Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 27 November 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadzah Pristia
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MEREKALAH WANITA SUKSES
Pada dasarnya setiap insan membutuhkan
panutan dalam keluarga yaitu sosok yang bisa dijadikan kebanggaan dalam
hidupnya, begitu juga para kaum hawa mereka butuh tauladan dari orangtua dan
keluarga terdekatnya.
Tanpa tauladan, mereka akan kesulitan
untuk menemukan makna hidup, jalan pulang di tengah derasnya arus modernisasi
dan merasakan manisnya hidup. Kenapa demikian?
Para perempuan sesungguhnya tidak bisa
berjalan tanpa ada arahan orang-orang terdekat. Para orangtua mempunyai peran
penting dalam mendidik anak gadisnya, tanggung jawab mereka bukan saja dalam
masalah ekonomi dan kasih sayang, melainkan ada juga tanggung jawab pendidikan
agama.
Dalilnya mana?
Mudah saja, bisa dengan pendekatan
logika, karena segala sesuatu adalah titipan Tuhan termasuk harta benda,
keturunan, kesehatan, waktu luang, sampai amanat sebagai pemangku kepentingan.
Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang
yang merugi. (QS. Al Munaafiquun: 9)
Ditambahkan di surat Al Anfaal ayat 28.
“Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Para orangtua bertanggung jawab memberi
pendidikan moral kepada kaum hawa, karena jika lengah apalagi mengabaikannya,
maka mereka bisa masuk ke dalam pola hidup kurang tepat, salah memilih
pergaulan, teman curhat, tauladan dan yang lebih berbahaya salah memilih
pasangan hidup.
Jika hal ini terjadi pada kaum hawa akan
berdampak % pada perubahan perilakunya ke arah yang kurang baik, oleh karenanya
peran para orangtua untuk mendidik agama kepada anak-anaknya menjadi hal yang
sangat serius.
Apalah arti sukses jika?
Jika dalam rumahnya belum tertata,
Jika anak-anaknya kurang mendapat
perhatian kendati materi selalu ada
Jika anak-anaknya jauh dari pendidikan
agama dan moral,
Jika anak-anaknya kurang mendapat
bimbingan dalam perkembangan kejiwaannya
Kurangnya tauladan dalam kehidupan
anak-anaknya,
Kurang diajarkan sopan santun dan
bertutur kata yang baik kepada anak-anaknya
Jika anak-anaknya tak kunjung dewasa,
tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orangtua
Jika anak-anaknya frustasi karena sikap
orangtua yang tidak bijaksana
Jika anak-anaknya sulit diatur dan nakal
Para orangtua hendaknya mengingat
pertumbuhan anak-anaknya, baik secara psikologis maupun dalam pendidikan yang
mempunyai pengaruh besar dalam sejarah perjalanan hidupnya.
Jangan sampai menyesal karena salah
mendidik anak,
Jangan sampai bersedih karena terlalu
sibuk demi ambisi pribadi,
Jangan sampai air mata meluap karena
gagal membahagiakan anak menjadi pribadi berkarakter, bermoral dan beragama.
Ada beberapa pola yang harus kita perhatikan
sebagai orangtua dalam mendidik anak-anak dengan ikut menyertai hari-harinya
dengan pendidikan yang berawal dari keluarga, sebelum mereka mengenal
lingkungan sekolah dan lingkungan bergaul.
Teruntuk para ibu maupun calon ibu
jadilah sebaik-baik sekolah untuk anak-anaknya, dalam ungkapan bahasa Arab
dikatakan “Al Ummu Madrasatun”, artinya seorang ibu adalah sebaik-baik sekolah.
Peran bapak juga penting, namun peran ibu jauh lebih penting.
Maka kita bisa membayangkan jika seorang
ibu sibuk bekerja siang malam mencari tambahan untuk suaminya lalu menitipkan
anak-anaknya kepada orang lain, di satu sisi kita tidak tahu apa yang dirasakan
dan dibutuhkan sang anak.
Bukan berarti seorang perempuan tidak
boleh bekerja atau membantu suaminya, akan tetapi seyogya nya pandai memilih
skala prioritas dalam kehidupannya sehingga tidak terjebak dalam urusan
sekunder, apalagi jika hanya memenuhi gaya hidup semata. Berbahaya!
Dalam kehidupan anak-anak, berbahagia
cukup sederhana yaitu hari-hari mereka bisa dilalui bersama orang-orang
terdekatnya khususnya seorang ibu. Kenapa demikian?
Kasih sayang seorang ibu jauh berbeda
dengan bapak. Sampai kapanpun perhatian dan kasih sayang yang diberikan seorang
ibu tidak mungkin sama dengan bapak. Inilah kelebihan para ibu. Maka
berbahagialah anda sebagai seorang perempuan.
Kelebihan lain, ketika para ibu
ditinggal suaminya, ia sanggup mengurusi beberapa anaknya bahkan tak jarang
mereka yang rela tidak menikah lagi seumur hidupnya dan hanya fokus mendidik
dan membesarkan anak-anaknya. Berbeda dengan para lelaki yang ditinggal
istrinya, biasanya tak lama berselang mereka menikah lagi, tak sanggup mengurus
diri sendiri dan anak-anaknya.
Saat sang anak hendak bepergian jauh,
dalam banyak kasus seorang ibu lebih pandai mempersiapkan kebutuhan sampai
bekal makananpun disiapkan, ketika sudah dalam perjalanan perhatian tak pernah
putus, menelepon, sms dan terus menemani perjalanan sang anak dengan perhatian
sampai tiba di tempat tujuan.
Ada sebuah ungkapan:
“Jika seseorang ditinggalkan ibunya maka
akan berdampak pada kurangnya perhatian dan sentuhan kasih sayang, jika
ditinggal bapak dampaknya pada masalah ekonomi”
Anehnya di zaman sekarang banyak anak
yang lebih dahulu yatim piatu kendati orangtuanya masih hidup. Dan nampaknya
inilah penyakit kronis yang banyak diderita anak-anak yaitu penyakit “KUPER”
alias kurang perhatian. Alangkah sayang!
Seandainya para orangtua mau mendudukkan
anak-anaknya untuk mendengar keluh kesah dan mendapat jawaban jujur dari buah
hati, cobalah sesekali tanyakan.
Nak! Tolong koreksi ibu dan bapak, coba
sebutkan apa saja kekurangan kami selama ini?
Para orangtua usah kaget, karena anda
akan dicecar dengan ribuan keluh kesah dan beragam kekurangan anda. Jika anda
merasa punya 100 kebaikan kepada anak anda, maka anak anda akan mengutarakan
1000 kekurangan anda. Maka sadarlah!
Mungkin saja umur seorang ibu tidaklah
panjang menemani hidup sang anak, namun betapa banyak mereka yang bahagia
kendati ibunya sudah lama meninggal, karena sentuhan kasih sayang sang ibu yang
masih melekat dan membekas di relung sanubari sang anak. Sebaliknya betapa
banyak anak-anak yang orangtuanya masih hidup namun hidupnya kurang bahagia. ,
karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Alangkah sayangnya!
Para ulama berpendapat diantara sebab
hancurnya generasi dan rusaknya karakter anak-anak umumnya karena faktor
orangtua mereka sendiri, kurang perhatian, tidak mengajarkan
kewajiban-kewajiban agama, perkara halal haram dan sunnah-sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada anak-anaknya.
Sungguh! Tiada yang lebih membuat
orangtua berbahagia, melainkan melihat anak-anaknya takut dan tunduk runduk
hanya kepada Allah semata. (dakwatuna)
TANYA AJAWAB
Q : Ustadzah..bagaimana dengan peran ibu
(ortu)..yang anaknya di pondok pesantren...bagaimana dengan al ummu
madrasatun..
A : Sejak di dalam kandungan ibu sudah
menjadi madrasa ula. Untuk di ponpes merupakan lanjutan
Q : Bagaimana klo seorang wanita sukses
itu bekerja tapi anak anak nya yang kecil kecil di titip ke neneknya ...dan si
nenek malah kewalahan ga bisa pergi mengaji dan lain lain....Sementara ibu
anak-anak itu hanya percaya kepada si nenek
A : Hal ini perlu dipertimbangkan lagi.
Orang tua kita sudah tua. Jadi sebaiknya kita membayar orang untuk menemani
nenek. Agar bisa menjaga anak-anak
Q : Ustazah, ada sebuah kisah, seorang
ulama besar, jarang sekali bertemu sang anak, setelah dewasa sang anak bisa
menjadi ulama besar juga, bagaimana hal tersebut bisa terjadi ustadzah,
bagaimana bisa mendidik anak yang demikian, dengan terbatasnya waktu untuk
bertemu?
A : Sekarang ini sudah ada media sosial.
Bisa telpon atau video call untuk selalu saling memotivasi anak setiap harinya.
Sehingga kita tidak ketinggalan perkembangan anak kita
Q : Ustadzah…Gimana sih cara
mendidik/menjelaskan kepada anak yang beranjak dewasa/baligh? Memberikan
pengertian tentang aturan sesuai dengan syariat islam. Misalnya soal aurat dan
batasan pergaulan dengan teman lawan jenisnya
A : Carilah terlebih dahulu ayat dan
arti perintah menutup aurat. Setelah itu sampaikan kepada ananda dan jelaskan
dengan cara yang balik
Q : Assalamu'alaikum Warohmatullahi
wabaraakatuh,,, bagaimana cara membiasakan anak untuk disiplin sejak dini,,jadi
ketika mereka besar mempunyai kesadaran sendiri dalam hal apapun,tanpa disuruh memang
ini faktor pembiasaan diri disiplin dari kecil,,, kiatnya seperti apa ustadzah?
A : Buatlah jadwal untuk ananda dan
sampaikan padanya peraturan yang telah sama dibuat. Sehingga anak menjadi lebih
disiplin.
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment