulullah saw bersabda
“ barangsiapa yang melakukan sesuatu amalan bukan atas perintahku (sunnah rasul) maka ia tertolak”
( HR Muslim:3/1343, no 1718).
Hadits ini merupakan tolok ukur lahir amalan manusia. Maka ketika manusia melakukan segala amal dengan mengikuti sunnah Rasulullah saw maka ia akan mencapai keshahihan lahir.

Fudhail bin ‘iyadh berkata tentang firman Allah swt :
“ Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya…”
(Al-Mulk: 2)

Yang dimaksud dengan lafal “akhasanu amalan” (yang lebih baik amalnya) adalah yang paling ikhlas dan yang paling tepat. Ditanyakan kepada Fudhail bin iyadh : apa yang dimaksud dengan paling ikhlas dan paling tepat, wahai Abu Ali ?” ia menjawab : “sesungguhnya suatu amal itu bila dilakukan dengan ikhlas namun tidak tepat maka tidak diterima amalnya oleh Allah swt, dan bila amal itu dilakukan secara tepat tetapi tidak diiringi dengan keikhlasan maka amal itu tidak diterima. Amal tidak akan diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat. Yang dimaksud ikhlas disini adalah menjadikan amal untuk Allah swt sedangkan tepat adalah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw” kemudian Fudhail membaca firman Allah swt

“Barangsiapa mengharap perjumapaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya (Al-Kahf : 110)

Aktivis muslim harus memeriksa relung – relung hatinya dan meneliti hakikat tujuan serta motivasinya. Apabila di dalamnya terdapat bagian – bagian untuk dunia dan setan, maka ia harus segara bersungguh sungguh untuk membersihkan hatinya dari kotoran tersbut, berupaya mengikhlaskan niat hanya kepada Allah swt serta menazarkan dirinya hanya untuk Allah swt.

Sebagaimana yang telah diucapkan oleh istri Imran,
“ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nadzar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran; 35)

Dalam ayat diatas dalam bahasa arabnya terdapat kata Muharraran yang diucapkan oleh istri Imran. Yang ternyata memberikan indikasi bahwa Allah swt tidak akan menerima suatu amal kecuali bila telah murni dari kesyirikan dan bebas dari penghambaan kepada selain-Nya.

Kehidupan tidak akan dipimpin oleh kebenaran, tertaburi kebaikan, terkuasai oleh keadilan dan bendera kemuliaan berkibar padanya selama aktivis dakwahnya tidak teguh pada keikhlasan beramal dan masih adanya orang – orang yang memperdagangkan prinsip. Yaitu orang – orang yang tidak beramal kecuali untuk mencari keuntungan dunia. Juga karena orang – orang yang mencari muka yaitu orang – orang yang tidak beramal kecuali untuk dilihat, didengar, dijadikan pembicaraan, dan ditokohkan oleh manusia. Kebenaran, kebajikan dan kemuliaan akan mendapatkan kemenangan ketika para pengusung dakwahnya serta adanya orang – orang yang senantiasa memegang prinsip, memperngaruhi bukan dipengaruhi, rela berkorban dan bukan pencari keuntungan serta siap memberi bukan siap menerima.

Penyakit hati yangmengotori keikhlasan serta merusak niat lebih parah dan membahyakan daripada penyakit fisik karena penyakit hati dapat merusak pahala dan menjauhkan pemiliknya dari jalan dakwah yang benar. Akan tetapi, kita dapat melawannya dengan keimanan dan ketaqwaan.

Wallahu a’lam bi showab

TANYA JAWAB

N105 by Ustadzah Pristia
Q : Assalamu'alaikum ustdzh, apa benar jika kita berbicara atau mengucapkan misal "saya ikhlas kok bantu kamu" apa tandanya kita itu tidak ikhlas ??
A : Ikhlas letaknya dari hati tak dapat di ucapkan

Q : Mau nanya dong cara ngebersihin hati yang udah teramat kotor karena sakit hati gimana?? Jujur dalam hati ga mau tapi terlalu sakit.
A : Manusia tak luput dari sakit hati. Tapi ... apakah sakit hati ini kita bawa sampai dipanggil Allah kelak. Jika kita umat rasulullah maka teladani  sifat beliau yang mudah memaafkan. Wallahualam

Q : Ummi,,, bagaimana sikap kita ketika teman ada yang salah paham, kita sudah minta maaf, tapi dia ngga mau maafin & saat ketemu disapa pun tidak mau,,,
A : Hargai sikapnya tersebut. Yang jelas kita sudah meminta maaf. Tak jadi masalah ia mau memaafkan atau tidak. Itu perlu waktu.


N106 by Ustadz Cipto
Q : Bagaimana melatih diri supaya ikhlas (sudah belajar sungguh-sungguh dan gak nyontek tapi dapat nilai B sedangkan temen yang nyontek dapat nilai A & jadi kebanggaan dosen). Susah amat ya jadi orang jujur
A : Klo yang ini qonaah dan jujur....ikhlas umumnya nempel dalam hati dalam sebuah proses ibadah terutama yang mahdoh...klo ikhlas dalam menerima sesuatu adalah dalam konteks qonaah....dan memang ikhlas adalah perbuatan hati yang sulit dilihat dan dinilai...hanya ybs dan Allah yang tahu....Tetapi kuncinya tetap harus dilakukan dengan kesabaran...

Q : Ustad, apakah :
1. "ngedumel" masuk kategori tidak ikhlas? Walau mungkin "dumelannya" dalam hati.
2. Jika kita membantu, tapi yang dibantuin, ibaratnya "dikasih hati minta jantung", pada akhirnya kita mengurangi atau mungkin menghentikan bantuan, bagaimana?
A : 1. Ngedumel tandanya masih ada sesuatu yang kurang pas...sedang ikhlas menempatkan sesuatu karena Allah bukan yang lain....
2. Nah ini ujiannya keikhlasan bisa begini....akan sejauhmana keikhlasan itu diuji....Oya dimensi ikhlas perlu diperhatikan Qobla/pra, atsna/saat dan Bada/pasca melakukan aktivitas tersebut...yang paling penting adalah qobla dimana ikhlas berkenaan dengan niat.... Syarat diterimanya amalan ada 2 yakni niat ikhlas karena Allah semata dan 'itiba atau mengikuti petunjuk Rasulullah SAW.

Q : Assalamu'alaikum ustdz... Kita sudah ikhlas mngenai sesuatu yang telah terjadi.. Kita sudah melupakannya dan ikhlas. Tapi pada saat bertmu dengan orang tu kitanya pengen pergi menjauh dan tak ingin bertemu. Di situasi lain kita harus bertamu karena satu tim. Saat bertemu tu kita memaksakan diri untuk bersikap biasa-biasa saja dalam artian bersalaman dan senyum ala kadarnya. Apa tu termsuk tidak ikhlas? Dan bagaimana cara mnghilangkan sikap yang tidak baik itu.
A : Waalaykumsalam....susah ye kalo suka baper....terutama buat para akhwat nih ladang amal ikhlasnya sangat banyak...karena kodratnya akhwat diciptakan kuat dengan perasaannya sedang ikhwan dengan logika....Latihan terus dan bersabar atasnya adalah bagian dari menjadikan diri ikhlas sejati....pelan-pelan aja....buat yang suka baper ilangin bapèrnya  ya....itu dulu deh kuncinya....

Q : Saya baru saja masuk kerja di RS dekat rumah karena paksaan orang tua. Katanya biar deket sama orang tua. Karena sebelumnya saya kerja di jogja dan terpaksa resign karena diterima di RS dekat rumah. Tapi setelah bekerja rasanya tidak merasa nyaman. Masih ada yang ganjel dan merasa terpaksa dalam bekerja. Karena memang bukan dari hati. Bagaimana ya ust biar bisa ikhlas dan legowo. Sedih rasanya masih kepikiran terus sama kerjaan dan teman-teman di jogja dulu
A : Bismilah mari luruskan niat ukh...minimal dalam rangka beribadah kepada Allah dalam bentuk berbakti kepada kedua orang tua. Klo kaitannya sama pekerjaan sebaiknya lakukan secara profesional semua aspek permintaan pekerjaan dilakukan seoptimal mungkin. Klo teman-teman tetep aja jaga hubungan dan komunikasi serta silaturahimnya tapi jangan juga jadi *Baper* insya Allah karena yang akan dicari adalah keberkahan moga karena niatnya untuk berbakti kepada orang tua lillahi taaala insya Allah hidup akan lebih bermakna.

Q : Yang dikatakan ikhlas tu seprti apa ya ustdz. Ikhlas yang bener-bener ikhlas lillahita'alla
A : Tentunya hadirnya hati dan kemantapan hati bahwa apa yang dilakukannya terutama berkenaan dengan ibadah yang dilakukannya hanya karena Allah sahaja.


N103 by Ustadzah Fina
Q : Assalamualaikum, afwan ana mau bertanya. Apabila melakukan pekerjaan yang baik namun diiringi dengan berkomentar (ngedumel), apakah tergolong dalam amalan yang tepat tetapi tidak diiringi dengan keiklasan? Lalu amalan itupun tidak diterima? Atau bisa dibilang sia-sia?
A : Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh...jika ngedumel adalah ekspresi dari ketidak ikhlasan dalam kita melakukan sebuah pekerjaan/amanah sekecil apapun itu maka betul seperti yang mba sampaikan bahwa amalan itu tepat tetapi tidak ikhlas. Jadi dua hal ini (ikhlas dan tepat/sesuai dengan syariat dan sunnah Rasul) adalah pasangan sehidup semati yang tak bisa dipisahkan sampai kapanpun baik oleh ruang maupun waktu mereka berdua selalu berdampingan..salah satu saja tidak terpenuhi maka sebagus apapun amalan kita tidak akan diterima oleh Allah bahkan ia laksana debu yang diterbangkan oleh angin ketika diiringi ketidak ikhlasan..begitu pula sebaliknya. Maka dari itu pula kita diminta untuk selalu meluruskan niatan kita dalam beramal...tidak hanya di awal namun juga di tengah dan di akhir...sebagai contoh udah nahan gak ngedumel saat melakukan amalan itu eeeh pas udah selang beberapa lama berlalu kitanya inget terus ngedumel..ilang deh pahalanya.
Q : Bagaimana caranya mensiasati atau mencegah pekerjaan/amalan yang tepat namun tidak ikhlas? Apakah setelah memohon ampunan, kita bisa memperoleh pahalanya? Dan apakah ada dukungan dalil nya?
A : Berusaha untuk ihsan dalam setiap amal.yakin bahwa Allah melihat segala amal yang kita lakukan termasuk kondisi hati..hanya Allah saja yang Tahu..sama dengan cerita 3 orang yang selama hidupnya di dunia melakukan kebajikan hingga mereka bertemu Rabbnya dan ternyata Allah lempar mereka ke dalam neraka. Mereka "protes" kenapa..Allah sampaikan bahwa kealiman, kedermawanan dan orang yang berjihad itu hanya ingin mendapat gelar alim,dermawan dan mujahid, sehingga mereka sama sekali tidak mendapatkan buah dari amalan mereka. Inti dari amalan itu ketika tujuan kita lurus karena Allah dan Allah tidak suka diduakan...orang yang riya',tdk ikhlas dst bisa jadi tanpa sengaja sudah "menduakan" Allah.
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".(Al-Kahfi:10)
Maka ketidak ikhlasan disini dikaitkan dengan syirik/mempersekutukan Allah dengan yang lain..na'udzubillah.. Ketika kita senantiasa mohon ampun..memurnikan tauhid dan berusaha beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan dengan menyertakan keikhlasan dalam hati maka tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk memaafkan kita
Q : Bagaimana cara menanamkan selalu rasa ikhlas kita kepada Allah dan apapun terhadap kekurangan yang kita rasakan?
A : Karena ikhlas identik dan dekat dengan riya' dimana riya adalah masuk dalam kategori syirik. Tidak akan mencium bau surga sedikitpun orang yang di dalam hatinya ada kesyirikan. Maka terus memurnikan ketaatan adalah jalan yang terbaik agar Allah berkenan untuk terima amalan kita

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!