Menguatkan Aqidah Anak

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, September 29, 2017

Related image
KAJIAN ONLINE HAMBA ALLOH UMMI G7
Selasa, 10 Januari 2017
Narsum : ustadzah Lillah
Tema : menguatkan aqidah anak
Editor : Sapta
********************************************

Dalam masalah pendidikan, Islam meletakkan pendidikan akidah di atas segala-galanya. Dan, itulah yang Allah tekankan dengan menggambarkan betapa getolnya Nabi Ya’kub dalam masalah ini. Sampai ketika anak-anaknya pun dewasa, pertanyaan beliau adalah masalah akidah.

أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” (QS. Al-Baqarah [2]: 133).

Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa kewajiban orangtua adalah memberi wasiat kepada anak-anaknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah semata.

Hal ini memberikan petunjuk penting bahwa kewajiban utama orangtua terhadap anak-anaknya adalah tertanamnya akidah dalam sanubarinya, sehingga tidak ada yang disembah melainkan Allah Ta’ala semata.

Lantas, bagaimana cara kita menanamkan pendidikan akidah pada anak di zaman seperti sekarang ini?

Pertama, dekatkan mereka dengan kisah-kisah atau cerita yang mengesakan Allah Ta’ala.

Terkait hal ini para orangtua sebenarnya tidak perlu bingung atau kehabisan bahan dalam mengulas masalah cerita atau kisah. Karena, Al-Qur’an sendiri memiliki banyak kisah inspiratif yang semuanya menanamkan nilai ketauhidan.

Akan tetapi, hal ini tergantung pada sejauh mana kita sebagai orangtua memahami kisah atau cerita yang ada di dalam Al-Qur’an. Jika kita sebagai orangtua ternyata tidak memahami, maka meningkatkan intensitas atau frekuensi membaca Al-Qur’an sembari memahami maknanya menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda.

Kalaupun dengan cara membaca ternyata masih belum bisa. Kita bisa menyiasatinya dengan membeli buku-buku kisah dalam Al-Qur’an. Jadi, orangtua jangan pernah membelikan anak-anaknya buku cerita, novel atau kisah apapun yang tidak mengandung nilai akidah. Lebih-lebih yang mengandung unsur mitos dan pluralisme-liberalisme.

Mengapa demikian? Orangtua mesti sadar bahwa anak-anak kita saat ini adalah target dari upaya sekulerisme peradaban Barat. Untuk itu, sejak dini, anak-anak kita sudah harus memiliki kekuatan akidah sesuai dengan daya nalar dan psikologis mereka.

Oleh karena itu, tahapan dalam menguatkan akidah anak harus benar-benar kita utamakan. KH. Zainuddin MZ berpesan dalam salah satu pencerahannya, “Didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batinnya, meresap sampai ke tulang sumsumnya, yang tidak akan sampaipun nyawa berpisah dari badannya, akidah itu tidak akan terpisah dari hatinya. Bahkan dia sanggup dengan tegar berkata, ‘Lebih baik saya melarat karena mempertahankan iman dari pada hidup mewah dengan menjual akidah.”

Kedua, ajak anak mengaktualisasikan akidah dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah langkah di atas, selanjutnya tugas kita sebagai orangtua adalah mengajak mereka untuk mengaktualisasikan akidah dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila anak kita belum baligh, maka aktualisasi akidah ini bisa dilakukan dengan mengajak anak ikut mendirikan sholat. Sesekali kita kenalkan dengan masjid, majelis taklim, dan sebisa mungkin ajak mereka untuk senantiasa mendengar bacaan Al-Qur’an dari lisan kedua orangtuanya.

Apakah tidak boleh dengan murottal melalui alat elektronik? Jika tujuan kita adalah mengajak, maka keteladanan jauh lebih efektif.

Adapun kala anak kita sudah baligh maka orangtua harus tegas dalam masalah akidah ini. Jika anak sudah berusia 10 tahun dan enggan mendirikan sholat, maka memberi hukuman dengan memukul sekalipun, itu dibolehkan.

Apabila anak kita perempuan, maka mewajibkan mereka berjilbab menjadi satu keniscayaan. Dan, itu adalah bagian dari aktualiasi akidah.

Dengan demikian, sejatinya tugas orangtua dalam masalah akidah ini benar-benar tidak mudah. Sebab selain mengajak, orangtua juga harus senantiasa melakukan kontrol akidah anak-anaknya. Terlebih pengaruh budaya saat ini, seringkali menggelincirkan kaum remaja pada praktik kehidupan yang mendangkalkan akidah.

Ketiga, mendorong anak-anak untuk serius dalam menuntut ilmu dengan berguru pada orang yang kita anggap bisa membantu membentuk frame berpikir islami pada anak.

Orangtua tidak boleh merasa cukup dengan hanya menyekolahkan anak. Sebab akidah ini tidak bisa diwakilkan kepada sekolah atau universitas. Untuk itu, orangtua mesti memiliki kesungguhan luar biasa dalam hal ini.

Dengan cara apa? Di antaranya adalah dengan mencarikan guru yang bisa menyelamatkan dan menguatkan akidah mereka.

Dorong anak-anak kita untuk bersilaturrahim, berkunjung ke pengasuh pesantren agar belajar, diskusi atau sharing masalah akidah. Dorong mereka untuk mendatangi majelis-majelis ilmu yang diisi oleh guru, ustadz, ulama atau pun figur publik Muslim yang terbukti sangat baik dalam menguatkan akidah anak.

Mengapa kita sebagai orangtua merasa ringan mengeluarkan biaya untuk kursus ini, kursus itu, sementara untuk akidah yang super penting, bahkan untuk masalah surga dan neraka kita sendiri, kita sebagai orangtua justru tidak mempedulikannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TANYA JAWAB

T : Assalamualaikum bunda, ijin bertanya, saat ini pengaruh media buat anak-anak luar biasa hebat termasuk salah satunya pengaruh terhadap pendangkalan aqidah padahal kita sudah kasih batasan-batasan dalam interaksi dengan media, bagaimana cara kita memahamkan kepada anak-anak terutama usia 9-12 tahun yang mulai kritis terhadap pendapat orang tua
J : Wa'alaikumussalam, terhadap anak, yang utama sebelum menasehati adalah kita harus dekat dengan mereka. Bangun bonding/kelekatan dengan anak, baru bisa kita buatkan batasan-batasan.
Anak usia segitu sudah bisa diajak diskusi. Lakukan proses pemahaman tentang media lewat diskusi. Pancing mereka untuk berpendapat. Jangan bicara "menurut Mama..." Tapi berikan data dan fakta untuk mereka tentang bahaya media. Lakukan sampai mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa berlama-lama dengan media adalah tidak baik.

T : Assalamualaikum ustadzah,ijin bertanya, bagaimana mendidik dan memahamkan anak remaja usia 14 dan 16, Saya takut pengaruh lingkungan dan media elektronik yang semakin canggih mohon pencerahannya ustazah, jazakillah ustadzah
J : Prosesnya hampir sama dengan jawaban saya di atas. Tambahannya adalah, tetapi sebelum usia 17 tahun jangan memberikan gadget, bahkan dari uang mereka sendiri sekalipun.

T : Assalamualaikum ustadzah, bagaimana menyikapi anak sulung yang kadang sikap nya over protektif pada adik-adik, karena dia merasa tanggung jawab setelah ayahnya wafat, dia berusaha menjadi pelindung keluarga kalau buat saya bersyukur sekali, Masyaallah ternyata anak usia 16 bisa bertindak sepeti ini, tapi kandang muncul juga protes dari adik-adiknya, di bilang “aa bawel”, saya sudah jelaskan maksud kakaknya baik, tapi memang sih bila saya pergi pun dia terus tanya “mama pulang jam berapa? sama siapa? sudah makan? dll...Bagaimana ya menyikapinya? mohon pencerahannya ustadzah.
J : Jika sudah dirasa kurang nyaman, tentu perlu disampaikan baik-baik kepada si sulung. Sampaikan bahwa bunda bersyukur punya anak yang peduli pada keluarga, tapi dalam mendidik keluarga kita perlu bersikap fleksibel. Ajarkan tentang istilah tarik ulur dan sebagainya. Sekaligus sebagai sarana pembelajaran kelak saat dia berumah tangga

T : bertanya ustadzah, bagaimana menguatkan akidah anak dan memberi mereka panutan jika si anak tinggal didalam keluarga yang tidak lengkap, misalny hanya 1 orang tua, atau sangat jarang bertemu si ayah. Terimakasih.
J : Sama saja, porsi yang harus diajarkan sama seperti anak lainnya. Tapi menjadi ekstra usaha bagi orangtua tunggal. Banyak contoh mereka yang sukses mendidik anak sendirian. Semangat ya bun

T : Assalamualaikum, ijin bertanya ustadzah, adik saya anak pertamanya usia 2,7 tahun, beberapa 2 minggu yang lalu lahir anak ke dua, anak sulungnya ini sekarang jadi super rewel dan caper sama mamanya, sampai mamanya stress, apa yang harus dilakukan oleh si ibu supaya tidak stress dan bagaimana mengendalikan anak pertama? Anak yang pertama tidak terbiasa dengan  orang lain. Terimakasih ustadzah.
J : Ini biasanya ada yang miss saat proses kehamilan yang kedua. Seharusnya ada proses banding yang lebih kuat ke kakaknya, pengenalan tentang adiknya. Dan ketika sudah lahir pun perhatian terhadap kakak tidak banyak berkurang, libatkan kakak dalam semua aktifitas adik. Buat si kakak merasa dibutuhkan oleh adiknya. Menghadapi masalah seberat apapun, jangan mengedepankan panik dan stress. Tetap senyum yah.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kita akhiri majlis hari ini dengan membaca :  

🔊 ucap syukur : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
🔊 dan istighfar أَسْتَغفِرُ اَللّهَ الْعَظيِمْ

[In Syaaa ALlaah]  إِنْ شَاءَ الله  
kebersamaan ini bermanfaat dan barokah.

أٰمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
[aamiin yaa Rabbal 'aalamiiiin]

و‌َالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PENUTUP

DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.

======================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!